Jungkook membuka gulungan kertas tersebut dan membacanya dengan teliti.
Untuk, Suamiku
Terimakasih atas waktunya selama ini.
Kau mengajarkanku apa artinya sebuah kebersamaan.
Membuatku tidak bisa berkutik walau hanya hitungan detik.
Sebuah tangisan yang terdengar pilu,
Tidak akan kubiarkan menjadi saksi perpisahan ini.Aku cukup beruntung memilikimu,
Memiliki seorang pendamping, yang bahkan tidak pernah kumiliki di kehidupan sebelumnya.
Merasakan kehangatan disetiap pelukanmu,
Akan selalu kurasakan meski kau tak lagi bisa kugapai.Penyesalanku membuncah tak terbendung.
Saat ku sadari,
Ku tak mampu membuatmu menetap.
Hati dan jiwaku luluh lantah,
Saat kulihat keindahan di hadapanku terkoyak.
Andaikan keajaiban tercipta untukku,
Ku ingin hadiahkan peduli ke sisimu
Dari, Istrimu.Jungkook meremas lembaran kertas yang tengah ia genggam. Tatapannya memerah, penuh dengan amarah. Bagaimana bisa, seseorang yang jelas-jelas berjanji untuk tidak meninggalkannya, tapi malah lebih dulu meninggalkannya tanpa kalimat perpisahan. Tanpa pelukan hangat dan kata-kata romantis yang terucap.
"Kau mengecewakanku, Kim Yerim." Jungkook menatap nanar kertas yang berada di genggamannya. Terlintas bayangan Yeri yang sedang tersenyum di depannya.
"Kau meninggalkanku," Jungkook berjalan mendekat ke arah bayangan tersebut. Baru saja ingin menyentuhnya, bayangan itu lebih dulu menghilang tanpa jejak.
Jungkook mengepalkan kedua tangannya. Ia tahu siapa yang harus ia kunjungi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Pintu kamar kediaman Jungkook terbanting keras. Menampakkan penampilan Jungkook yang bahkan tidak bisa disebut sebagai Pangeran.
"Yuanji, siapkan kudaku. Aku ingin bertemu seseorang," mendengar perintah dari tuannya, Yuanji mengangguk hormat dan pamit undur diri.
Shiye yang menangis sesegukan setelah mengetahui nonanya menghilang, langsung menghampiri Jungkook dan berlutut di hadapannya.
"Pangeran, apa yang harus Shiye lakukan untuk membantu Pangeran. Nona meminta Shiye untuk menjaga Pangeran, Shiye akan melaksanakan amanahnya." Shiye menunduk, menghapus bekas air matanya dan mencoba tersenyum.
"Tidak perlu, mulai sekarang kau bisa kembali ke kediaman Permaisuri. Anggap saja Permaisuri masih ada di dunia ini. Dan kerjakan pekerjaanmu seperti biasanya. Percayalah, Permaisuri selalu mengawasi kita." Jungkook mendongakkan kepalanya. Menatap langit biru dan tersenyum masam. Lagi-lagi, senyuman Yeri terlihat jelas di mata Jungkook.
"Baik Pangeran, Shiye akan melaksanakan perintah Pangeran." Shiye berdiri dan menatap punggung Jungkook yang mulai menjauh dari Kediaman.
"Yuanji! Dimana tuanmu?"
Jauh disana, Yeonjun berlari mendekati Kediaman Pangeran Ketiga. Tangan kanannya menggenggam gulungan kertas yang sama dengan milik Jungkook.
"Tuan baru saja pergi meninggalkan Kediaman." balas Yuanji.
"Kemana dia pergi?"
"Mohon maaf tuan, saya tidak tahu kemana Tuan Muda Ketiga pergi."
Yeonjun berteriak frustasi. Ia berjongkok dan kembali membaca kalimat yang berada di secarik kertas tersebut.
Detik kemudian, Yeonjun mendongak. "Apa Kaisar tahu tentang berita hilangnya Permaisuri?"
"Tidak tahu, Tuan. Tuan Muda Ketiga melarang kami menyebarkan berita tersebut,"
Yeonjun mengerang, "Apa kau benar-benar tidak tahu kemana perginya Kakak Ketiga?"Yuanji menggeleng kecil, "Tidak tahu, Tuan."
"Ash, yang benar saja!"
.
.
.
.
.
Jungkook menarik kerah pria paruh baya itu dan menatapnya tajam. "Kenapa kau melarangnya untuk memberitahuku!"
"Dia tidak ada waktu untuk memberitahumu. Jika dia telat sedikit saja, jiwanya akan hancur disini. Apa kau ingin melihat orang yang kau sayangi meninggal karena egomu yang terlalu tinggi untuk memaksanya menetap?" sang kakek menepis genggaman tangan Jungkook yang menarik kerah bajunya.
"Tapi setidaknya dia mengatakan sesuatu untukku!"
Alis kakek berkerut, ia terkekeh kecil menatap Jungkook yang masih tersulut emosi.
"Bukankah kemarin malam dia sudah mengatakan suatu hal padamu?"
Jungkook memundurkan langkahnya. Sekelebat memori tersebut kembali berputar di dalam otaknya. Tanpa Jungkook sadari, Yeri benar-benar sudah mengucapkan kalimat perpisahan kemarin malam. Hanya saja, ia tidak tahu apa maksud dari perkataan Permaisurinya. Ini tidak sepenuhnya terjadi karena kesalahannya, bukan?
"Semua sudah terlambat, jangan menyesal. Kau bisa bereinkarnasi lagi."
Jungkook tertawa hambar, "Apa kau kira, ditinggalkan oleh orang yang kita sayang itu semudah melupakan hal kecil? Ck, apa kau pernah merasakan perasaan itu? Perasaan akan takut kehilangan seseorang yang bahkan dirinya sendiri tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya!"
Kakek itu terdiam, tak mampu berkata-kata. Membiarkan Jungkook meluapkan emosinya terlebih dahulu.
"Bahkan kau sendiri tidak bisa menjawab ucapan—"
"Kau tidak perlu mengurus hidupku. Lihat dirimu, kalau kau benar-benar mencintainya, apa kau masih memerlukan selir? Selirmu begitu banyak, kau membagi perhatianmu kepada para selirmu. Apakah pantas bagimu mendapatkan seluruh perhatiannya yang bahkan ia sendiri hanya mendapatkan satu dari empat perhatianmu? Sesungguhnya, kami para rakyat jelata, lebih bahagia karena bisa bersama dengan orang yang kita cintai. Daripada harus menikmati harta, tapi tersiksa karena sebuah kekecewaan dari satu orang." sang kakek membalikkan badannya, memasuki gubuk tuanya yang bahkan terlihat usang walau hanya dilihat dari penampilan luarnya saja.
Jungkook tersenyum pahit, "Kalau aku bisa membalikkan keadaan, aku lebih ingin menjadi rakyat biasa dan bahagia dengan orang yang kucintai. Kau mengatakan itu karena kau tidak merasakan apa yang kurasakan,"
Sang kakek menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya dan menatap Jungkook dengan senyuman.
"Segala di dunia ini sudah diatur dengan matang. Dengar-dengar, sebelum kau mencintai Permaisuri, kau bahkan selalu mengabaikannya. Kau mencintai salah satu selirmu dan mengacuhkan Permaisurimu sendiri. Apakah masih pantas kau mengatakan hal itu padaku? Kalau kau tidak suka dengan gelar Pangeranmu, untuk apa kau mempermainkan hati seorang wanita? Kau hanya cukup menikah dengan mereka, bukan? Tidak perlu mempermainkan perasaan mereka. Apa setelah ini, kau akan mendekati wanita lain dan mempersuntingnya? Lalu kau mengacuhkan mereka karena kau sudah bosan dengan mereka? Apa semua perkataanku itu benar?"
Jungkook terpaku ditempatnya.
"Sudahlah. Penyesalan akan kehilangan seseorang yang kita sayang bukan hanya kau yang merasakannya. Kemarahan saat mengetahui dia membohongi kita bukan hanya kau yang merasakannya. Jangan terus menerus terlarut dalam kesedihan. Kalau kau benar-benar tulus mencintainya, maka cukup jaga hati untuknya. Dan suatu saat, takdir akan mempertemukan sepasang kekasih yang mampu melewati ujian hidup bersama."
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME TRAVEL
Fanfiction[18+] [Completed] Perjalanan waktu ke Dinasti Qing, menjadikan Yeri sebagai Permaisuri dari Pangeran Ketiga. Sikap Permaisuri yang tiba-tiba berubah 180° membuat orang-orang terdekat Permaisuri kaget. Karena insiden tenggelam di danau, banyak yang...