Empat Belas

3.2K 325 20
                                    

"Pangeran, di daerah Pesisir Selatan, telah terjadi penyerangan secara mendadak. Korbannya hampir mencapai 200 korban jiwa. Penyerangan terjadi tadi malam, dan dilakukan oleh prajurit Kota Ying. Sepertinya mereka marah dengan keputusan Pangeran yang saat itu menolak berdamai dengan Putra Mahkota Ying." jelas Yuanji menyampaikan informasi yang ia dapat tengah malam tadi.

"Siapkan kudaku, perintah pasukan untuk memimpin jalannya. Aku akan ke kerajaan terlebih dahulu,"

Setelah mengucapkan perintahnya, Pangeran Ketiga menunggang kuda menuju kerajaan untuk memberi tahu Kaisar perihal masalah itu.

"Ayah sudah tahu. Sebagai calon kaisar di masa depan, ayah memerintahmu untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau kau tidak sanggup menyelesaikannya, ayah akan meminta kedua adikmu membantumu dan menyusulmu ke Kota Ying."

Jungkook menggeleng tegas, "Pangeran Ketiga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan masalah ini. Tidak perlu meminta adik-adik untuk membantu Pangeran Ketiga,"

Kaisar tersenyum kecil kemudian mengangguk, "Aku menyukai keberanianmu. Tapi jangan lupakan istrimu, kau harus meminta ijin padanya kalau kau ingin berpergian selama beberapa hari."

Jungkook terdiam sebentar, "Baik Ayahanda,"

"Kalau begitu, pergilah."

Jungkook mengangguk kemudian memberi hormat kepada Kaisar. Ia kembali menunggangi kudanya menuju kediaman Permaisuri Xiao.

"Nona, Pangeran Ketiga kemari. Beliau ingin bertemu dengan nona, katanya ada suatu hal yang ingin dibicarakan berdua dengan nona." Shiye menunduk memyampaikan pesan dari Pangeran Ketiga yang kini tengah berdiri di depan kamar Yeri.

"Pangeran itu kenapa kemari? Apa dia berniat untuk membuat masalah denganku?"

Shiye mengidikkan bahunya, "Shiye tidak tahu nona. Lebih baik nona bertanya langsung kepada Pangeran Ketiga,"

"Tidak, katakan saja padanya kalau aku tidak ada di kamar. Aku malas bertemu dengannya," Yeri mengabaikan Shiye dan kembali menyisir rambut panjangnya.

"Tapi nona, Pangeran Ketiga ingin berbicara serius pada nona. Shiye tidak berani menolaknya,"

Yeri melirik sekilas ke arah Shiye, "Kau ini pelayanku atau pelayannya? Katakan saja padanya kalau aku tidak ada di dalam kamar. Beres bukan?"

"Baik nona,"

Shiye menghembuskan nafasnya panjang, kemudian keluar dari kamar Yeri dan menunduk di hadapan Pangeran Ketiga.

"Maaf pangeran, Permaisuri Xiao tidak ada di kamar."

Jungkook mengerutkan dahinya, dan di detik berikutnya ia terkekeh kecil. "Kalau dia tidak ada di kamar sejak awal, kenapa kau merepotkan dirimu untuk masuk ke kamarnya dan menghabiskan waktu 4 menit 37 detik di dalam sana? Apa dia memaksamu untuk mengatakan alasan yang tidak masuk akal itu?"

"Te—tentu saja tidak, nona tidak akan membohongi Pangeran."

Jungkook menaikkan alisnya, "Benarkah?"

"I-iya,"

"Kalau begitu aku akan masuk ke kamarnya. Yuanji, jangan biarkan pelayan kecil ini mengusik waktuku dengan Permaisuri Xiao." Jungkook menatap sekilas Yuanji, lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar Yeri.

"Hei, bagaimana jawaban Pangeran bodoh itu? Apa dia sudah pergi?" tanya Yeri ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka.

"Hei, kenapa kau tidak menjawabku? Apa Pangeran itu benar-benar sudah per— Kau!"

"Kenapa? Kau terkejut melihatku?" Jungkook melontarkan senyuman smirknya ke arah Yeri.

"Bu—bukankah kau sudah pulang?"

"Siapa yang bilang aku pulang?"

"Shiye,"

"Dia tidak mengatakan padamu kalau aku sudah pulang. Apa kau berkhalusinasi?"

Yeri terlihat salah tingkah. Ia berdehem kecil dan menatap Jungkook anggun.

"Apa yang membuatmu kemari?" tanya Yeri.

"Aku akan pergi selama beberapa hari. Tidak tahu akan pulang kapan, aku ingin menyelesaikan masalah di daerah Pesisir Selatan." Jungkook menghampiri Yeri dan duduk di sebelahnya.

Yeri mengerutkan dahinya, "Berapa hari?"

Jungkook mengidikkan bahunya, "Tidak tahu. Mungkin satu minggu,"

"Kenapa lama sekali?"

"Apa kau akan merindukanku?" Jungkook menaikkan alisnya, berniat menggoda istrinya itu.

"Tentu saja tidak. Kenapa aku harus merindukanmu? Selir Wang lah yang akan merindukanmu," Yeri mengalihkan pandangannya ke arah lain. Enggan menatap Jungkook.

"Jangan bahas Selir Wang ketika kita sedang berdua,"

"Memang kenapa?"

"Aku takut membuatmu cemburu,"

Yeri terdiam sebentar. Di detik kemudian, ia tertawa keras. "Kau gila? Kapan aku cemburu karena dia?"

"Ketika aku mengusirmu karena Selir—"

"Tidak bisakah kau berhenti membahas masalah itu? Aku malas mendengarnya,"

Tanpa Yeri sadari, pipinya memerah. Hal itu tentu saja disadari oleh Jungkook. Jungkook mendekat dan menempelkan pipinya dengan pipi Yeri.

"Hei, apa yang kau lakukan?"

"Intinya kalau aku tidak berada disini, kau tidak boleh menggoda pria lain! Kau faham?"

Yeri menoleh ke arah Jungkook dengan cepat, membuat bibirnya bertemu dengan pipi tirus Jungkook.

"Sudahlah, aku lelah. Kau boleh keluar sekarang,"

Jungkook tersenyum kecil, ia mengelus surai panjang Yeri dan berdiri dari duduknya.

"Sampai jumpa,"

.

.

.

.

.

"Nona, hei?"

"Permaisuri Xiao, ada apa dengan nona? Apa nona baik-baik saja?"

"Nona?"

Yeri tersentak dan mengalihkan pandangannya ke arah Shiye. "Eh iya kenapa?"

"Nona baik-baik saja kan? Kenapa nona melamun? Apa yang sedang nona lamunkan? Apa nona merindukan Pangeran?"

Rasanya aku ingin menjahit mulutnya yang cerewet itu-xyr

"Merindukan Pangeran bodoh itu? Mana mungkin, haha." Yeri terkekeh kecil, dan menolak kenyataan yang sedang menimpanya.

"Kalau nona merindukan Pangeran, nona bisa menyusulnya." ucap Shiye bersemangat.

"Untuk apa aku menyusulnya? Lebih baik aku disini saja. Lagipula ini belum genap satu hari ia pergi, untuk apa aku merindukannya?" Yeri berdiri dan merebahkan dirinya di atas ranjang. Mencoba menidurkan dirinya tapi semuanya sia-sia, fikirannya selalu tertuju kepada keadaan Jungkook saat ini.

"Nona, lebih baik nona mempertimbangkan saran Shiye."

"Saran yang mana?"

"Menyusul Pangeran dan membantu Pangeran menyelesaikan masalahnya,"

Yeri duduk dari tidurnya dan menatap Shiye bingung, "Kalau dia mengira aku menyukainya bagaimana?"

"Bukankah itu kenyataan?"

"Kau iniii," Yeri melemparkan bantal berbentuk guling ke arah Shiye yang cekikikan setelah melihat respond Yeri.

"Kalau begitu siapkan kudaku. Besok pagi aku akan menyusulnya,"


























To Be Continued

TIME TRAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang