Tiga Puluh Sembilan

3.2K 287 41
                                    

Mata Yeri mengerjap ketika sinar mentari menembus jendelanya. Ia menutup wajahnya dan terus mencari posisi yang nyaman untuknya tidur. Namun, suara berat itu seakan menggelitik telinganya. Yeri terbangun dan menatap ke sumber suara dengan wajah kesal.

"Kau tidak melihat aku sedang tidur? Jangan berbicara di telingaku!"

Tatapan Yeri semakin jelas ketika pria itu duduk di hadapannya, "Kau sudah bangun, hm?"

"Kau— Kenapa bisa berada di kamarku?" Yeri menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Setelahnya, tatapannya membulat ketika ia melihat tubuhnya yang telanjang bulat ditutupi oleh selimut tebalnya. Gadis itu mencoba mengingat kejadian semalam. Dan ya, awalnya ia hanya berfikir itu adalah sebuah mimpi. Tapi setelah melihat keadaannya secara langsung, Yeri meyakini bahwa kejadian semalam bukan sekedar mimpi belata. Melainkan kenyataan.

Jungkook mencium bibir Yeri sekilas. Gadis itu sontak membulatkan matanya tak percaya dan menatap atasannya itu dengan tatapan tajam.

"Jadi, semalam—"

"Kau tidak ingat? Atau kau ingin kubantu untuk mengingat kejadian semalam?" Jungkook mempersempit jarak diantara mereka.

Dengan cepat, Yeri menggelengkan kepalanya, "Kita harus kerja."

Jungkook terkekeh kecil, "Hei, kau bekerja di perusahaanku. Kalaupun kau membolos karenaku, aku tidak akan memotong gajimu sedikitpun."

"Tapi, nanti malam aku dan Aera akan menghadiri pesta akhir pekan. Kalau aku tidak berangkat, aku tidak mungkin bisa menghadiri pesta tersebut." Yeri berjalan menjauhi ranjang dengan memakai selimut tipisnya. Baru satu langkah ia berjalan, rasa sakit di selangkangannya membuatnya terjatuh menatap dinginnya lantai kamar.

"Sakit, kan? Makannya, tidak usah bekerja dulu." Jungkook membantu Yeri untuk berdiri kembali dan membiarkan gadis itu duduk di tepi ranjang.

Jungkook menggeram kecil ketika Yeri mempoutkan bibirnya ke arahnya. Kalau begini jadinya, ia tidak mungkin bisa menolak keinginan gadis tersebut.

"Baiklah baik, aku akan membiarkanmu bekerja. Tapi, kau harus kurangi jalanmu. Kalau kau membutuhkan apapun, telefon aku. Waktu istirahat siang, aku akan menghampirimu di meja kerjamu. Faham?" melihat Yeri yang mrngangguk kecil, Jungkook langsung menggendong Yeri untuk masuk ke kamar mandi.

"Sudah sana, aku ingin mandi. Jangan menatapku terus-terusan!" kesal Yeri.

Jungkook merasa tidak asing dengan hal ini. Mandi bersama? Memikirkannya saja sudah mampu membuat Jungkook pusing. Ia memegang kepalanya erat dan mencoba mengingat-ingat kejadian di masa lalu yang mungkin sering ia lakukan dengan Permaisurinya.

"Jung, kau tidak apa-apa? Hei!" Yeri berlari mendekati Jungkook yang sudah tergeletak di lantai kamar mandi dengan terus memegang kedua kepalanya.

Apa ia baru saja mengingat kejadian di masa lalu?-kyr

Melihat Jungkook dengan wajah merahnya, Yeri terlihat sangat panik dengan keadaan Jungkook. Ia mencari ponselnya di setiap sudut kamarnya. Namun nihil, ponsel tersebut tidak sedikitpun terlihat dari penglihatan Yeri. Gadis itu ingin berlari keluar kamar, namun, melihat Jungkook yang mencoba berdiri dengan menggunakan tangan lemasnya, Yeri langsung membantunya dan melupakan tujuan awalnya ia mencari ponsel.

"Kau tidak apa-apa? Mau kupanggilkan ambulans? Wajahmu sangat pucat!" Yeri mengelap keringat Jungkook yang bercucuran di sekitar dahinya.

"Aku— baru saja mengingatnya,"

Yeri memiringkan kepalanya bingung, "Kejadian di masa lalu maksudmu?"

Jungkook mengangguk lemah, "Kita harus mandi bersama untuk memulihkan rasa sakit di kepalaku."

Memangnya ada hubungannya? Jangan-jangan, dia hanya ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan?-kyr

"Tapi, kau—"

Jungkook menarik lengan Yeri dan memasukkan tubuh mereka ke dalam bath up. Mereka menyalakan air hangat dan mulai membuka selimut tipis yang menutupi tubuh keduanya.

Yeri menyilangkan kedua lengannya di depan dada. Ia sedikit malu mengingat kejadian tadi malam. Walaupun mereka sering melakukannya di zaman Dinasti Qing, tentu saja Yeri tidak memiliki alasan untuk tidak malu sekalipun.

"Kemarilah," Jungkook membuka lengannya, seakan-akan meminta Yeri untuk memeluknya.

"Jung, tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Aku masih harus kerja," Yeri membalikkan tubuhnya membelakangi Jungkook. Ia mengoleskan sabun ke seluruh tubuhnya dengan rata. Tak lupa, ia juga menguncir rambut panjangnya agar tidak terkena air.

"Kau tidak ingin memakaikan sabun untukku?"

Alis Yeri berkerut, "Kau bisa mengoleskannya sendiri," tangan Yeri meraih sabun mandi yang berada di pinggir wastafel. Lantas, ia memberikan sabun tersebut kepada Jungkook.

"Aku akan menyikat gigiku selagi kau memakai sabun,"

Yeri mengambil handuk yang tergantung di dekat wastafel. Ia menutupi tubuhnya dengan menggunakan handuk tersebut dan mulai menggosok giginya di wastafel berkaca.

Entah apa yang dilakukan Jungkook. Pria itu justru menyusul Yeri dan ikut menggosok giginya tanpa pakaian. Ingin sekali Yeri menimpuk wajah mesumnya itu, tapi mengingat Jungkook adalah atasannya, ia tidak mungkin berbuat sekasar itu pada atasannya sendiri.

"Aku akan mengambilkan handuk untukmu," baru saja ingin meraih handuk yang tersisa, tangan Jungkook lebih dulu menarik lengan Yeri dan memeluk pinggangnya.

"Aku hanya akan menggunakan handukmu,"

Pipi Yeri memanas. Ia tak kuasa menahan senyumnya di hadapan calon suaminya sendiri. Mendengar gombalan Jungkook, justru semakin membuatnya percaya kalau pria yang berada di hadapannya itu adalah suaminya di Dinasti Qing. Mengingat Jungkook Dinasti Qing yang terus-terusan menghujaninya dengan kalimat-kalimat manis, selalu mampu membuat gadis mungil itu tersipu malu.

"Jung, kalau begini terus, kita akan terlambat." Yeri mencoba melepaskan pelukan Jungkook pada pinggangnya. Namun nihil, pelukan itu justru semakin erat.

"Tuan Jung, aku serius."

"Aku kedinginan,"

Yeru memijat pelipisnya. Tidak tahu apa lagi yang difikirkan oleh Jungkook. Namun yang pasti, ia tidak bisa melawan pria yang keras kepala seperti Jungkook.

Yeri mendorong dada Jungkook dengan kuat, "Jangan membuatku kesal. Aku benar-benar sudah terlambat!"

"Kau tidak akan terhitung telat jika kau berangkat bersamaku,"

Yeri memutar bola matanya malas, tangannya mencoba meraih handuk yang tersisa. Setelah berhasil mendapatkan handuk tersebut, Yeri segera memakaikan handuk ke sekujur tubuh Jungkook.

"Sudah beres, kan? Ribet sekali," umpat Yeri dan berlalu pergi meninggalkan Jungkook di kamar mandi.

"Hei, kau mau kemana?"

"Berganti baju!"

"Aku ingin ikut!"

Baru saja ingin keluar dari kamar mandi, pintu tersebut lebih dulu tertutup dan sengaja Yeri kunci dari luar. Gadis itu sudah terlalu kesal mengingat Jungkook yang selalu keras kepala.

"Kau berani mengunciku, hah?"

"Siapa bilang aku tidak berani?"

Pagi itu terasa ramai bagi Yeri. Entah karena dirinya yang merasa sangat merindukan Jungkook atau apapun itu. Yang jelas, ia rindu dengan perdebatan di antara mereka. Entah harus merasa bersalah atau senang melihat Jungkook yang sudah berhasil memulihkan ingatannya, Yeri sama sekali tidak bisa menjelaskannya. Hal tersebut hanya Yerilah yang merasakannya. Dan hanya Yerilah yang berhak memiliki pria itu seutuhnya. Tanpa terkecuali.













































































To Be Continued

TIME TRAVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang