Chapter 12

548 20 0
                                    

"gue mau pulang. Jangan halangin gue!" bentak Zee.

"Sajak kecil..." menyebalkan! Zee mudah sekali untuk kembali jatuh hati ketika mendengar suara Zaldi memanggilnya dengan sebutan itu. selembut itu suaranya. "Mari duduk sebentar, meluruskan apa yang selama ini sudah membuat kita saling tersesat"

Zaldi mengajak Zee untuk duduk di pelataran café

Zee mengiyakannya.

"sejak pertama kali mengenalmu, saya sudah yakin dunia saya akan berantakan..." jelas Zaldi yang tentunya membuat Zee bingung, "ketenangan yang ada di kepala saya, berubah menjadi sangat bising. Ketika suaramu mampu menguasai semuanya"

"lu aneh, Zaldi" gumam Zee

"Zee, seorang penulis bernama Boy candra pernah bilang, bahwa cinta itu bisa jatuh pada siapa saja dan kapan saja. Sebab, cinta punya banyak dimensi untuk jatuh. Dan menurutku, mencintai orang yang belum pernah kutemui adalah salah satu dimensinya, dan orang itu adalah kamu"

"lalu kenapa waktu itu lu pergi dan ngebiarin gue tersesat sendirian di antara banyaknya tanda tanya yang lu tinggalkan?"

"ada banyak hal –

Zee memotong ucapan Zaldi dengan kalimat yang sudah ia hapal di luar kepala, "ada banyak hal yang seharusnya enggak perlu gue tau, karna semesta juga punya rahasia" kalimat andalan milik Zaldi yang sering ia ucapkan.

"Kan? Itu yang mau lu bilang, kan?! Gue udah hapal banget, lu selalu bilang itu. Lu itu penuh dengan teka-teki, Zaldi. Dan gue terlalu bego untuk bisa mecahin semuanya"

"Zee..."

"udah! Males gue! Dari pertama lu minta maaf kemudian hilang tanpa kabar, pada saat itu juga gue udah sadar kehilangan lu, dan itu cukup wajar. Gue enggak pernah mau mencari sesuatu yang hilang, karena gue nggak pernah berharap akan menemukannya"

Zee menatap Zaldi dengan lekat-lekat, "karena gue nggak pernah berharap akan bertemu dengan lu, Zaldi"

Zee beranjak dari duduknya, meninggalkan Zaldi yang pada saat itu masih sulit mencerna apa yang baru saja ia dengar, membiarkan segala kemungkinan yang akan terjadi di antara mereka berdua.

***

"mas... aku sedang bingung, lelah, ingin marah. Andai saja kamu ada di sini, andai saja Jakarta-Magelang tidak sejauh itu." isi pesan yang Zee kirimkan ke Faiz.

Ia sedang merebahkan tubuh lelahnya di kasur kesayangannya. Menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Zee baru saja pulang dari tempat janjiannya dengan Kezia dan Arfan. Sulit bagi Zee untuk fokus pada meeting itu, pertemuan dengan Zaldi siang tadi mengacaukan semua isi kepala Zee.

Kezia selalu paham suasana hati Zee hanya dari kelakuan dan raut wajah yang ia perlihatkan, makanya ketika meeting tadi, Kezia tidak terlalu serius dan Arfan juga paham itu, mereka berusaha untuk menenangkan Zee yang nyatanya setelah sampai rumah pun perasaannya belum tenang sama sekali.

Memori itu berhasil menariknya kembali.

"cuman berharap pengen bangun di suatu pagi, dan segala tentangmu sudah hilang dari ingatan"

***

Hari ini Jonathan cuti, dan pilihan terbaik ketika sedang cuti adalah pulang ke rumah. Jo lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan adiknya ketimbang pergi liburan dengan teman-temannya. Terlebih lagi, hari ini ayah dan bundanya akan pulang ke rumah juga.

Seperti biasanya, Jo akan datang lebih awal ke rumah. Pukul 7 pagi. Biasanya, jam segini pak Yanto sudah bersih-bersih di halaman depan rumah sebelum membersihkan mobil atau sekedar memanaskan mesinnya.

TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang