“maaf baru bisa menghubungimu sekarang, Zee”
“mas Faiz… aku nggak pernah butuh kata maaf dari mas. Karena yang aku tau, semua kesibukan mas itu adalah hal yang baik untuk masa depan mas, untuk Negara. yang kalau dibandingin sama aku, ya… aku nggak ada apa-apanya”
“Zee adalah bagian dari masa depan saya”
Zee tersenyum, “aku kangen banget sama suara masnya”
“bagaimana hari ini?”
“rindu terlalu banyak, bikin sesak. Makanya, aku ajak jalan-jalan ke Bandung. Tadinya aku pikir, aku akan merasa sedikit lega, rindu akan sedikit mereda. Tapi nyatanya, rindu itu makin banyak, mas”
“maaf belum bisa membayar semua rindumu”
“nggak apa-apa, mas Faiz. Ngobrol dengan mas seperti ini aja juga udah cukup”
“tapi sebentar lagi saya harus apel malam”
Mendengar itu, Zee yang sebelumnya tersenyum menjadi cemberut. “hm… andai waktu bisa aku berhentiin sebentar”
“Zee masih bisa menunggu sedikit lebih lama lagi, kan?”
“bisa…”
“maaf karena yang bisa saya lakukan hanya memintamu menunggu dan terus menunggu”
“gapapa. Udah biasa”
“saya tutup telponnya, ya?”
Zee pikir dia akan mengobrol lama dengan Faiz hari ini, Zee pikir rindunya akan sedikit reda, ternyata tidak. Seperti biasanya, Faiz adalah Faiz, lelaki gagah yang memutuskan dirinya menjadi milik Negara, yang waktunya sudah diabdikan untuk Negara. satu-satunya hal yang bisa Zee lakukan sebagai pendampingnya adalah setia. Setia menunggunya, dan setia menjadikannya tujuan untuk pulang.
Malam ini Zee memilih untuk di kamar saja, tidak peduli dengan keluarganya yang sedang menikmati makan malam bersama, toh Zee juga sudah makan dan sebentar lagi mereka akan masuk ke kamar masing-masing.
***
Hari ini Zee dan keluarganya sedang berada di salah satu mall yang ada di Bekasi, sekedar untuk membawa eyang dan tante untuk berjalan-jalan, makan, serta membawa Thalia bermain.
Hidup seperti orang lain tanpa harus saling berpisah adalah jenis hidup yang ingin sekali dimiliki Zee. Bayangkan saja, sejak kecil Zee dan Jo sudah jarang bertemu orangtuanya yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Tumbuh dan besar bersama mbak Inah dan pak Yanto di rumah.
Saat sedang menemani bunda dan tante untuk membeli tas, tiba-tiba ayah menerima panggilan telepon dan mengajak Zee keluar. Mendadak ayah meminta Jo untuk nanti mengantar mereka pulang ke rumah, karena ayah harus bertemu dengan seseorang.
Zee terus berjalan mengikuti ayahnya, dia masih kebingungan karena cuma dia yang diajak ayah keluar, Zee terus mencoba untuk bertanya ke ayahnya namun pertanyaannya tidak digubris karena ayahnya sibuk berbicara dengan seseorang di telepon sambil sesekali tertawa.
Ketika sudah berada di depan pintu keluar mall, seseorang menggunakan pakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam pula membukakan mereka pintu mobil, kemudian ayah langsung mengajak Zee untuk masuk ke dalam mobil tersebut.
“pasti ketemu sama koleganya ayah” gumam Zee.
Dan benar saja, setelah sampai di sebuah restoran yang tidak jauh dari mall sebelumnya, Ayahnya menghampiri seseorang yang duduk di sebuah kursi meja nomor 5.
Zee tersenyum kepada seorang yang sudah dia kenal baik dari dulu itu. Ayahnya Afhi.
“gimana, Zee? Sehat?” sapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu
Romance"Dan hari itu, saya percaya bahwa saya telah menemukannya. Seorang gadis dengan mata yang berbinar, yang bila setiap kali menatap bola mata itu, saya percaya dunia saya ada di dalamnya"