Chapter 17

389 23 8
                                    

Tepat seminggu setelah ia kembali ke Jakarta, hari ini Zee sudah berada di bandara, keberangkatannya menuju Australia sebentar lagi, dan ia sudah mengabari Afhi untuk menjemputnya nanti. kali ini keputusannya sudah benar-benar bulat, bahkan ia sendiri tidak yakin bisa mengubahnya kembali.

Menurutnya, mungkin Faiz benar, Melbourne sebenarnya tidak jauh, hanya Zee saja yang tidak percaya pada hubungan mereka.

Dan sebentar lagi, Zee harus menerima bahwa bandar dan udara akan memisahkan ia dengan Faiz semakin jauh, dan pada detik itu pula, rasa takut menguasai isi pikirannya. Zee sangat takut apabila suatu nanti dia atau Faiz akan menyerah dengan jarak, yang akan membuat cerita ini tidak mempunyai arti lagi.

"Zee pamit. Tolong jangan beritahu kabar Zee ke siapapun" ucapnya pada pak Yanto dan mbak Inah yang sedang berusaha membendung air mata.

***

Melbourne, Australia.

"ini cuma sebentar, hanya beberapa tahun, bertahan lah, Zee. Percayalah tempat ini akan menjadi teman yang baik untukmu" gumam Zee sesaat setelah ia melangkah keluar dari bandara. Ia terus berjalan ditemani oleh koper dan tas kecil yang menggantung di bahu kanannya. Ini bukan kali pertama Zee ke Melbourne, jadi bandara ini tidak begitu asing untuknya.

"Zera Zeeliana!"

Zee menoleh ke arah suara yang memanggil namanya, ia melihat Afhi yang sedang berdiri di depan mobil kesayangannya sambil melambaikan tangan. Zee membalas dengan senyuman lalu berlari menghampiri Afhi.

"udah yakin?" satu pertanyaan pertama yang sangat menyebalkan dari Afhi.

"udah gak bisa diubah lagi keputusannya, Fhi"

"bukan itu jawaban yang gue mau, Zee"

"oh jadi ini mobil baru lu yang katanya gak sembarang orang boleh naik?" tanya Zee mengalihkan pembicaraan.

Afhi mengambil koper dan tas Zee lalu memasukkannya ke jok belakang, "kalau Zera Zeeliana tentu bisa naik, mau pake mobil ini juga boleh"

"nanti gue tinggal di mana?"

"lah bokap gue nggak ngasih tau?"

Zee menggeleng.

"yaudah nanti gue anterin, sekarang kita makan siang dulu, lu mau makan apa?"

Zee menggeleng lagi, "mau langsung istirahat aja"

***

Setelah satu jam perjalanan dari bandara Melbourne, mereka akhirnya sampai di depan sebuah rumah dua lantai yang cukup besar dan mempunyai halaman depan yang luas serta garasi kecil yang berada di samping rumah, bangunan itu terlihat sangat nyaman dan cocok dengan kepribadian Zee yang suka menyendiri.

"ada kolam renang di belakang, lu suka renang, kan?" tanya Afhi ketika melihat Zee berdiri mematung memperhatikan rumah yang kini sudah menjadi miliknya.

"ini kunci rumah dan kunci mobil yang ada di garasi" sambung Afhi sambil memberikan kunci pada Zee.

Zee tersenyum, perlahan ia menunduk sejenak kemudian menoleh ke Afhi, "bokap lu ngabisin banyak duit buat ini semua"

"lebih tepatnya bokap gue ngebayar lu dengan ini semua. Nggak sebanding dengan apa yang udah lu kasih ke dia. Zee, gue selalu bilang sama lu, kalau apa yang sedang lu bangun itu adalah sesuatu yang akan menjadi besar. Gue selalu percaya kalau lu bakalan jadi pemilik perusahaan besar yang fokus pada bidang startup dan media. Tapi sekarang? Lu milih buat nyerah. Padahal gue yakin banget lu bisa handle itu semua selagi lu kuliah di sini"

TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang