Chapter 11

679 22 4
                                    

Kalau hidup hanya tentang mencari dan dicari, berarti menyerah mungkin menjadi kata termudah untuk diucapkan, sebab dua-duanya sangat melelahkan. Namun jika telah menemukan apa yang selama ini dicari, memulai langkah baru mungkin adalah jalan terbaik untuk sedikit lebih dekat dengan tujuan yang nyata.

Kalau biasanya Zee berangkat ke suatu tempat pasti diantarin sama supir, hari ini dia mencoba untuk naik bis, kendaraan umum yang sesak di waktu pagi dengan napas terburu-buru yang terdengar dari mereka yang hendak berangkat kerja, sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan.

Zee hari ini akan bertemu dengan Kezia, sahabatnya. Seorang mahasiswi manajemen bisnis di salah satu perguruan swasta ternama. Zee beruntung, memulai sebuah bisnis yang didampingi dengan sahabat yang mendalami bidang itu. Karena hari ini tidak ada mata kuliah, mereka janjian akan bertemu di kantornya Arfan. Arfan juga salah seorang teman Zee, setelah lulus sekolah, Arfan kuliah sambil bekerja di perusahaan milik ayahnya, yang juga akan menjadi miliknya nanti.

"di mana?" isi pesan dari Kezia.

"masih di bis" balas Zee.

"loh? Sejak kapan seorang Zera Zeeliana memilih untuk naik bis?"

"sejak hari ini" balas Zee kemudian menyimpan kembali handphonenya di tas.

Jakarta di pagi hari sibuk sekali, dengan segala manusia yang mengejar waktu. Ramai. Bising. Tentu bukan teman yang baik untuk Zee, namun selalu menjadi rumah untuk Zee pulang. Jakarta akan berkisah hari ini, tentang seorang gadis yang memulai harinya dengan "satu hari lagi yang harus gue lewati"

Setelah turun dari bis, Zee memilih berjalan kaki untuk sampai di kantornya Arfan, meski agak sedikit jauh, menanamkan budaya berjalan kaki adalah cara terbaik untuk menyelamatkan Jakarta dari polusi yang kejam. Sebab, sekali lagi, Jakarta adalah rumah untuk Zee.

Tidak lupa, saat berjalan ia mengirim pesan ke Faiz, meski ia tahu akan berakhir dengan centang satu. "mas... hari ini Zee mau ke kantornya Arfan, ada meeting kecil dengan Kezia juga. Setelah itu entahlah mau ke mana. Satu hari pasti akan terlewati. Menunggu sedikit lebih lama untuk mas"

Bertahan dengan seseorang yang waktunya sudah dimiliki Negara lagi-lagi bukanlah hal yang mudah. Beberapa memilih untuk menyerah hanya karena alasan tidak punya waktu bersama, pun ada yang memilih usai karena saling tidak percaya. Masih sedikit sulit untuk Zee, mengirim pesan pada seseorang meski ia tahu bahwa akan dibalas beberapa hari kemudian, dan menyimpan percaya pada seseorang yang terpisah jauh dari dirinya. 

Namun sekali lagi, semesta selalu berhasil membuatnya yakin, Faiz untuknya, dan yang Zee tahu cuman itu.

Setelah sampai di kantornya Arfan, Zee langsung disapa dengan seseorang yang telah diminta oleh Arfan untuk mengantarkan Zee ke ruangannya. Di sana sudah ada Kezia yang menunggu, hari ini mereka akan membahas beberapa hal penting untuk peningkatan bisnis yang memiliki peluang yang sangat besar ini.

***

"jadi nanti malam kita ketemuan di kedai aja. Gue udah kabarin dia, pasti dia ada waktu untuk kita" jelas Arfan.

"untung lu punya banyak kenalan, Fan" sahut Kezia.

"gue gak tau lagi how to say thankyou to you guys. Kalian udah banyak bantuin gue, gue sadar banget, tanpa kalian bisnis gue gak bakalan sampai di titik ini"

"santai, Zee. Nanti malam mau gue jemput?" tanya Arfan.

"Nggak usah, Fan. Gue bisa datang sendiri. Lagian alamat kedainya cukup jelas, gak susah buat gue nemuinnya"

Setelah meeting kecil yang diakhiri dengan janjian untuk bertemu dengan salah seorang pebisnis muda yang katanya cukup dikenal di kalangan pebisnis, Zee memutuskan untuk pulang sendiri, ia menolak ajakan Kezia untuk pulang bersama. Hari ini, ia lebih memilih untuk berteman dengan keramaian Jakarta.

TentangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang