#5

90 15 10
                                        

Drtt... Drtt...

Mlm, sorry ganggu. Gimana kaki lo? Udah baikan kan?

Iya udah kok, makasih ya udah mau anter aku pulang.

read


"Ini manusia atau bukan sih, nanya doang gitu terus tinggal read read aja. Sakit taukk dede nya." gerutu kesalku.

Eh bye the way, kok dia tau nomor wa ku? Oh iya aku baru ingat, kan kita satu kelas dan otomatis satu grup juga.

Entah aku harus merasakan sakit oleh kakiku ataukah aku harus merasakan senang karena ricard, sang pria tampan dari kelasku itu.

Baru kali ini aku merasakan hal yang diluar dugaan yang membuatku selalu terngiang-ngiang oleh pria itu.

Malam itupun riza hanya rebahan dalam keterkiliran kaki nya itu sambil memikirkan bagaimana besok ia pergi ke sekolah dengan kaki nya itu.

.
.
.
.

"Nak bangun, kamu mau sekolah ngga hari ini?" ternyata sudah pagi saja, tak terasa ibu membangunkanku.

"Ahh, iya aku mau sekolah aja."

"Kamu yakin mau sekolah dengan keadaan kakimu yang seperti ini?"

"Yakin bu, ini sudah mendingan kok menurut ku." yakin ku pada ibu, ya masa gini doang aku harus izin sekolah sih. Aku juga baru seminggu sekolah di sekolah baruku itu.

Menurutku ini tidak masalah karena aku dikelas hanya duduk duduk saja tidak pernah keluyuran. Ke kantin pun jika sempat, karena aku membawa bekal yang disiapkan oleh ibu setiap pagi.

.
.
.

"Hai babe.. Eh kaki lo kenapa? Sini sini duduk." ternyata dimeja makan sudah ada abangku, hufftt.

"Jatuh, gara-gara gak ada yang mau jemput." ketusku menyindir ayah dan abang.

"HAH kamu jatuh za?" tanya ayah kaget.

"Iya, nggapapa kok yah, udah baikan."

"Maafin ayah ya, gara-gara ayah ngga jemput kamu jadi kamu jatuh deh."

"Ayah gausah minta maaf, paling dia ga hati-hati." celetuk bang tio.

"Huss kamu itu, kasian loh dia. Masa dianter mamang ojek ujan-ujanan lagi." sambung ibu membelaku.

"Hahahaha sama tukang ojek lagi, haduhh neng nasibmu." guyon abangku. Malesnya aku sama dia ya seperti itu. bukan nya bilang gws (get well soon) atau apa kek, ini malah meledekku terus.

.
.
.

"Dah... Nanti abang janji akan jemput kamu selalu~" rayu abang dan dibalaskan oleh ku dengan bantingan pintu mobil sambil menguncapkan

"Serah lo."

.
.
.

"Omaigat, kelas aku di atas. Harus naik dong, huhu tolongin aku gais..." gumam rengekku karena kaki yang masih sakit dan malu karena jalanku yang pincang. Pagi yang buruk.

Sesampainya dikelas aku langsung duduk sambil menghela nafas, sepertinya aku datang lebih awal ya. Dikelas hanya ada aku dan pria yang aku belum tau siapa nama dia, padahal dikelas ini sudah seminggu berhuni tapi belum juga hafal.

.
.
.

"Ayo anak-anak kumpulin tugas rumah kalian, sekarang juga." ucap guru killer.

Kemudian aku pun maju untuk mengumpulkan buku tugasku, dan teman-teman dikelas itu melihat jalanku yang pincang dan membuat mereka bertanya-tanya kebingungan.

"Reenza kamu kenapa?" tanya guru killer itu padaku.

"Ti--dak apa-apa pak hanya terkilir." ucapku gugup karena ia membuat semua anak terdiam menatap kita berdua.

"Za kaki kamu lagi sakit? Kenapa tadi ga bilang sih sama aku?" tanya fiona bingung padaku, aku lupa mengabarinya.

"Nggapapa fi santai aja kok." tenangku pada fiona. Saat aku menatap kearah belakang, OMG, kok ricard ada dibelakang kursi ku? Bukannya dia duduk di pojok dekat pintu ya?.

Degg..

"Eh kamu ngapain sih kat di tempatnya frans ih." ucap fiona pada ricard.

"Serah gue lah." ketusnya.

Ya allah, ini apakah sebuah ujian yang mengandung kisi-kisi ulangan harian kimia? Ucapan ketusnya tidak membuat aku benci, malah aku terkagum pada dia.

"Fi, diliatin bapak killer tuh." senggolku pada fiona yang sedang asik debat dengan ricard.

.
.
.

"Kamu mau jajan ngga ke kantin?" ajak fiona padaku.

"Aku bawa bekal, kamu duluan aja."

"Yaudah aku duluan ya, dah~"

Fiona pergi ke kantin, dan pastinya anak-anak yang lain pun pergi ke sana untuk memenuhi perut mereka yang sudah keroncongan ditambah dengan guru killer tadi.

Eh tapi saat aku mengecek handphone-ku, ternyata ada notif yang membuat mataku membulat.

Ricard: Zaa maaf ya kalau aku menjadikan kamu kesusahan.

Ternyata itu adalah chat dari ricard, iya sejak dia chatku kemarin aku langsung menyimpan nomornya di handphone ku. Dan jika aku hanya membacanya mungkin dia akan membenciku, atau aku balas dendam saja ya karena dia juga kemarin hanya me-read chat ku. Huft.

Iya tidak apa-apa kok, aku baik-baik saja:)

Dengan keberanian hati akupun membalas chat darinya dan balasannya apa? Dia hanya me-read chatku seperti yang kemarin itu. Dasar manusia aneh.

.
.
.

"Za besok ada turnamen antar sekolah loh." fiona mengagetkanku saat sedang asik menulis tugas dari guru.

"Hah? Turnamen apa?" bingungku karena aku tak tahu apa-apa tentang turnamen apa itu, lalu aku memiringkan badan tanda aku penasaran dengan turnamen itu.

"Oh iya, minggu lalu kan kamu baru saja masuk ya. Jadi besok itu ada turnamen basket za. Dan sekolah kita ini jadi tuan rumahnya loh. Lebih senang lagi besok free, jadi aku bisa pacaran deh sama gerald. uWu." jelas fiona sampai membuat aku terdiam heran oleh sifatnya yang sering sekali berandai-andai sangat menyukai pria nya itu.

"Ohh" akupun hanya ber-oh ria karena aku saja belum tahu siapa saja yang akan jadi tamu nya. Bahkan tuan rumahnya saja aku tak tahu siapa saja anak basketnya. Huft.

.
.
.
.

Kira-kira siapa saja ya anak basket yang menjadi penasaran sang reenza? Jangan lupa vote dan coment ya gais.
.
.
.
Thank you and I love you

My secret boyfriend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang