Bab 7

185 28 4
                                    

Wonyoung sibuk menghabiskan makanannya sesekali menatap Nakyung yang duduk di hadapannya. Wanita cantik itu selalu tersenyum, persis seperti boneka.

Ah, Wonyoung heran, kenapa wajah Nakyung bisa terlihat seumuran dengannya, padahal umur mereka terpaut 6 tahun. Wonyoung tahu karena tadi mereka sudah mengobrol banyak.

Dan Jun Woo benar, Nakyung sama sekali tidak menyeramkan. Malah sangat manis dan bersahabat. Pantas saja Jun Woo sangat mempercayainya.

"Eonni benar-benar tidak mau makan?"

Sebenarnya sudah dua kali Wonyoung bertanya begitu. Untuk panggilan Wonyoung padanya, Nakyung juga sudah mengizinkannya. Wonyoung itu menggemaskan, persis seperti adiknya.

"Tidak, habiskan makananmu, atau nanti bosku marah padaku."

Wonyoung mengerucutkan bibirnya. "Padahal aku benar-benar mau menghabiskan uang ini ... Tapi makanan di sini tidak terlalu mahal seperti bayanganku."

Nakyung terkekeh. "Kau simpan saja uang itu, dan bilang pada suamimu kalau sudah habis. Beres kan?"

Nakyung dan Wonyoung juga sudah sepakat menggunakan bahasa informal, mereka tidak mau mengobrol dengan kaku.

"Eum ..." Gadis itu tampak berpikir. "Tapi aku tidak mau berbohong padanya ..."

"Yasudah kalau begitu, kau harus mencari uang sendiri untuk membeli hadiah ulang tahun suamimu."

Lantas Wonyoung terbelalak. "Ahjussi sebentar lagi ulang tahun?!"

Nakyung mengangguk.

"Kapan? Kenapa Eonni bisa tahu?"

"Setiap tahun, perusahaan merayakannya." Nakyung tersenyum gemas melihat respon Wonyoung yang berlebihan. "Tanggal 11, dua minggu lagi."

Wonyoung mengangguk mengerti, tapi kemudian mengerutkan kening. "Kenapa perusahaan merayakannya?"

"Karena hari itu bertepatan dengan didirikannya perusahaan ini. Di hari itu juga lah pimpinan perusahaan berganti."

"Jadi di hari itu, Ahjussi resmi jadi CEO?"

"Eum ..." Nakyung menipiskan bibir. "Bisa jadi iya, bisa jadi tidak ..."

"Lho? Kenapa? Harus iya!"

"Eh?"

"Kalau tidak jadi, berarti aku sia-sia-" Tiba-tiba Wonyoung menghentikan ucapannya, mengingat sesuatu.

Astaga, hampir saja keceplosan kalau Jun Woo menikahinya karena ingin mendapatkan jabatan itu.

"Eh, maksudku ..."

Nakyung terkekeh maklum. Pemikiran Wonyoung pasti masih terlalu polos. "Ku beri tahu, ya, pesaing suamimu itu banyak."

Wonyoung sedikit terkejut. "Bukankah Ahjussi satu-satunya penerus si-abeoji?"

"Kau belum mengerti banyak tentang perusahaan ternyata." Nakyung menyapu pandangannya ke sekitar, memperhatikan beberapa orang yang sedang makan di kantin. Kemudian gadis itu menatap Wonyoung lagi.

"Wonyoung-ah, pernahkah kau mendengar tentang musuh dalam selimut?"

Mendengar itu, Wonyoung bukan berpikiran yang macam-macam, tapi malah mengagumi kecerdasan Nakyung dalam menjelaskan.

Sudah cantik, sangat cerdas pula.

Kenapa ya, Jun Woo tidak menikahi Nakyung saja? Apakah ini memang takdir sehingga Jun Woo harus menikah dengannya, membantunya hingga sang ayah sembuh?

Ahjussi [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang