-42 : Rahasia [A]-

1.7K 267 201
                                    


11.07

Bersyukur Jungkook hari ini adalah hari Minggu, karena di saat Yoongi mengajaknya bertemu, ia tak perlu absen untuk mengajar karena memang sudah libur, juga Arsyi yang sedang tidak ada di rumah karena lagi main di rumah Shireen yang telah ia antar 1 jam yang lalu.

Lantas setelah pamitan dengan bunda, Jungkook langsung menancap gas menuju kafe yang disana sudah ada Yoongi menunggu.

Jungkook mengendarai motor dengan tenang, meski di benaknya rusuh tentang apa yang akan Yoongi bicarakan padanya sehingga mengajaknya bertemu seperti ini.

Sesampainya di kafe, Jungkook memarkirkan si Justin dengan rapi.

Dentingan pertanda ada tamu yang baru masuk lewat pintu utama membuat Yoongi mengangkat tangannya begitu melihat disana ada Jungkook yang sedang mengedarkan pandang mencari dirinya.

Begitu melihat Yoongi duduk di meja dekat dengan jendela sebelah kanan kafe ini, Jungkook pun menghampirinya.

"Tumben ngajak ketemu, ada apa Bang?" tanya Jungkook begitu ia duduk di depan Yoongi yang terhalang dengan meja bundar.

"Kemaren sore gue tau dari bokap, bahwa Om Arkan kritis lagi." Yoongi langsung bicara ke inti. Mehiraukan basa-basi Jungkook tadi.

Deg.

Jantung Jungkook seakan berhenti mengompa. "Terus gimana Om Arkan sekarang?" raut cemas meliputi wajahnya.

"Om Arkan di larikan ke ICU lagi, kondisinya tiba-tiba menurun drastis dari yang kemaren."

Jungkook mendesah berat seraya memijat pangkal hidungnya. Padahal yang ia tau, 2 hari yang lalu Om Arkan baru keluar dari ICU karena sudah ada perkembangan yang mulai membaik.

"Dan tujuan gue ngajak lo ketemu disini, bahwa gue pengen ngasih tau keadaan Om Arkan yang sebenarnya ke Arsyi." dengan mantap Yoongi mengatakannya.

Jungkook langsung menggeleng dengan cepat. "Enggak bang, jangan," tegahnya dengan nada memohon.

Yoongi berdecak. "Jung, lo tau kan gue gak suka nutupin sesuatu? Gue gak bisa ngerahasiain ini dari Arsyi. Lebih baik dia tau sekarang sebelum terlambat. Om Arkan bokapnya, gue kesian sama Arsyi yang gak tau apa-apa tentang bokapnya disana." Yoongi yang diam-diam menahan sesak di dada saat memikirkan Arsyi yang tak tau apa-apa.

Yoongi hanya memikirkan gimana shocknya nanti Arsyi ketika baru sekarang mengetahui ayahnya yang sedang sakit di sana. Terlebih-lebih, hari ini ayahnya kembali kritis.

Yoongi tidak sanggup membayangkan betapa sedihnya gadis itu.

Jungkook mengusap wajahnya secara kasar. Menundukkan kepalanya dengan dalam.
Meremas rambutnya dengan erat. Itu reaksinya ketika merasa tengah tertekan. Ia di landa kebingungan dan kebimbangan. Di satu sisi Jungkook juga ingin memberi tahu ini, tapi di sisi lain ia tak bisa karena terhalang amanah Om Arkan yang meminta tidak akan memberitahu ini ke Arsyi. Ya Tuhan, mana yang harus Jungkook pilih?

Jika Yoongi tidak tega melihat Arsyi yang tidak tahu tentang keadaan ayahnya, maka Jungkook lebih dari itu, ia jauh lebih tak tega dari Yoongi. Ia jauh lebih dilema.

Jungkook setiap hari melihat Arsyi. Senyum dan tawa gadis itu sudah menjadi candu baginya sehingga tak ingin menggoreskan luka yang membuat liquid bening keluar dari manik cokelat gelap milik gadis itu. Jungkook tak ingin membuat Arsyi menangis, dan itu sudah menjadi prinsipnya.

Jungkook mengangkat kepala, manik redupnya menatap Yoongi dengan tatapan yang menunjukkan betapa kacau dan dilemanya dia sekarang. "Tapi Bang, Om Arkan nyuruh gue buat rahasian ini dari Arsyi, seburuk apapun keadaan dia nanti, Om Arkan bilang jangan ngasih tau apa-apa ke Arsyi. Dia udah janji ke ayah kandungnya Arsyi, buat nggak bakal bikin Arsyi menangis," jelasnya bersamaan dengan nafasnya yang terhembus begitu berat.

S W E E T G U A R DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang