-46 : Meet and Leave

1.9K 281 331
                                    

Biarkan malam ini terisi antara keraguan dan kemungkinan
Dan berkurung di birai waktu untuk merindu.

___

Saat ini Arsyi tengah berdiri di depan halte dekat kampusnya untuk menunggu Gocar di temani oleh Lucas.

"Nah, itu dia." Lucas menunjuk mobil sejuta umat berwarna hitam yang berhenti di depannya.

"Pak Malik kan?" tanya Lucas di dekat kaca jendela penumpang yang terbuka.

Supir itu mengangguk. "Iya, saya Pak Malik, dengan Mas Lucas ya?"

Lucas mengangguk. Kemudian ia menoleh ke Arsyi yang berdiri di sampingnya. "Sekali lagi sorry banget ya beb, hari ini nggak bisa nganterin lo balik," ucapnya dengan sendu dan sedikit cemberut.

Arsyi mengangguk mafhum. "Santai aja kali, udah sana pulang ntar di marahin nyonya besar lho," suruh Arsyi dengan mendorong sedikit punggung Lucas.

Hari ini Lucas tidak bisa mengantarkannya pulang seperti biasa, karena sang ibu memintanya untuk mengantarkan ke salon. Dan Lucas pun menggantinya dengan memesankan taxi online untuk mengantarkan Arsyi.

"Iya abis ini, abis lo naik ke mobil," sahut Lucas tetap berdiri kekeuh. "Ada duit buat bayar nggak?" celetuknya.

"Lo ngeremehin gue, Kas?" solot Arsyi. "Yaiyalah nggak ada. Hehehe!" jawabnya kemudian sambil nyengir polos.

Lucas mendengus kasar serta menampilkan ekspresi flatnya. Kirain ada!

"Nih," Lucas memberikan 2 lembar uang berwarna merah pada Arsyi, "kembaliannya besok kasih ke gue," pesannya.

Arsyi menerima uang itu. "Yaelah, perhitungan banget si." Arsyi mendelik tajam ke Lucas.

"Kan lumayan buat gue bayar wc umum," sahut Lucas. Entah benar atau tidak, Arsyi tidak peduli.

"Bodo amat Kas," sahut Arsyi pasrah. Ia pun membuka pintu mobil dan menutup sesudah dirinya duduk di jok belakang.

"Pak, bawanya yang kenceng aja ya, kalo udah sampe langsung lempar aja nih anak," pesan Lucas.

"Diem lu keset welcome!" omel Arsyi marah.

Lucas terkekeh.

"Yaudah gue duluan, ya," ucap Arsyi yang langsung normal lagi.

"Iya," Lucas mengacak rambut Arsyi dan menyempatkan tangannya untuk menjepit hidung Arsyi di antara dua jarinya, "hati-hati."

Mobil Arsyi pun perlahan meninggalkan Lucas dan berjalan membelah jalan raya yang masih belum terlalu macet, karena memang belum jam pulang kerja.

"Hmm, Mbak," panggil supir yang melirik Arsyi lewat spion tengah.

"Iya, Pak?"

"Saya boleh nggak jemput anak saya dulu di sekolah habis itu baru nganterin mbak, soalnya jam pulang anak saya tinggal lima menit lagi," Izin Pak Malik.

"Oh, boleh kok pak, kebetulan saya habis ini juga nggak sibuk-sibuk banget," jawab Arsyi yang mengizinkan.

Pak Malik tersenyum lega. "Makasih ya, Mbak," ucapnya yang di balas Arsyi dengan anggukan.

Tak lama kemudian mobil pun berhenti di dekat sebuah sekolahan yang cukup besar.

Tak sengaja Arsyi melihat ada Papeda yang di jual di sekitaran pagar sekolah, berhubung Arsyi sudah lama tak memakan jajanan itu, ia pun berniat ingin membelinya.

"Pak, saya mau beli jajanan dulu di sana, kalo lama tungguin bentar ya, hehe." Arsyi menunjuk dimana ada beberapa abang-abang jual jajanan khas sekolah.

S W E E T G U A R DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang