じゅう に

755 133 7
                                    

❝ semuanya berubah,
perubahan tidak
selamanya buruk. ❞

Suara ketukan pintu terdengar hingga kedalam rumah, membuat sang pemilik rumah atau siapapun yang tinggal disana segera membukakan pintunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ketukan pintu terdengar hingga kedalam rumah, membuat sang pemilik rumah atau siapapun yang tinggal disana segera membukakan pintunya. Orang yang mengetuk datang dengan wajah yang cemas.

"Ada apa Hanabi?" tanya pria itu kepadanya.

Hanabi mendongak agar bisa melihat dengan jelas wajah pamannya itu. "Paman, aku perlu bantuanmu dan ini darurat."

Hanzo melihat Hanabi dengan bingung, tanpa bertanya ia mempersilahkan keponakannya itu masuk ke dalam rumahnya. Hanzo belum menikah jadi rumahnya agak berantakan.

"Silahkan duduk, Hana, akan paman buatkan minuman kesukaanmu," ujarnya sambil berjalan ke dapur.

Hanabi memegang tangan pamannya. "Tidak perlu paman," ujarnya lembut.

Sang pria tidak bertanya ataupun curiga dengan sikap Hanabi, ia hanya langsung duduk di seberang keponakannya dan menyiapkan diri untuk apapun yang akan Hanabi ceritakan kepadanya.

"Jadi, paman sebenarnya aku bisa melihat benang merah semua orang," Hanabi mulai bercerita, ia menundukan kepala dan tidak berani melihat ke arah Hanzo, "Dan singkat cerita, aku bertemu dengan seorang lelaki―"

Hanzo yang sedang minum kopi langsung menyemburkan kopinya keluar. "Tunggu apa? Kau bisa melihat benang merah?Seorang lelaki?! Apakah kau menyukainya Hana? Astaga keponakanku sudah beranjak dewasa."

"Aku belum selesai bercerita, paman," ujar Hanabi dengan wajah datar, ini adalah salah satu alasan mengapa Hanabi sangat tidak ingin bercerita kepada pamannya.

Pamannya selalu saja mengambil kesimpulan jauh terlalu awal saat ia bercerita, seperti sekarang contohnya. Namun bagaimanapun pamannya yang tahu cara mencari jalan keluar jika ada urusan ninja.

Hanzo meletakkan cangkir kopinya di meja. "Silahkan lanjutkan kalau begitu, Hana."

Sang gadis bersurai hitam menarik napasnya bersiap untuk melanjutkan. "―dan lelaki itu juga seorang ninja namun ia dari klan Shadow. Masalahnya adalah, benang merahnya tersambung kepada benang merahku. Aku takut kejadian yang menewaskan ayah dan ibu terulang, akulah yang menjadi korbannya sekarang."

Sang paman terdiam, keheningan menyelimuti mereka. Hanabi meneteskan air matanya ketika ia mengingat ayah dan ibunya.

Ayah Hanabi berasal dari klan Scarlet sedangkan sang ibu berasal dari klan Shadow, mereka bertemu saat ada perang di istana kekaisaran, ayahnya mendapatkan cinta pandangan pertama. Lambat-laun mereka saling berkenalan dan sebuah rasa tumbuh diantara mereka namun mereka tidak pernah bercerita kepada pemimpin klan.

Sejak dulu, klan Shadow dan klan Scarlet selalu bermusuhan karena itulah mereka menikah secara diam-diam. Dan ketika umur Hanabi mencapai 5 tahun, rumah mereka diserang, ayah dan ibunya ketahuan. Hanabi berhasil dilarikan ke rumah Hanzo sedangkan ayah ibunya tidak selamat.

Walaupun waktu sudah menyapu kejadian itu, luka yang tercipta di dalam hati Hanabi tidak akan pernah menghilang sampai sekarang.

"Hana-chan, mungkin inilah saatnya aku bercerita kepadamu," kata pamannya dengan suara yang serak, bisa dilihat kalau pamannya sedang serius.

Hanabi menghapus air matanya kemudian memberanikan diri untuk menatap mata pamannya.

"Semua klan merahasiakan hal ini namun dari yang kudengar suatu saat nanti ada seseorang yang bisa menyatukan semua klan, orang itu mempunyai berkat khusus untuk melihat benang takdir dan mereka menamakannya Red One ...," ia memberikan sedikit jeda pada ucapannya, "Dan sekarang aku tahu siapa yang dimaksud mereka dan aku bangga."

Hanabi tersentak mendengarnya, pamannya tersenyum kepadanya. Senyumannya sangat hangat bagi Hanabi.

"Hanabi, kuatlah karena kau di takdirkan untuk mengubah sejarah."

🌷。

Higanbana┊HayaHana ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang