はち

899 145 10
                                    

❝ bermimpilah dalam
hidup, jangan
hidup dalam mimpi. ❞

Hanabi menghirup napas lega, hari pertamanya berakhir dengan sangat lancar bisa dikatakan, terutama saat dirinya mampu menyelesaikan soal matematika dari gurunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanabi menghirup napas lega, hari pertamanya berakhir dengan sangat lancar bisa dikatakan, terutama saat dirinya mampu menyelesaikan soal matematika dari gurunya. Teorama pythagoras terlalu menyusahkan.

Menurutnya pelajaran teorama pythagoras tidak terlalu dibutuhkan baginya, lagipula tukang sayur mana yang menghitung jumlah belanjaan ibu-ibu memakai rumus pythagoras? Kalaupun itu ada, mungkin Hanabi tidak akan berbelanja disana.

Kadang Hanabi berharap untuk menjadi salah satu karakter anime yang ditontonnya. Akabane Karma contohnya, dia hebat dalam segala hal, sayangnya nakal.

Atau mungkin Ayanokouji Kiyotaka? Dia pintar sih, bukan, maksudnya licik. Hanya saja wajahnya terlalu datar dan itu membuat Hanabi sangat ingin menampolnya. Sungguh.

Halusinasinya sangat tinggi, manabisa ia menampol karakter 2 dimensi. Mungkin Ayanokouji selamat dari tampolan Hanabi, saat ini.

Seseorang menepuk pundak Hanabi. "Hanabi?"

Hanabi menoleh, dilihatnya sosok yang sangat familiar. Salah satu pelanggan setia di toko Pharsa. "Hayabusa? Apa yang kau lakukan disini?" walaupun ia memakai masker, Hanabi masih bisa mengenalinya.

"Jangan nyaring-nyaring, nanti ada paparazzi," ujar Hayabusa, "Bersekolah. Tunggu, bukankah sekolahmu bukan disini?"

"Aku baru saja pindah, hari ini. Sekolahmu juga bukan disini," Hanabi sangat bingung dengan lelaki yang ada didepannya itu, Hayabusa bukan stalker kan?

"Ya, ceritanya lucu. Ada seseorang yang mengetahui kalau aku bekerja di minimarket itu, jadi untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan bos-ku memindahkanku ke cabang mininarketnya disini," Hayabusa bercerita.

Hanabi menahan tawanya. "Jadi begitu? Jadi terkenal ternyata ada tidak enaknya ya?"

Sang lelaki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Mau bagaimana lagi? Ngomong-ngomong, kau akan pulang pakai apa?"

"Motor," jawab Hanabi singkat, "Aneh ya, jika dipikirkan bagaimana cara kita akrab dan mulai berteman."

Hayabusa mengingat. "Iya sih, pertama kita bertemu karena kunci motormu yang tertinggal, kedua kita akrab karena kau bekerja di toko bunga favoritku."

Seakan ditakdirkan bertemu. Hanabi bergumam dalam hati, dilihatnya kelingking Hayabusa. Namun hasilnya tetap sama saja seperti kemarin, benang merahnya putus dan tidak tersambung kemanapun.

"Hanya kebetulan," Hanabi berpikir lagi, "Mungkin," tambahnya. Di dalam hati, sang gadis benar-benar ingin kalau semua itu hanya kebetulan.

🌷。

Higanbana┊HayaHana ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang