じゅう よん

795 115 3
                                    

❝ hancurkan saja
hati ini hingga dirimu
puas dan menyukainya. ❞

Alrojinya menunjukan tepat pukul dua belas siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alrojinya menunjukan tepat pukul dua belas siang. Hanabi hanya berdiri disana, diteriknya matahari untuk menunggu seseorang tanpa peduli angin yang berhembus sehingga membuat rambutnya berantakan.

Tidak lama, seorang lelaki bersurai hitam dengan syal merah dan masker yang menutupi mulutnya datang. Mereka tahu seharusnya mereka tidak bertemu, tapi mereka sama sekali tidak takut dengan hal itu.

"Hanabi, a-aku," lelaki itu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan semuanya.

Sang gadis meletakkan jari telunjuknya pada sang lelaki, mengisyaratkan dirinya untuk diam. "Kita ditakdirkan untuk sebuah hal yang besar."

Hayabusa―nama pria itu―tersenyum dibalik maskernya. Walaupun begitu Hanabi masih bisa melihatnya.

"Bukan hanya itu ...," ujar sang lelaki, Hanabi tersentak, apakah ia melupakan sesuatu?

"... Aku baru menyadarinya akhir-akhir ini, bahwa aku menyukaimu. Ketika aku mengetahui kau dari klan Scarlet, aku sangat mencemaskanmu dan sekarang perasaan itu telah lenyap," lanjutnya.

Hanabi tersenyum balik kepadanya. "Apakah ada yang memberitahumu tentang hal itu?"

Sang lelaki menggeleng. "Itu tertulis di sebuah buku yang terlarang untuk dibaca, beberapa tahun lalu aku membacanya karena iseng dan ternyata isinya menceritakan bagaimana cara kedua klan ini."

Kini Hanabi tersenyum puas, ia tidak harus menjelaskan semuanya ke Hayabusa lagi sekarang. "Bagaimana? Apakah kau mau menggabungkan dua klan ini?"

Ia tidak perlu menjawab, wajah Hayabusa mensiratkan artian 'iya'. Hanabi mengela napasnya lega, yang mereka harus lakukan sekarang hanyalah menunggu waktunya dan berusaha bersembunyi dari pembunuh bayaran kedua klan tersebut.

Itu cukup mudah bagi mereka berdua, mereka adalah ninja terhebat di klan mereka lagipula. Tapi semoga saja hal buruk yang mereka harapkan tidak terjadi.

"Bagaimana dengan surat Kagura? Apakah kau sudah membacanya?" tanya Hayabusa.

Sang gadis teringat surat pemberian sahabatnya itu, dikeluarkannya surat itu dari dalam kantong jaketnya. "Kurasa kita perlu membukanya bersama."

Hayabusa menangguk, ia membiarkan Hanabi memimpin jalannya. Hanabi membawa Hayabusa ke sebuah kursi yang tepatnya berada di bawah pohon yang rindang, pohon itu adalah pohon bunga sakura namun bunga sakura belum mekar pada musim ini.

Hanabi duduk duluan sedangkan sang ninja lelaki mengalah dan duduk di bawah, terpaksa Hanabi harus menunduk agar mereka bisa membaca surat itu bersama-sama.

"Kenapa tidak kau bacakan saja? Dan aku yang akan mendengarkan," usul Hayabusa.

Sang gadis menangguk. "Untuk Hanabi tersayang dari Kagura sahabatmu," ujarnya membaca awalan pada surat tersebut, "Mungkin aku tidak pernah tahu kapan surat ini sampai namun satu hal yang pasti, aku sudah tiada."

Hanabi menghela napasnya, bersiap untuk membacakan paragraf selanjutnya. "Bagaimana kabarmu? Kuharap dirimu baik-baik saja, sebelum dan setelah menerima surat ini. Apakah dirimu sudah bertemu dengan Hayabusa? Dia adalah lelaki yang baik, kau mungkin harus berkenalan dengannya."

Mendengar namanya tertulis disana, Hayabusa mendekat untuk mendengarkan dengan seksama.

"Kabarku saat aku menulis ini? Entahlah, semuanya bercampur aduk dan membuatku berputar di lautan pertanyaan. Hahaha, gaya penulisanku jadi terikut gaya penulisan novelmu. Ternyata asik juga jadi penulis, kau bisa mengeluarkan semua yang tersirat dalam dirimu kedalam sebuah tulisan.

Aku sudah mendengar tentang novelmu yang akan terbit, dan alurnya sangat mirip dengan kehidupanku. Terima kasih Hanabi Aku juga sudah membaca serta membelinya kau tahu? Dan aku menyukainya! Bagaimana jika kau membuat buku keduanya? Ending di buku pertama sangat menggantung.

Andaikan aku masih disana saat kau menerbitkan buku kedua dari kisah itu. Sayangnya, kehidupan idola membuatku muak! Aku sudah tidak tahan lagi! Walaupun ada dirimu, Hayabusa, Selena, dan Lunox yang selalu mendukung setiap pilihanku, rasanya sangat tidak cukup.

Aku pikir aku adalah orang yang egois, entahlah atau mungkin orang tuaku lah yang menjadi antagonisnya saat ini.

Maafkan semuanya Hanabi, aku hanya tidak tahan dengan semuanya. Satu hal yang pasti, percayalah aku akan selalu menyertaimu apapun pilihan yang engkau buat. Aku percaya semua yang Tuhan berikan kepadamu adalah hal yang terbaik.

Terima kasih sudah membaca ini, aku ucapkan selamat tinggal dan berjanjilah kita akan bertemu lagi suatu saat nanti."

Hanabi terdiam sejenak, "Tertanda, Kagura."

🌷。

(n.) Diriku ini akan segera merevisi Berlalu supaya seirama dengan buku Higanbana ini uwu.

Higanbana┊HayaHana ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang