Hari pertama bekerja, sungguh melelahkan namun menjadi kenikmatan tersendiri untuk Nino. Di hari pertama dia sudah memiliki banyak pasien, sungguh, apa seniornya sengaja melakukan itu? Nino kadang tercengang sendiri, tapi tak apalah, dia suka menghabiskan waktu di rumah sakit, daripada di rumah, dia bisa gila nanti.
Nino melirik kotak bekal yang dibawakan Mamanya, ia menimbang – nimbang mau memakannya atau tidak? jika tidak, dia tidak menghargai usaha Mamanya yang sudah memasak dan menyiapkan beka itu, tapi jika dia memakannya, apa kata mereka yang melihatnya makan bekal di usia 29 tahun? Nino menghela napas, dia memutuskan mengambil bekal itu dan membawanya ke cafetarian. Biarlah, terserah apa kata mereka, yang penting Nino makan dan lain waktu dia bisa berangkat lebih pagi untuk menghindari Mamanya.
"Dokter Nino mau makan siang?"
Langkah Nino terhenti, dia tersenyum pada beberapa perawat yang sedang berjaga di ruang bedah. "Iya." Jawabnya lalu menunjukkan kotak bekal yang dibawanya. "Mau makan bersama?" tanyanya dengan senyum memikat.
Semua perawat perempuan langsung menatap Nino dengan mata berbinar dan jika bisa di gambarkan mungkin saja mereka semua sedang mengeluarkan air liurnya menatap Nino.
"Dokter tidak keberatan?" tanya salah satu perawat.
"Tentu saja tidak, ayo!"
Semua perawat perempuan itu langsung bergegas mendekati Nino. "Dokter, kami diajak, enggak?" tanya perawat laki – laki penuh harap.
"Tentu saja, ayo! Makan bersama lebih menyenangkan..."
Perawat laki – laki itu mendekati mahasiswa yang sedang praktik, "Kamu jaga dulu, ya? Nanti kalau ada apa – apa Whatsapp aja.."
"Iya, Mas. Siap. Nitip pisang goreng sama ote – ote sekalian ya, mas. Lagi bokek, harus hemat buat sebulan.."
"Oke.."
Nino tersenyum melihat interaksi itu, mereka saling mengobrol selama perjalanan menuju cafetarian, ada bangku kosong di tengah ruangan. Nino melangkah lebar menuju bangku itu, memang bangku itu yang paling luas, cukup menampung 5-6 orang. Nino langsung duduk, begitupun yang lainnya.
"Kalian bisa pesan apa saja, biar saya yang bayar nanti..."
Semua perawat saling tatap kemudian perawat lagi – laki ber name tag Bagus mendekatinya, duduk di sampingnya. "Beneran, Dok? Enggak bohong?"
"Ya enggak lah. Pesan sana!" ucapnya senang.
Bagas langsung bersorak dan menulis pesanan perawat lainnya. Nino menatap kotak bekal miliknya dan melihat sekeliling cafetarian yang mulai ramai. Tidak ada batas antara pegawai dan keluarga, kebersamaan memang menyenangkan. Selama kuliah dan 3 tahun bekerja di luar negeri, Nino kesepian, makan sendiri, cuci baju sendiri, tidur pun sendiri, dia tidak mau sendiri, lebih banyak orang dan kebersamaan akan sangat menyenangkan.
Tiba – tiba saja sudut matanya menangkap sesuatu, dia bertatapan dengan seorang perempuan. Seragam khas rumah sakit, tatapan mereka terkunci dan waktu seakan berhenti. Kenangan di bandara merebak dalam ingatannya.
Mungkinkah? batin Nino. Dia mengenali perempuan itu, perempuan yang sama yang tidak sengaja dia tabrak saat di bandara. Apa saat itu koper mereka tertukar? Jika memang iya, pasti kopernya ada pada perempuan itu.
*******
Dilla menghabiskan makan siangnya dengan cepat karena mahasiswa praktik yang berjaga menghubungi, mengatakan bahwa ada 1 pasien yang sudah pembukaan lengkap. Dia bergegas menuju ruang VK, segera memakai APD nya dan bersiap di sisi sang calon Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE OF LOVE [Tamat]
RomanceBanyak yang bilang, luka sembuh seiring berjalannya waktu.. Hal itu tidak berpengaruh pada FARADILLA NADA INDRIANI. Perjuangan, penantian, kesabaran bahkan cinta sekian tahun harus berakhir hanya lewat kalimat pendek menyisakan sakit yang teramat hi...