Hanna bergerak gelisah dalam tidurnya, sampai akhirnya terlentang, menatap langit – langit kamarnya dan menoleh melihat suaminya yang sudah terlelap. Hanna langsung turun dari tempat tidur, memakai jubah tidurnya dan keluar, jam dinding di ruang keluarga menunjukkan hampir pukul 12 malam, dan Nino belum juga pulang.
"Nino.. kamu dimana sayang?" bisik Hanna sambil memeluk dirinya sendiri, sesekali bergerak mendekati jendela, menyibak korden dan melihat tanda – tanda mobil Nino masuk ke halaman.
Hujan masih setia sejak tadi sore, sejak mengikuti Dilla dan melihat perempuan itu masuk ke dalam kontrakannya, Hanna berpikir, dia harus memberikan penegasan pada putranya, bahkan Nino harus menyerah. Hanna tidak mau melihat Nino menderita seperti ini terus.
Nino memiliki segalanya, jadi kenapa dia harus bersusah payah, banyak perempuan diluar sana yang lebih baik dari Dilla, benar, bukan?
Hanna tersentak saat samar – samar mendengar deru mesin mobil memasuki halaman, dia langsung membuka pintu dan melihat Nino melangkah gontai keluar dari mobil, pakaiannya basah.
"Nino!" seru Hanna menatap Nino sedih di depan pintu.
Nino berhenti melangkah dan menatap Mamanya lama, kemudian tersenyum lalu melangkah lebih dekat. Hanna melangkah cepat mendekati Nino dan tepat saat itu juga, tubuh Nino ambruk dalam pelukan Hanna.
"NINO! Nino!" teriak Hanna sambil memeluk tubuh Nino yang sudah dingin. "PAPA! MADAVA!"
*******
"APA?" Dilla langsung menutup pintu lokernya saat mendengar Siama mengatakan Nino dirawat di rumah sakit sekarang. "Diruang apa, Mbak?"
"Ruang VVIP Kamboja lantai 3." jawab Siama. "Bahkan beberapa anak IGD nekad ambil foto Dokter Nino waktu di IGD malam tadi."
Dilla diam, gelagatnya terbaca oleh Siama, "Kamu ada masalah sama Dokter Nino?"
"Eh.. enggak kok Mbak.." ucap Dilla cepat, "Nanti habis shift aku mau jenguk Dokter Nino.."
Siama tersenyum, "Baguslah... Ayo operan!"
"Ya mbak..." Dilla mengekor di belakang Siama sambil terus berpikir.
Sudah saatnya dia mengambil keputusan terakhir. Cukup membuat semuanya menjadi sangat rumit.
*******
Fadil terus saja memeluk tubuh Istrinya dan berusaha menenangkannya, Hanna terus saja menangis melihat kondisi Nino, membuat Fadil kewalahan. Dia menatap Madava, dan putranya itu hanya menggeleng dramatis.
"Ma.. Nino baik – baik saja. Dokter bilang demam dan kecapekan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Mama tahu, Pa!"
"Kalau begitu berhenti menangis, Ma. Biarkan Papa pulang mengambil pakaian ganti untuk Mama. Madava, kau disini temani Mama dan Kakakmu."
"Ya, Pak..."
Fadil mendorong pelan tubuh Hanna, mencengkeram kedua lengannya. "Jangan seperti ini, Ma.. Papa mohon, lihatlah! Nino sudah besar, jangan terus – terusan memandang Nino sebagai anak kecil. Dia pria dewasa sekarang, sudah bisa mengambil keputusan sendiri, menentukan kehidupannya sendiri. Suka maupun duka, itu keputusan Nino."
Hanna sesegukan mendengar kalimat panjang suaminya. "Jadi, Papa pikir Mama kekanakan, begitu..."
"Itulah yang Papa lihat..." tegas Fadil, cukup sudah dia hanya diam dan melihat Istrinya terus menerus mencampuri kehidupan putra sulung mereka, kini biarkan Nino yang memutuskannya. "Papa mohon! Mama harus tetap tenang dan mendukungnya, bukan malah memberikan beban pada Nino, Mama mengertikan, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE OF LOVE [Tamat]
RomanceBanyak yang bilang, luka sembuh seiring berjalannya waktu.. Hal itu tidak berpengaruh pada FARADILLA NADA INDRIANI. Perjuangan, penantian, kesabaran bahkan cinta sekian tahun harus berakhir hanya lewat kalimat pendek menyisakan sakit yang teramat hi...