Sejak berbincang dengan Pak Hadi sore itu, Dilla memutuskan untuk menjalaninya. Dilla juga sudah berdamai dengan dirinya sendiri, dia mengakui bahwa kini hatinya benar – benar milik Nino, tapi di sisi lain, dia tidak mau memaksakan apapun.
"Akhir – akhir banyak diam kamu, Dil..." Siama menyuarakan pikirannya sejak tadi, dan Dilla hanya menanggapinya dengan senyuman. "Kamu kenapa? Salah minum obat?"
"Enggak. Aku gak sakit, Mbak."
"Terus?"
Dilla hanya mengangkat bahunya acuh dan keluar dari ruang istirahat menuju ruang observasi, menghampiri beberapa mahasiswa mengajak mereka berkeliling dan memberikan masukan tentang tugas – tugas mereka dan semangat untuk segera menyelesaikan tugasnya karena waktu praktik mereka sudah hampir selesai.
Tidak terasa dua minggu berlalu dengan cepat, Dilla bisa menyesuaikan diri, namun ada kalanya dia tertekan saat pandangannya langsung menemukan sosok Nino. Dia dan Nino tidak saling sapa, bahkan jarang bertemu. Pria itu sibuk, setelah pelatihan, Nino mendapatkan promosi dan lebih sering berada di ruangannya dan sibuk dengan pasien VIP.
Sedangkan Dilla, dia memulai semuanya dengan Rendra, belum, belum berstatus pacaran atau menerima pinangan Rendra, namun mereka sudah memutuskan untuk menghabiskan sisa kontrak Rendra di sini, yang tinggal seminggu lagi, setelah itu, Dilla siap menjawab pinangan dari Rendra.
"Dilla!"
Dilla langsung menoleh, mendapati Fina, bidan yang dulunya magang, kini sudah menjadi pegawai tetap di sini.
"Ada apa?"
"Itu..." tudingnya keatas, membuat Dilla diam dan kebingungan.
Dia mendekati Fina."Apa?"
"Aduh, siapa namanya? Lupa aku...itu, Rendra, ya? Pria yang waktu itu jemput kamu."
Dilla mengangguk, "Kenapa memang?"
"Itu ada di IGD, kayaknya kecelakaan deh..." mata Dilla membelalak seketika, dia langsung melesat pergi menuju IGD.
*******
Nino baru saja menyelesaikan poli paginya dan bergegas menuju IGD karena mendengar ada kecelakaan. Sebuah bus oleng dan menerobros proyek bangunan, menyebabkan robohnya beberapa bangunan proyek.
"Dokter Nino!"
Nino langsung menoleh dan menuju salah seorang perawat, dia bergegas memeriksa dan memberikan instruksi cepat, dari satu pasien ke pasien lainnya, karena jadwalnya sudah kosong Nino bisa lebih fokus membantu IGD.
"Dil! Aku benar – benar gak papa.."
Sayup – sayup Nino mendengar, dia mengerjap dan terus fokus pada luka pasiennya.
"Kamu jangan bohong! Lihat itu kepala kamu di perban, tangan kamu luka begini..."
"Aduh, kamu tanya temanmu, aku baik – baik saja. Cuma jahitan tiga kok..."
Tidak, pikir Nino. Nino tidak bisa berkonsentrasi, dia mengenali suara Dilla. Dua minggu berlalu sejak malam berhujan itu, Nino menghindari Dilla, beruntung dia mendapatkan promosi di lantai VIP, jadi dia jarang bertemu dengan Dilla.
"Dokter?"
Panggilan perawat di sampingnya membuat Nino mengerjap, dia mengambil napas dan mendongak. "Kamu selesaikan jahitannya, saya perlu ke toilet..."
"Baik, Dok..." perawat laki – laki itu segera bergegas menyiapkan diri dan bertukar tempat dengan Nino.
Perlahan Nino keluar dari ruangan itu menuju ke sumber suara yang sejak tadi mengusik konsentrasinya. Dia melihat Dilla di sana, dengan pakaian khas ruang VK, sedang memarahi seorang pria, Nino mengenali pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE OF LOVE [Tamat]
RomanceBanyak yang bilang, luka sembuh seiring berjalannya waktu.. Hal itu tidak berpengaruh pada FARADILLA NADA INDRIANI. Perjuangan, penantian, kesabaran bahkan cinta sekian tahun harus berakhir hanya lewat kalimat pendek menyisakan sakit yang teramat hi...