Suasana di mobil begitu canggung, hanya ada musik terdengar dari saluran radio yang menggema di dalam mobil Nino. Sejak tadi Dilla menatap keluar jendela, sesekali mengusap belakang lehernya lalu berdeham setelah tidak kuat terus diam saja.
"Mas.."
"Dia Alfan mantan kamu, ya?"
Mata Dilla membulat seketika, "Mas Nino tahu darimana?"
Nino menghentikan mobilnya di lampu merah dan menatap Dilla. "Raka yang cerita."
Kening Dilla berkerut dalam, anak itu maunya apa sih? Batin Dilla gemas.
"Sebenarnya mas maunya kamu yang cerita, tapi kayaknya enggak bakal cerita."
Dilla mengangguk pelan, nada sindiran dari ucapan Nino mengenai tepat sasaran. "Bukannya gak mau cerita. Belum waktunya aja sih..."
"Aku tahu." Nino menatap lurus kedepan dan mulai mengemudikan mobilnya. "Jadi, ada cerita apa tadi?"
Dilla diam, menatap lurus ke depan, jalanan begitu lenggang namun kecepatan mobil Nino masih santai, dia tahu Nino pasti menginginkan penjelasan.
"Kalau enggak mau cerita gak papa. Aku bakal tunggu. Toh, ada banyak waktu berdua sama kamu."
Benar juga, pikir Dilla. Tapi, Dilla menghembuskan napas pelan dan menggeser tubuhnya menatap Nino. "Tadi, Istri mbas Alfan lahiran. Aku yang tolongin."
"Oh..."
"Awalnya aku takut, tapi ya..."
Lalu Nino tertawa, membuat Dilla kebingungan. "Mas Nino kenapa ketawa?"
"Aku jadi ingat sesuatu aja."
"Ingat apa? Bilang dong, Mas!" Dilla menarik – narik pelan kemeja Nino, membuat tawa Nino semakin keras.
"Enggak nanti kamu marah..."
Dilla menarik tangannya dan bersedekap, memasang wajah cemberut. Nino melirik sekilas pada Dilla dan tersenyum, tawanya menghilang. "Ih, ngambek... mulai muncul jeleknya..." goda Nino.
Dan bibir Dilla membuka sedikit, terkejut dengan godaan Nino. Sepertinya Nino yang polos sudah tidak polos lagi, pikir Dilla. "Mas sekarang pintar ngegoda, ya? Dulu enggak bisa..."
Nino terkekeh, "Kan belajar dari buku."
Dilla tersenyum, suasana yang awalnya canggung berubah seketika. Nino pria yang penyabar, dan Dilla terkadang merasa buruk, dan tidak pantas untuk Nino yang begitu menyayanginya, namun Nino terus sama memeluknya, meraih tangannya, menggengam tangannya kuat dan memastikan bahwa Dilla tidak akan pergi kemana – mana.
Dilla lansung bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan karena sudah memberikan Nino sebagai jodoh dunia akhiratnya.
*******
Waktu berjalan dengan cepat, tinggal menunggu hari sampai acara pertunangan mereka. Dilla masih saja aktif bekerja begitupun dengan Nino, namun sepertinya yang lebih sibuk adalah Nino, karena pria itu lebih banyak mendapatkan pekerjaan mengisi seminar dan sering keluar kota, membuat jarak diantara mereka, namun kali ini Dilla percaya sepenuhnya pada Nino. Setiap hari Nino selalu mengiriminya pesan, bertanya banyak hal dan saat mereka sama – sama longgar, Nino selalu mengajaknya video call, bercerita seperti apa harinya dan begitupun dengan Dilla sendiri.
Hari ini Dilla bangun dengan suasana hati yang bagus, pasalnya hari ini Nino akan masuk kerja setelah hampir seminggu penuh mengisi pelatihan dan seminar di berbagai kota. Dilla menatap dirinya sendiri dan memberikan sedikit parfum di ceruk lehernya, saat deru mobil terdengar, Dilla tersenyum senang, dia menyambar tasnya dan segera keluar dari kontrakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE OF LOVE [Tamat]
RomanceBanyak yang bilang, luka sembuh seiring berjalannya waktu.. Hal itu tidak berpengaruh pada FARADILLA NADA INDRIANI. Perjuangan, penantian, kesabaran bahkan cinta sekian tahun harus berakhir hanya lewat kalimat pendek menyisakan sakit yang teramat hi...