Bab 5

2.2K 275 14
                                    

Nino menutup pintu kamarnya perlahan, dia melangkah pelan menuju balkon kamarnya, berdiri di sana dan memandang langit malam.

"Kakak sudah jatuh cinta. Gitu aja repot? Sampai – sampai kehidupan Kakak kacau."

Kalimat Madava masih terngiang dalam kepalanya.

Jatuh cinta, ya? Nino tersenyum, mungkin saja, tambahnya dalam hati. Tangannya meremas dada bagian kirinya.

"Aku jatuh cinta!" teriak Nino penuh kebahagiaan. "Jadi, begini ya, namanya penyakit jatuh cinta! Berjuta rasanya!"

Di kamar sebelah, Madava hendak tidur dan mendengar teriakan Nino, dia menutup kedua telinganya dan bergumam. "Dasar perjaka!" lalu menarik selimutnya sampai menutupi kepala dan memejamkan mata.

*******

Senyum Nino tersenyum tercetak di wajahnya, dipagi hari saat sarapan, bahkan Hanna merasa aneh, kenapa putranya ini akhir – akhir ini sangat aneh?

"Mas, ini, bekal buat kamu lagi..." Hanna meletakkan kotak bekal di samping piring Nino yang sudah bersih.

Nino mendongak, senyumnya masih ada kemudian beranjak berdiri, mencium pipi Mamanya, "Makasih, Mama sayang..." ucapnya lantas mengambil kotak bekal itu. "Nino berangkat dulu, ya.. Bye bye"

Hanna melongo dibuatnya, tangannya menangkup pipi yang dicium Nino barusan. "Nino salah minum obat, ya?"

"Lagi jatuh cinta, Ma..." celetuk Madava dan langsung mendapat pelototan dari Hanna dan Fadil.

"Apa?" tanya Hanna dan Fadil bersamaan.

"Iya, Ma, Pa. Akhir – akhir ini Kak Nino aneh itu karena jatuh cinta..."

"Terus siapa calonnya?" tanya Hanna langsung duduk di kursi Nino, mulai menyilidiki.

Madava mengangkat bahu, "Madava enggak tahu, Ma. Tanya sendiri sama Kakak..."

Hanna diam, dia memicingkan matanya memikirkan siapa kemungkinan perempuan yang bisa menaklukkan hati putra kesayangannya.

Dia harus mencari tahu.

*******

Hari ini Nino datang lebih awal karena dia ada rapat dengan kepala departemen bedah mengenai sebuah kasus, dia tiba di ruang rapat, langsung memberikan salam kepada para seniornya lantas duduk.

Berbagai kasus perlu diadakan rapat diskusi karena memang menyangkut nyawa seseorang, terlebih jika itu menyangkut seorang bayi premature. Nino melihat CT – SCAN dan rekam medik pasien, mendengar dengan jelas penjelasan itu, ada kalanya beberapa kali Nino membuka suaranya dan mendapatkan respon baik dari seniornya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 saat rapat selesai, pintu rapat terbuka, banyak Dokter bergegas keluar dan melakukan kewajibannya, begitupun dengan Nino, dia langsung menuju ke bangsal bedah anak, melakukan visite pada pasiennya, mengontrol dan menyiapkan tindakan operasi.

Nino melangkah memasuki kamar rawat, bercengkrama dengan para orang tua, lalu hati Nino merasakan hal aneh, dia juga ingin memiliki keluarga sendiri, kenapa tidak terpikirkan olehnya sejak dulu?

"Sudah selesai?" tanya Nino pada salah satu perawat yang mengikutinya tadi.

"Sudah, Dok."

Nino mengangguk, melirik jam tangannya, "Kalau ada apa – apa, langsung hubungi saya, ya?"

"Baik, Dok."

Nino tersenyum lalu berpamitan dengan para perawat jaga, dia melangkah menuju polinya, saat dia hendak berkelok, dia melihat Dilla sedang mendorong brankar menuju ruang operasi. Senyum Nino mengembang, dia akan mulai mengejar Dilla, dan ide koper mereka yang mungkin saja tertukar bisa menjadi bahan pembicaraan.

MIRACLE OF LOVE [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang