Bab 9

1.8K 238 13
                                    

Nino gila! Sudah hampir dua jam dia mengitari stasiun, bolak – balik harus memarkir mobilnya hanya untuk turun, masuk ke satu demi satu toko oleh – oleh disepanjang jalan, namun dia tidak bisa bertemu Dilla. Nino sudah tidak bisa tenang, walau mereka belum sangat dekat, tapi tidak bisakah Dilla membalas pesannya dan membuat Nino merasa lega mengetahui Dilla tidak marah kepadanya karena sikapnya semalam.

Sepertinya, apa yang dia lakukan kali ini Tuhan tidak merestui dan tidak seperti di serial drama Korea atau bahkan India, yang nantinya dia akan bertemu dengan sang tokoh perempuan yang dicintainya. Nino melangkah masuk ke area stasiun, bertanya pada petugas dan mengetahui bahwa kereta pukul 10 sudah stand by di jalur 2 dan dalam 10 menit akan berangkat.

Nino tambah menggila, dia dengan berani menerobos masuk, berlari kesana kemari sambil melihat melalui jendela barang kali dia bisa melihat Dilla dan meminta perempuan itu untuk tidak membuatnya cemas. Ini pertama kalinya bagi seorang Nino, harus melakukan hal seperti ini.

"Mas! Ini area untuk para penumpang, pengantar tidak diijinkan masuk!" Dua satpam sudah mengapitnya, semakin Nino memberontak, cengkeraman kedua satpam itu semakin membuat tangannya sakit.

"Kalau Mas tidak bisa berkompromi! Saya akan bawa Mas ke kantor polisi!"

Nino diam seketika, bukan karena takut, jika dia sampai dibawa ke kantor polisi, tambah ruyam, bisa – bisa Mama dan Papanya akan kecewa dengan sikap Nino yang kekanakan ini.

"Saya tahu, Pak..." ucap Nino akhirnya, kedua satpam itu melepaskan cengkeramannya, membimbing Nino menuju pintu keluar, namun baru beberapa langkah, tiba – tiba sebuah ide terbesit dalam pikiran Nino.

Dia berbalik dan menatap kedua satpam itu. "Bisa saya minta bantuannya?"

Kedua satpam itu saling tatap, kemudian salah satu diantaranya maju, "Mas ini sudah melanggar peraturan, yang bisa saya bantu hanya mengarahkan Mas ke pintu keluar."

"Saya mohon.." Nino sampai menggerakkan kedua tangannya memohon kepada kedua satpam itu. "Saya hanya ingin memberikan pesan untuk perempuan yang saya cintai..."

"Mas, ini bukan syuting drama. Mas, silahkan keluar..."

"Saya mohon! Bisa – bisa saya enggak bisa ketemu dia lagi. Bapak pernah jatuh cinta, kan? Tahu bagaimana rasanya, kan?" Nino mendramatisir, dia harus mengerahkan semua kecerdasannya, kepanikan mulai menyeruak saat pengumuman keberangkatan kereta. "Pak, saya mohon!"

"Baiklah."

Nino tersenyum lega, "Bisa bawa saya ke Masinis kereta jalur 2?"

Kedua satpam itu mengangguk kemudian membawa Nino menuju kepala kereta, dimana disana dua orang Masinis sedang mempersiapkan keberangkatan.

"Bisa saya pinjam microfonnya?" ucap Nino, kedua masinis itu saling tatap kemudian menatap dua satpam itu.

"Masnya mau beri pesan untuk perempuan yang dicintainya."

Kedua Masinis itu tersenyum. "Mas, mau nyatakan cinta, ya? So sweet.." ucap Masinis yang lebih muda, kemudian beranjak dari kursinya, mempersilahkan Nino duduk disana.

Nino mengambil napas panjang kemudian berbicara, "Dilla... Aku harap kau mendengarnya. Dil... Maaf, ya, atas sikap dan ucapanku semalam yang mungkin menyinggungmu. Aku cuma ingin dekat denganmu, lebih mengenalmu, dan bisa bercanda denganmu, padahal aku sama sekali tidak pernah bercanda seumur hidupku. Dil... tolong, jangan kamu blokir nomorku, dari semalam aku mengirimimu pesan dan hanya ada tanda centang 1, itu membuatku frustrasi, tolong, setelah ini, bisakah kau balas pesanku. Aku mohon..."

Tepukan pelan pada bahunya membuat Nino menoleh, dia melihat Masinis yang lebih tua menunjuk jam tangannya dan Nino tahu, waktunya sudah tidak banyak. "Dilla, maaf sekali lagi... hati – hati dijalan..."

MIRACLE OF LOVE [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang