Pergantian shift sore ke malam memang terkadang membutuhkan waktu yang lama, Dilla dan temannya sesama shift harus sudah menyelesaikan dokumen dan persiapan pasien yang nantinya akan dilakukan tindakan di jam shift malam. Seperti sekarang ini, dia sedang berputar, menjelaskan ke Affia yang mendapatkan shift malam, dan beberapa bidan magang serta dua mahasiswa praktik.
"Semua udah siap ya, Dil?" tanya Affia.
"Sudah, Fia." Jawab Dilla sambil menatap dokumen di meja, "Besok aku ambil kereta jam 10..."
"Kenapa enggak ambil pagi aja?"
Dilla menggeleng, "Mau istirahat dulu, sama cari oleh - oleh buat si Raka, dia bawel terus dari kemarin minta oleh - oleh."
Affia mengangguk kemudian menyerahkan buku besar operan pada mahasiswa, Dilla melihat itu dan membuka suara, "Selalu observasi ya, dek. Apalagi kalau sudah masuk fase aktif."
"Nggih, bu..." jawab bersamaan dua mahasiswa prakti itu.
"Aku pulang dulu ya, Fi.."
"Iya, hati - hati. Diluar mendung tadi, kamu bawa mantel, kan?"
Dilla diam kemudian tersenyum. "Enggak bawa. Udahlah, dari sini ke rumah cuma 10 menitan, aku ngebut aja gak papa, toh udah malam juga, jalanan sepi."
"Jangan ngebut gitu, ah.. ngeri..." ucap Affia sambil bergedik ngeri dan dibalas senyuman oleh Dilla.
Kemudian Dilla masuk ke ruang istirahat, berganti pakaian kemudian lantas keluar, dia mengeluarkan ponselnya yang ternyata sudah mati sejak tadi, Dilla lupa mengisi baterai tadi.
Dilla masuk ke pelataran parkir dan bertemu pak Parnoto. "Pak Noto!" seru Dilla.
"Mba Dilla, sudah pulang?"
"Iya, Pak..." ucap Dilla sambil tersenyum.
"Sini kuncinya, Mba... Biar saya keluarin."
Mata Dilla berbinar senang, dia mengambil kunci motornya, memberikannya pada Parnoto. Tidak lama kemudian Parnoto datang dengan motornya.
"Terima kasih ya, Pak.."
"Sama - sama Mba Dilla. Hati - hati, malam ini mendung, Mba.."
Dilla tersenyum, "Nggih, Pak. Matur suwun..."
Dilla mulai melajukan motornya keluar dari pelataran, sejak keluar dari pelataran Dilla meresa ada yang aneh dengan motornya, tapi dia tidak mau pusing, karena jalanan yang dilaluinya sudah sepi, awalnya tidak nyaman, namun lama kelamaan, kurang lebih 4 menitan berjalan, Dilla merasa ban belakang motornya kempes, dia berhenti, menjagang motornya dan melihat ban motor belakangnya yang ternyata kempes.
Dilla menghela napas, dia menatap sekitar yang gelap, dan sepertinya baru ada tukang tambal ban beberapa meter di depan.
"Apa aku dorong saja, ya? Duh, baterai ponselku habis juga." Gumam Dilla, dia menatap langit yang tidak menampakkan bintang sama sekali hanya awan hitam saja yang terlihat.
Tidak lama kemudian disorot oleh sebuah lampu, Dilla menyipit dan melihat kearah lampu, sedetik kemudian lampu itu padam, Dilla melihat sebuah mobil BR-V warna putih, lalu dari pintu kemudi keluarlah seseorang dan dia adalah...
"Dokter Nino?"
"Hai.. Kenapa? Motornya mogok?"
Dilla menggeleng, "Bannya kempes."
"Em.." gumam Nino sambil melihat ban belakang Dilla yang kempes, Dilla memicingkan mata, seperti menatap dengan menyelidik.
"Dokter ngapain disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE OF LOVE [Tamat]
RomanceBanyak yang bilang, luka sembuh seiring berjalannya waktu.. Hal itu tidak berpengaruh pada FARADILLA NADA INDRIANI. Perjuangan, penantian, kesabaran bahkan cinta sekian tahun harus berakhir hanya lewat kalimat pendek menyisakan sakit yang teramat hi...