"Sh ... huh ... hati-hati." Jimin mendesis saat Sohyun membersihkan lukanya. Mereka berdua telah berada di ruang tamu apartemen Jimin. Kejadian beberapa saat lalu, begitu membuat lelaki berumur dua puluh tujuh tahun itu terkejut. Ia pikir, Sohyun akan pergi meninggalkannya setelah benar-benar mengetahui bahwa dirinya selingkuh. Jimin mengira kalau Sohyun akan mempercayai setiap ucapan yang keluar dari mulut Yoongi. Tapi kenyataannya, malah sebuah tamparan keras mendarat di pria pucat itu hingga membekas kemerahan. Terlebih, saat pria bernama Yoongi itu mengatakan telah menyukai Kim Sohyun."Sohyun, kau tidak marah padaku?" tanya Jimin dengan penuh kehati-hatian. "Argh!" pekiknya kemudian saat Sohyun menekan kapas ke lukanya. "Sakit!"
"Tentu saja aku marah! Jangan pikir aku diam saja ketika Mister berbicara tentang perselingkuhamu!"
"Aku tahu kau akan marah. Ya ... kau pantas memukulku untuk itu. Aku memang ... pernah berencana untuk ... menyelingkuhimu."
"Tega kau, Oppa!" kata Sohyun setengah berteriak, lalu sebuah pukulan mendarat tepat di dada bidang Jimin. Lelaki itu hanya diam saat Sohyun melampiaskan semua kemarahannya, karena itulah yang dia inginkan. Jimin tidak mau lagi ada kebohongan di antara mereka, sudah saatnya Jimin menerima hukuman dari apa yang telah ia perbuat.
"Aku sangat mencintaimu, tapi kau menghianatiku! Kau tega sekali! Jahat!!"
Sohyun melayangkan kembali beberapa pukulan ke arah Jimin, entah sudah tak terhitung ini yang ke berapa kali. Namun kemudian, saat kepalan tangan gadis itu hendak tertuju ke arahnya—untuk yang terakhir kali—Jimin menangkapnya. Sohyun merengut dengan mata membendung air mata. Jimin sadar betapa terlukanya Sohyun karenanya. Tapi tetap saja, Jimin tidak bisa melepas gadis itu untuk bahagia. Menurutnya sekarang, kebahagiaan Sohyun adalah dirinya—Park Jimin—kekasih hatinya. Mana tega Jimin harus menjatuhkan harapan Sohyun untuk tetap bersama? Lagipula ia sudah berjanji untuk tidak pergi menjauh.
"Sudah puas?" Jimin menelisik setiap lekuk wajah Sohyun. Mulai dari kedua mata, hidung, bibir, bahkan pipi Sohyun yang terlihat gempal, semua itu mengingatkan Jimin pada mendiang ibunya. "Sohyun, kalau kau memang membenciku, kau boleh pergi meninggalkanku. Aku berikan kesempatan ini padamu," ucap Jimin. Ia paham betul apa yang saat ini dia ucapkan. Merelakan Sohyun pergi, mungkin menjadi pilihan yang terbaik untuk solusi dari segala permasalahan mereka. Berkebalikan dengan pemikirannya sebelum itu, Jimin kali ini memberi pilihan kepada Sohyun untuk tetap di sisinya atau menjauh. Hanya satu kali ini. "Tapi ingat, aku hanya memberimu satu kali pilihan. Setelah ini, kau tidak bisa mengubah apapun keputusanmu," lanjutnya.
"Oppa bodoh! Bagaimana bisa aku meninggalkan Oppa? Oppa sudah begitu banyak memberiku janji, dan aku ingin lihat Oppa menepatinya. Aku tidak akan pergi sebelum semua keinginanku terpenuhi."
"Keinginan apa Sohyun? Untuk dicintai dan untuk dilindungi? Aku–"
"Satu lagi! Aku punya satu keinginan lain."
"Apa itu? Jika aku mengabulkannya, apa kau mau pergi?"
"Aku tidak yakin."
"Katakan, aku pasti mengabulkannya jika itu bisa membuatmu pergi dengan bahagia."
"Aku ingin kita menikah."
***
"Astaga, Yoon! Kenapa mukamu bisa bonyok seperti ini?"
Di lain sisi, Yoongi yang pulang dengan rasa malu memutuskan untuk mampir ke apartemen Dokter Kim. Tidak ada orang lain yang bisa diandalkan untuk mengobati luka-lukanya selain pria tampan tersebut.
Namjoon? Pria berlesung pipi itu hanya akan banyak menceramahinya dibandingkan membantu menyembuhkan lukanya. Pasti dia akan bilang, "seharusnya kau tidak begini", "kau ceroboh", "kau bodoh", "kau gegabah", dan semacamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Problematic Boss ✔
عاطفيةDia gadis ceroboh, pelupa, dan pembuat onar. Hari itu ia mendadak dipindahkerjakan ke sebuah perusahaan raksasa bertitel Genius Inc. Aneh? Memang. Karena posisinya yang selalu dianggap sebagai karyawan kelas bawah, tiba-tiba saja berubah drastis. Di...