Afios menatap ke arah langit- langit kamarnya, indah sekali. Ia tersenyum, merasa dia lah yang paling sempurna diantara yang lainnya.
Entah mengapa hatinya terasa damai dan tenang setelah berdamai dengan Rachel.
"Gue nggak tau El, apa yang lo fikirin sampai- sampai lo bisa berfikir buruk sama gue"batinnya mengeluh.
Sejenak Afios memutar kembali otaknya tentang kejadian kemarin. Dia sungguh menyesal dan bersalah, tapi mau bagaimana lagi. Sang Afios yang tak pandai meminta maaf dan hanya bisa membentak orang.
"Gue heran sama tu cewek"
"Apa gue harus cari tau sendiri tentang cewek itu ya"Afios menggaruk- garuk kepalanya yang nggak gatel, kebiasaan tuh.
:)
Keesokan Harinya...
"Bi, Bi Ima, Bi Imaaaaaa!"teriak Afios yang pagi- pagi udah teriak- teriak nyariin Bi Ima.
"Ada apa den?"tanya Bi Ima lirih.
"Hehehe, nggak bi. Oh ya bi, Afios mau berangkat dulu ya bi"katanya sambil mencium punggung tangan kanan Bi Ima.
"Iya den, inget. Sekolah yang rajin biar bisa banggain orangtua Aden" pesan Bi Ima kepada Afios.
"Afios nggak punya orangtua bi!"teriak Afios.
Seketika Bi Ima terkejut bukan main dengan perkataan Afios.
"Aden nggak boleh ngomong seperti itu"kata Bi Ima.
"Afios cuma punya Bi Ima, Afios nggak punya orangtua bi"Afios menahan tangisnya.
"Aden, punya orangtua. Tapi orangtua aden itu lagi mencari nafkah untuk aden."kata Bi Ima sambil mengelus rambutnya.
"Nggak bi, orangtua aden cuma Bi Ima. Orangtua aden nggak pernah memberi kasih sayang sama aden"tegas Afios.
"Ya sudah"Bi Ima mengalah.
"Ya sudah bi, Afios berangkat ke sekolah dulu biar jadi anak yang baik buat Bi Ima" Afios berpamitan sambil mencium punggung tangan Bi Ima.
"Iya den"kata Bi Ima lirih.
Afios pun langsung berangkat ke sekolah naik mobil. Di perjalanan otaknya masih memikirkan tentang kejadian tadi. Tiba- tiba hatinya gundah dan bersedih.
"Kenapa sih Bi Ima pakek ngomong kayak gitu segala"kata Afios sambil menahan tangis.
"Maaf bi, bukannya Afios jahat sama orangtua Afios. Afios cuma kurang kasih sayang dari mama papa Afios" ucapnya dan tiba- tiba air mata mengalir deras di pipi Afios.
Afios menghentikan perjalanan dan menangis tersedu- sedu. Ia memukul- mukul setir mobil dengan kasar.
"Kapan gue bisa merasakan kasih sayang orangtua gue yang sebenarnya" Afios menangis tersedu- sedu.
Kemudian, Afios mengusap air matanya. Lalu ia melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Menahan amarah dan emosi yang menggebu- gebu. Afios berusaha menutupi kesedihannya.
***
"Afios!"tiba- tiba ada seseorang yang memanggil namanya dan ternyata dia adalah Dito.
"Ada apa?"tanya Afios datar.
"Anterin gue yuk" kata Dito sambil merangkul Afios.
"Kemana, nggak ah" gue nolak cepat.
"Gue mau ke kelasnya Bulan"kata Dito.
"Ngapain?"tanyaku sambil mengernyitkan dahi.
"Gue mau nembak Bulan"ucapnya sambil mengibaskan jaket hazelnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFIOS
Romansa"Lo sadar nggak sih kalok gue itu SUKA SAMA LO!" -Afios "Hahhh?!! - Rachel "Kalian berdua lagi ngapain? - Revan Warning!!! Typo bertebaran guysss....🚫🚫🚫🛇🛇🛇 🚫 *DONT COPY MY STORY, DILARANG PLAGIAT. YANG PLAGIAT DOSA, OKE*