01

1K 21 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan vote sebanyak banyaknya dan juga coment di kolom komentar ya!!

Selamat membaca

Laras Kusuma P. itu nama ku, tapi aku tidak pernah memberi tahu orang lain akan nama panjang ku itu. Aku takut mereka akan seperti teman teman ku di masa SMP yang tau nama panjang ku, jadi mereka seenaknya ingin berteman dengan ku hanya karena harta. Umurku belum lama memasuki 17 tahun, aku lahir di Semarang. Namun aku pindah ke Jakarta 2 tahun yang lalu, sebab ayah ku pindah ke perusahaan pusat yang ada di Jakarta. Bunda ku memiliki butik terkenal seinternasional Pradipta fashion butik. Ya mau ga mau aku juga harus pindah sekolah ke salah satu SMA yang ada di Jakarta. Aku di terima di SMA Cakra Pandawa. dengan kemampuan berfikir ku, jadi aku tidak harus meminta banyak uang kepada ayah untuk masuk kesekolah favorit itu. Ya bukannya aku tidak mampu tapi selagi masih bisa menggunakan beasiswa ya gunain aja. Sekarang aku menduduki bangku SMA kelas 11 MIPA 1. Sampai disini aku hanya memiliki 1 sahabat yang dari awal masuk senantiasa menemani ku. Dia Friska leonil pandawa anak dari pemilik yayasan ini. Aku sering manggil dia dengan sebutan Ika. Orang tua dia juga sama sama pengusaha, namun mereka selalu sibuk ke luar kota bahkan keluar negeri. Friska anak yang baik, pintar, dan tidak sombong. Dia juga sama kaya aku, tidak ingin memamerkan harta. umurnya sama kaya aku 17 tahun, namun bedanya sedikit lebih tua aku dari padanya. Dia memiliki abang. Raditya pandawa berumur 18 tahun duduk di bangku 12 IPS 1. Anaknya pintar, ganteng, jadi most wanted di SMA, tapi sifatnya yang dingin, ketus itu belum hilang di diri nya, dia juga termasuk ke golongan anak yang nakal kata orang sih. Padahal aku sudah 2 tahun sekolah di sini, bahkan aku berteman dengan adiknya tapi aku juga tidak tahu kak Radit itu orangnya yang mana 'hehe' ya maklum, aku ini orangnya tidak ingin tahuan. mereka hanya 2 bersaudara.

Kriiinggg (bel sekolah)

Terik matahari pagi menyinari lapangan. Namun para siswa/i membuat ini sebagai alasan untuk bolos upacara.
Sedangkan di depan kami semua, terdapat beberapa siswa yang kena hukum. karena tidak memakai atribut, terlambat, bahkan ketauan bolos di kantin belakang. Ya salah satu nya tidak heran lagi. Siapa lagi kalau bukan anak pemilik yayasan dan juga teman temannya.

"Untuk kalian semua jangan sampai melakukan hal seperti contoh yang ada didepan ini" seru pak Hendri, sekaligus pembina.
"Bapak jadi bosan lihat wajah wajah mereka mereka ni yang terus terusan bolak balik ruang BK (badan konseling)" seru pak Hendri.
"Yee, bapak kalau bosan lihat kami kami. Mending bapak angkat kaki aja dari sekolah ini" seru Radit anak pemilik yayasan.
"Diam kamu radit, saya didepan sedang membina kalian, tapi kamu malah memotong ucapan saya" tegas pak Hendri.
'ooh jadi itu yang namanya kak Radit, seram, malah berani lagi ngelawan pak Hendri yang banyak di takuti siswa/i' gumam ku.

Barisan para siswa/i malah sahut menyahut akan nama Radit, yang begitu berani melawan pak Hendri, emang sih hanya dia yang berani seperti itu kepada guru lainnya, mungkin karena yayasan ini milik ayah nya. Makanya itu dia semenah menahan terhadap yang lainnya.

"Sudah! Yang lain suaranya tolong diam" tegas pak Hendri.
"Dan untuk kamu radit, habis ini ikut bapak ke ruang kepsek" sambungnya.
Namun sang empuh hanya diam tidak ada sahutan sedikit pun. Bukannya malah merasa takut, tapi acuh tak acuh.

S
K
I
P

Suasana koridor begitu ramai, sebagian siswa ada yang langsung menuju kelas, dan hampir keseluruhan siswa berada di kantin.

"Radit! Bisakah kamu rubah tingkah nakal kamu itu, buatlah orang tua kamu bangga" seru pak Hendri didalam ruangan BK.
Tanpa sengaja aku menguping pembicaraan mereka.
"Bapak tidak tahu bagaimana rasanya dibandingkan dengan harta, kami sebagai anak butuh kasih sayang bukan uang pak" seru Radit hingga satu butir kristal bening meluncur di pipinya.

'ooh jadi ini masalah nya kenapa kak Radit jadi nakal. Ternyata orang tuanya kurang perhatian sama dia, tapikan orang tuanya nyari uang buat mereka, au ah ribet' gumam ku.

Kreak (anggap aja suara engsel pintu)

Secepat mungkin aku berlari untuk tidak ketahuan.
Sampai pojok tidak jauh dari ruang BK, aku melihat Radit keluar dan langsung menuju ke atas.
Pas aku mau ikutin, eh bel bunyi. Ya mau ga mau aku ga bisa bolos.

S
K
I
P

R
U
M
A
H

"Assalamualaikum ayah, bunda" seru ku.
"Waallaikumusallam sayang" jawab bunda.
"Bunl? Ayah belum pulang ya?" Tanya ku.
"Belum sayang, ayah pulang habis magrib nanti" jawab bunda.
"Ooh gitu ya bun. Bun Laras ganti baju dulu ya" seru ku.
"Iya sayang. Sayang mau ikut bunda ga?" Tanya bunda.
"Emang mau kemana Bun?" Tanya ku.
"Ke butik, nanti kita makan di luar, bunda sudah izin sama ayah, dan di izinkan. Nanti kita ketemu ayah di restoran" jelas bunda.
"Ooh yaudah iya Bun. Laras ganti baju dulu ya Bun" ucap ku.
"Iya sayang" seru bunda.

Aku melanjutkan langkah ku hingga tiba di kamar, sejenak ku jelaskan tubuh ku ke atas king size milik ku yang empuk ini.
Tiba tiba saja aku kepikiran sama kak Radit.
Ku menoleh ke arah jam dinding, masih menunjukkan pukul 15.45 "masih ada waktu sebelum ke butik bunda" seru ku.
Ku raih benda persegi panjang yang pipih itu, ku ketik nomor milik ika. Jujur ya selama hampir 2 tahun ini aku juga belum tahu dimana rumahnya Ika 'hehe' soalnya aku ni orangnya mageran.

Aku:
P
P
Ika? Rumah Lo dimana?

Ika:
Rumah gue di jalan merpati nomor 16

'wait jalan merpati nomor 16, berarti sebelahan sama rumah gue dong' gumam ku.

Ika:
Emang Napa? Mau main?

Aku:
Mmm, enggak. Nanya aja, kan siapa tau bisa mampir.

Ika:
Emang rumah Lo dimana?

'kasih tau ga ya?'

Ika:
Woy! Malah di read lagi

Aku:
Eh ntar ya, bunda gue manggil ni.
Bye bye Ika Zheyeng 😚

Ika:
Oh okay

Read!!

'hmm apa udah saatnya Ika tau tentang gue ya, lagian dia sampai kaya gue, dia ga suka memakai kekayaan orang tua' gumam ku.
'okay besok kan hari libur, jadi gue ceritain aja ke Ika tentang silsilah keluarga Pradipta' gumam ku

"Sayang? Yuk turun, nanti terlambat loh" seru bunda dari ruang tamu.
"Iya Bun. Ni laras turun" ucap ku dan bergegas ke bawah.

S
K
I
P

"Bun?" Seru ku pelan.
"Ya sayang, ada apa" jawab bunda.
"Bun ternyata teman Laras tu tetangga kita" seru ku.
"Ooh om Pandawa. Jadi Friska itu teman kamu?" Tanya bunda.
"Iya. Bunda tau?" Tanyaku.
"Tau! Kan om Pandawa itu teman karib ayah" jelas bunda.
Aku hanya mengangguk beranggapan 'oh' alias di ngerti ngertiin.

Next>>>>

KEMBALI [End']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang