06

212 11 2
                                    


Budayakan tinggalkan vote setelah membaca.

Selamat membaca

Messenge

Aku:
P
P
Ika.. jangan kasih tau bang radit ya kalau gue dah pulang.

Ika:
Hmm. Iya deh.
Emang Napa?

Aku:
Ya ga papa sih.
Please jangan kasih tau bang radit ya.
Dan masalah silsilah keluarga gue, jangan ada sampai yang tau.

Ika:
Iya iya bawel deh lu.

Read!!

21.30

'dah jam segini izin keluar boleh ga ya?' batin ku.

Tok tok tok (anggap ketukan pintu)

"Ayah.. bunda.." teriak ku dari luar pintu.
Ceritanya aku tadi dari kamar langsung ke arah kamar ayah dan bunda buat izin. Suntuk di kamar, pengen cari angin keluar.

"Loh! Sayang. Kenapa masih di luar? Belum tidur?" Tanya bunda.
"Eh bunda. Pantes Laras ketuk ketuk ga ada yang nyaud ternyata bunda di luar kamar, dari mana Bun?" Tanyaku cengengesan.
"Habis anterin kopi ke ruang kerja ayah. Diakan lembur" jelas bunda.
"Eh pertanyaan bunda belum di jawab loh. Kamu mau kemana?" Ucap bunda.
"Bun Laras izin keluar bentar ya" ucapku.
"Mau kemana? Sama siapa?" Ucap bunda.
"Kerumah Ika kok Bun" ucap ku sambil menampilkan senyum kepercayaan ku.
"Yaudah, jangan kelayapan ya" ucap bunda.
"Siap bunda" ucapku lalu bersalaman dan pergi.

'Sebenarnya sih ga mau kerumah Ika. Takut ketemu Radit tapi gimana hanya itu alasan agar bunda ngizinin keluar' batin ku.

Radit POV on.

"Eh cuy. Ada lawan ga?" Ucapku kepada Ary.
"Eh bro. Tentu dong. Tumben Lo kesini. Ada masalah apa?" Tanyanya.
"Ga papa. Suntuk gue di rumah, biasa bonyok lagi keluar kota" jelasku.
"Hmm. Okay okay. Siap siap lo. Gue tunggu di garis start" ujarnya.
"Hm okay" ucapku lalu bergegas ke area.

Ngeng ngeng (anggap aja suara kenalpot motor sport)

"1     2     go.." ucap cewek pemandu balapan.

Radit POV off.

"Segar sih udara malam, adem, tenang, nyaman. Tapi susah buat keluar malam" gumam ku dan terus berjalan.
Sengaja aku bawa hp. Biar ga gabut banget, sedang asik nya mengotak Atik hp.

Tiba tiba..

Tiiiiiiiinnnnnnnnnn (klakson motor begitu panjang, hingga motor itu menabrak ku)

"Aaaaaaaaaa....." Teriak ku lalu tak sadarkan diri.

S
K
I
P

Rumah sakit.

Radit POV on.

"Guuu gue dimana?" Gumam ku.

Tak lama ada seorang perawat masuk kedalam ruangan itu.
Aku bingung, apa yang terjadi sebenarnya, dan mengapa aku ada disini?

"Tuan. Apakah anda sudah sadarkan diri? Luka yang anda alami tidak teramat parah. Taappiii..." Suster itu menghentikan ucapannya.
"Tapi apa sus?" Ucapku penasaran.
"Tapi gadis di sebelah lukanya begitu parah, bahkan sampai sekarang dia juga belum sadarkan diri" jelas suster itu yang terlihat iba.
"Maksudnya?" Tanyaku tidak mengerti.
Dia langsung membuka tirai yang berada di sampingku. Terlihat seorang gadis yang sedang tak berdaya terbaring di atas kasur rumah sakit. Dan ituuuu.
'laras?' gumam ku.

"Tapi mengapa dia terbaring disitu?. Ah..." Ucapku terputus sebab kepalaku terasa sakit. Dan aku ingat. Ternyata ini semua sebab ku, aku yang membuatnya terluka seperti ini. Maafkan aku.
Tiba tiba satu butir kristal bening meluncur di pelipis mata ku.

"Sus." Sapa ku.
"Ya tuan" ucapnya.
"Bisakah aku melihat gadis itu lebih dekat?" Tanyaku.
"Bisa tuan, tapi harus menggunakan kursi roda" jelas suster itu.
Akupun mengangguk beranggapan 'ok'. Dan suster itu membantu ku untuk beranjak ke kursi roda itu.

"Terimakasih sus. Bisakah tinggalkan saya bersua dengannya?" Ujar ku.
"Baik lah tuan" ucapnya lalu bergegas pergi dari ruangan itu.
"Ras! Maafin gue. Gue yang dah buat Lo kaya gini. Mungkin kalau om Pradipta tau. Dia pasti bakal marah besar sama gue" seru gue sambil menangis. Tidak taunya hari dah pagi guys, dan rupanya gue tidur dalam posisi masih disamping Laras di atas kursi roda.
Tapi sayangnya Laras juga belum membuka matanya.

S
K
I
P

"Lah bang. Lo kenapa?" Tanya Ika.
"Gue ga papa" ucap ku singkat.
"Ga papa apanya. Ni kepala kenapa lagi di perban gini, tangan sama kaki Lo kenapa juga ikut ikut di perban?" Tanya Ika agak rewel.
"..."
"Bang tau ga bang, tadi Tante Nana telpon gue, dia bilang dia sama om Pradipta mau keluar negeri selama satu bulan, dan dia bilang jagain Laras, mereka sudah dari tadi pagi berangkatnya. Dan mereka bilang karena Laras di rumah kita, hpnya susah di hubungi jadi dia nitip pesan ini ke Ika. Pas Ika mau bilang kalau Laras ga di rumah kita. Eh malah di matikan telepon nya. Kan kesel jadinya" jelas Ika panjang lebar.
"....."
"Bang lu Napa diam aja sih" ucapnya.
"Ka!. Laras ka!" Ucapku.
"Kenapa sama laras?" Tanyanya.
"Laras kecelakaan, dia... Dia koma dirumah sakit, dan pelakunya gue ka" ucapku lesuh tak berdaya.
Ku bantingkan tubuhku ke sofa, sedangkan Ika masih diam tak percaya akan apa yang ku ucapkan.
"Dirumah sakit mana dia sekarang? Mengapa tidak beritahu om dan Tante?" Ucapnya.
"Dirumah sakit andini, tadinya gue mau bilang sama mereka, tapi karena mereka keluar negeri jadi ga mungkin kan gue bilang, nanti malah merusak bisnis mereka lagi" ucapku.
"Okay okay. Gue paham bang. Lu yang sabar ya. Gue ngertiin kok" ucapnya.

Radit POV off.

Sorry guys pendek ceritanya, besok sambung lagi ya.
Jangan lupa tinggalkan vote sebanyak banyaknya.

Next>>>

KEMBALI [End']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang