03

269 11 0
                                    

Sorry ya guys, banyak typonya nih.
Jangan lupa tinggalkan vote, dan coment nya di kolom komentar ya.

Selamat membaca


Ting tong (anggap bel rumah)

"Assalamualaikum" teriak seorang yang memiliki suara agak lantang di balik pintu.

Ting tong (yang kedua kalinya)

"Assss.." ucapnya terputus

Kreak (anggap aja suara pintu terbuka)

"Waa... Waallaikumusallam" jawab ku tak percaya. Awalnya mau marah karena ada tamu yang tidak sopan mengucapkan salam. Tapi setelah tahu siapa empu nya. Sedikit lega sih rasanya. Tapi mau tidak mau bisikan pun mulai terdengar.

"Mau ngapain Lo?" Tanya ku ketus.

Refleks, orang itu langsung meluk dan meluncur kan beberapa butiran bening sehingga membasahi pundak ku.

"Hei. Apa apaan ini!" Seruku lantang, dan mendorong nya sehingga membuat dia melepaskan pelukannya.
"Lo tu ya. Sudah tidak sopan mengucapkan salamnya. Malah main peluk peluk orang sembarangan lagi" sambung ku ketus.
"Laras" serunya.
"Laras, ini bang radit. Abang rindu sama kamu" ucapnya masih mengalirkan air mata.
"Iya! Gue dah tau" ucap ku ketus.
"Lantas kalau lo sudah tau. ngapa lo ketus gini?" Tanyanya.
"Ooh. Jadi pura pura lupa, atau memang oon sih" ketus ku.
"Maksudnya?" Tanyanya tidak mengerti.
"Sudah lah saya sibuk" ucapku lalu berbalik meninggalkan nya. Namun sebelum aku pergi dari tempat itu, pergelangan tangan ku sudah di tahan olehnya. Sehingga akupun tertahan untuk pergi.
"Lepas!" Ucapku kasar sekaligus menepis tangannya. Tapi apa boleh buat tenaga cewek memang tak pernah sebanding dengan tenaga cowok.
"Gak. Abang ga bakal lepasin. Sebelum Lo mau cerita" ucapnya.
"Hhmm" lirih ku.
"Okay. Masuk!" Pinta ku.

Diapun masuk, dengan posisi masih mencengkram pergelangan tangan ku, tapi Cengkraman itu sudah agak melonggar.

"Duduk!" Izinku.

Suasana hening seketika.

"Okay. Jadi cerita nya gak?" Tanyanya. Memecah keheningan.
"Kagak!" Ketusku.
"Lah ngapain Lo bawa gue masuk?" Tanyanya kembali.
"Lah kan Lo yang maksa" seruku.
"Yaudah. Okay. Sekarang Lo ceritain ya" rileks nya.
"Mikir bang. Mikir dong. Kesalahan Lo tu dimana" ucapku sedikit lirih.
"Ya gue kaga tau makanya nanya Lo" ucapnya.
"Au ah. Ngomong sama Lo sama aja kaya ngomong sama tembok" ucap ku. Lalu meninggalkan dia di ruang tamu.

"Bik?" Sapa ku.
"Ya non!" Seru nya.
"Tolong bilang sama bang radit, suruh dia keluar, saya sedang tidak mau di ganggu" ucapku.
"Ta tapi non!" Seru nya.
"Bik. Please. Laras mohon" ucapku lirih.
"Okay okay non. Bibik turun dulu. Permisi" ucapnya lalu pergi dari depan pintu kamar ku.

"Nak Radit?" Ucap bibik.
"Ya bik!" Ucapnya.
"Mohon maaf. Bukannya bibik ngusir nak Radit. Tapi non larasnya sedang tidak mau di ganggu. Jadi bibik harap nak Radit pulang saja" ucapnya.
"Ya tapi bik" helanya.
"Maaf nak. Bibik hanya jalani perintah" jelas bibik.
"Baik lah bik. Saya pamit. Assalamualaikum" ucapnya lalu pergi.
"Waallaikumusallam. Hati hati nak" ucap bibik.

Friska pov on.

"Napa bang. Muka di tekuk kaya cucian numpuk" ucap ku.
"Bukanya salam malah nyelonong Bae" lanjut ku.
Tapi tak di hiraukan.
Dia malah kearah balkon.
Aku sih bodoh amat, lagian amat aja ga bodoh. Lagian dia pasti butuh waktu sendiri.

Friska POV off.

Sorry ya guys, baru bisa sedikit.

Next>>

KEMBALI [End']Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang