8.-Kelemahan Putra

229 30 13
                                    

Woy, ada orang gak sih disini? Please lah, masa yang baca lebih banyak dari yang vote siihh, sedih:'(

"Kadang, kamu selalu berhasil membuatku merasa seolah satu-satunya dihidupmu. Sampai membuatku tersipu karena merasa menjadi yang terpenting dan segalanya bagi hidupmu!" ––Nayyarafeeza.

Happy Reading..
[Jangan lupa sambil putar mulmed yang udah aku sediain ya!]

Nayya keluar dari dalam warung setelah ia memberikan kue ulang tahun itu pada bu Asri.

"Udah Nay?" tanya Gavin saat melihat Nayya yang keluar dari dalam warung.

Nayya mengangguk sebagai jawaban, lalu pandangan-nya melihat ke sekeliling mencari seseorang.

"Si Putra belum balik lagi Nay, udah kalau lo mau pulang, pulang aja, nanti kita salamin"

Nayya tersentak dan langsung menengok ke arah Samudra.

"Hmm yaudah, makasih ya. Duluan semuanya.." pamit Nayya dan segera pergi dari warung bu Asri.

"Bu! Nyicip dong kuenya!" teriak Gavin pada bu Asri yang ada di dalam warung.

"Enak aja! Ini kue buat suami ibu yang lagi ulang tahun tahu, beli aja sendiri sana, katanya Gavin anak tajir!"

"Oh kalau itu sih jelas bu, apalagi soal uang buat nikahin anak ibu, udah siap dari jauh-jauh hari. Jadi gimana nih bu, kapan ibu restuin?"

"Bhahaha berani amat lo Vin, pak Cahyo (suami bu Asri) denger bisa di amuk lo!" sahut salah satu anak kelas XII.

"Santai... Jam segini paling pak Cahyo mah lagi ngerokok sambil nabung emas di toilet"

Pandangan semua anak tertuju pada orang yang ada di belakang Gavin sembari membawa pisau besar yang sering digunakan untuk menebang pohon.

Semuanya menahan tawa sekuat mungkin, karena Gavin masih belum menyadari orang yang ada dibelakangnya, bahkan masih bersikap santai.

"Wah, yang bener Vin, kok lo tahu sih?" pancing salah satu anak yang lain.

"Tahu lah, baunya aja sampai kesini, emang lo pada kaga nyium?"

Raihan mendengus-dengus seolah mencari aroma yang melayang di udara "Mana? Gue gak nyium apa-apa tuh?"

"Ya mungkin belum kali, coba deh nih 5 menit lagi aja, pasti kecium, euh! Bau banget sumpah!"

"Ya pasti ndak tercium lah Vin... Vin, orang sayanya saja ada disini toh, tidak sedang di toilet!" sahut pak Cahyo dengan nada khas jawanya dari arah belakang Gavin.

Gavin memelototkan matanya, jantung berdetak cepat. Ia segera membalikan tubuhnya ke belakang dengan hati-hati.

Betapa terkejutnya Gavin saat pandangan-nya mendapati pak Cahyo berdiri dengan tubuh gendutnya dan sebuah pisau besar didepan perut buncitnya itu sembari memasang ekspresi ingin membunuh.

Pisau ditangan-nya ia asah pada batu yang iya genggam, tubuh Gavin semakin bergetar, keringat dingin sudah bercucuran dipelipisnya.

Bersamaan dengan itu, semua orang yang ada disana tertawa riuh, sampai ada yang tidak bisa berhenti bahkan ada yang sampai menangis karena terlalu enak tertawa.

Gavin segera lari dan bersembunyi dibalik tubuh Samudra yang ada disampingnya yang sedang tertawa juga bahkan keras sekali.

"Bapak! Udah dong!"

"Tuh pak! Kata Intan udah, bapak masuk aja udah, tadi saya cuma bercanda kok pak, suer takewer kewer pak, saya cuma bercanda pak!" ujar Gavin sembari menggenggam erat kedua pundak Samudra.

Putra My IronMan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang