9.-Masih Adakah Aku Di Hatimu?

215 21 2
                                    

Haii, apakabar nih?
Semoga sehat ya❤

Sebelumnya walaupun telat, aku mau ngucapin
Minal aidzin walfaidzin, semuanya..

"Kau yang menciptakan sejuta rasa sayang. Kau yang mencinptakan sejuta kehangatan. Kau yang menciptakan sejuta kenyamanan. Tapi akhirnya kau juga yang menciptakan sejuta kepedihan dalam diri ini"—Nayyarafeeza.

Happy Reading..
[Jangan lupa sambil putar mulmed yang udah aku sediain ya!]

"Gak sarapan dulu?"

Nayya mencium punggung tangan Ratna. "Gak bun, disekolah aja, ini udah hampir telat"

"Yaudah, hati-hati ya sayang--- uhukk uhukkk"

Ratna langsung melihat telapak tangan-nya yang terasa basah karena sudah digunakan untuk menutup mulutnya saat terbatuk kencang tadi.

Deg!

Nayya dan Ratna mematung saat melihat bercak darah yang ada ditelapak tangan Ratna.

Ratna langsung mengepalkan tangan-nya. "E-em, ini pewarna untuk kue sayang, udah kamu pergi sekolah sana, hati-hati ya sayang" Ratna terus mendorong tubuh Nayya untuk keluar rumah, namun sekuat mungkin Nayya menahan dorongan Ratna, matanya masih melotot.

"B-bukan bun, itu-- itu darah bun! Batuk bunda ngeluarin darah!,"

"B-bunda ayo kita kedokter sekarang, Nayya gak mau sekolah hari ini, Nayya mau temenin bunda berobat. Ayo bunda, masalah uang Nayya ada kok bunda, bunda gak usah khawatir. Ayo bunda!" paksanya terus menarik Ratna keluar rumah.

Satu tangan Ratna memegang pintu kuat-kuat. Ratna terus menggeleng kuat. "Nggak sayang bunda gak mau nak, kamu sekolah aja sana"

Nayya terus menarik satu tangan Ratna dengan mata yang mulai berkaca-kaca layaknya seorang anak kecil yang memaksa-maksa karena permintaan-nya tidak kunjung dikabulkan oleh sang Bunda.

Tangisnya tak bisa Nayya tahan lagi, ia tidak mau melihat bundanya sakit dan kian melemah. "Ayo bunda! Nayya mau bunda sehat! Sekarang yang ada disisi Nayya cuma Bunda! Tolong bunda!" paksanya sembari menangis.

Akhirnya dengan tenaga kuatnya, Ratna berhasil menarik tangan-nya yang sedari tadi ditarik oleh Nayya. Saat dirinya sudah terlepas dari Nayya, ia segera masuk kedalam lalu menutup pintu rapat-rapat.

Nayya menggedor-gedor jendela rumahnya dengan air mata yang terus mengalir. "Bunda bukain bun! BUNDAAAA"

Mendengar tangisan Nayya yang kencang membuat hatinya sakit, hingga ia pun ikut menangis sembari bersandar dipintu. "Nggak nak! Maafin bunda, kamu sekolah sana, bunda gak sakit nak, bunda sehat! Pergi sekolah cepat!!"

Nayya akhirnya berhenti menggedor jendela rumahnya, dan berdiri didepan pintu, membisikan, "Assalamu'alaikum bunda.." pamitnya dengan air mata masih mengalir.

"Waalaikumsallam.."

Keduanya menangis saling memunggungi dengan pintu sebagai penghalang mereka.

Nayya berjalan dengan lemas meninggalkan rumahnya.

Selama berjalan dirinya selalu menunduk, bahkan beberapa kali ia mendapati mobil yang mengklaksoni dirinya karena hampir tertabrak.

Nayya melihat jam tangan-nya, ternyata bel masuk akan berbunyi sebentar lagi, ia langsung mempercepat jalan-nya. Jaraknya saat ini dengan SMA Tunas Bangsa sudah mulai dekat.

Pas sekali Nayya sampai didepan gerbang, saat itu juga gerbang baru tertutup.

"Yah pak please pak.. Aku cuma telat beberapa detik doang pak, tolong dong pak.."

Putra My IronMan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang