Part 1

237 40 3
                                    

Cantika Putri Azzahra, alias Tika. Gadis 16 tahun itu merenggangkan badan kala cahaya sang mentari memasuki kamarnya.

Perlahan ia bangkit dan menyentuhkan kaki putihnya dengan lantai yang dingin. Berjalan gontai kearah kamar mandi untuk segera bersiap ke sekolah.

***

Di meja makan, Tika dan kedua orang tuanya tengah menyantap sarapan mereka.

"Nak, Ayah sama Mama beberapa bulan ini mau ke Bandung dulu, ngurusin perusahaan Ayah yang disana, ada sedikit masalah. Gak pa-pa, kan?" Suara sang kepala keluarga memecah keheningan di meja makan.

"Gak pa-pa, kok, Yah. Emang kapan berangkatnya?" tanyanya pada sang Ayah.

"Kayaknya, sih, nanti siang. Soalnya kepepet banget ini."

"Oh ..., ya udah, gak pa-pa, kok, Pa, kan, ada Bi Ami di sini, jadi aku gak sendiri," ucapnya meyakinkan sang Ayah.

"Makasih, ya, Nak." Kali ini sang Ibu menimpali.

Tika hanya membalasnya dengan senyuman. Keheningan terjadi lagi di atas meja makan, hingga sang anak pamit untuk berangkat sekolah.

***

Tika berdiri tegak di depan gerbang sekolahnya 'SMA Harapan Bangsa' tulisan besar itu terpampang jelas di atas sana.

Tika di buat gugup olehnya, sebab sekolah ini baru pertama kali ia pijakan.

Ia berjalan menelusuri koridor yang ramai karena memang jam sudah ingin menunjukan waktu bel masuk. Tujuannya saat ini adalah ruang kepala sekolah.

Disepanjang perjalanan, banyak anak-anak yang menatapnya kagum, wajar saja bukan? Wajahnya yang rupawan itu tentunya mampu membuat kaum adam terpesona.

Hingga kini, dirinya berada di depan pintu ruang kepala sekolah. Di ketuknya pintu itu perlahan. Setelah mendapat jawaban barulah Ia memasuki ruang kepala sekolah yang ternyata sudah ada satu guru di dalamnya.

"Cantika Putri Azzahra?" tanya sang kepala sekolah yang ber-name tag 'Jojo Wijoyo' itu.

"Iya, Pak, saya sendiri."

"Ya sudah. Karena ini sudah masuk jam pelajaran, kamu bisa langsung ke kelas, ya! Kelas X IPS 2," perintah Pak Joyo.

"Maaf Pak, saya belum terlalu hafal jalan dan ruangan yang ada disini."

"Kamu bisa bersama dengan saya. Kenalkan saya wali kelas kamu. Bu Indah. Jadi kita pergi sekarang, ya," sahut Bu Indah.

"Oke Bu," balas Tika, "Pak, saya pamit dulu, ya."

"Iya, belajar yang benar ya," jawab Pak Joyo.

Setelah itu, Ia dan Bu Indah berjalan melewati koridor yang sudah sepi karena jam pelajaran telah di mulai. Sesampainya di depan kelas. Terdapat pintu yang bertuliskan 'X IPS 2' yang berarti ini adalah kelasnya. Bu Indah membuka pintu itu dan memasukinya.

"Apa kabar anak-anak?" Mendengar Bu indah yang berbicara, semua murid langsung terdiam dan memperhatikan anak yang berada disamping wali kelas mereka yang tidak lain adalah Tika.

"BAIK BU!" jawab seisi kelas.

"Oke, sekarang kita kedatangan murid baru, ya. Coba kamu perkenalkan diri!" kata Bu Indah pada Tika.

"Perkenalkan, saya Cantika Putri Azzahra, biasa dipanggil Tika. Salam kenal." Dengan percaya diri, Tika memperkenalkan dirinya.

"Baik, Kamu bisa duduk sama Via. Via, coba angkat tangan kamu!" Tiba-tiba, seorang gadis yang Ia yakini itu adalah Via, mengangkat tangannya.

Segera saja, ia berjalan dan duduk di samping gadis yang bernama Via itu.

"Kenalin, gua Olivia Nur Salsabila, biasa dipanggil Via. Gak usah sungkan sama gua." Via mengulurkan tangannya dan membuka pembicaran diantara mereka.

"Tika," jawabnya dan membalas uluran tangan Via. Suara dari Bu indah yang sudah mulai menjelaskan pelajaran membuat mereka diam dan fokus ke depan.

***

Krriiiinngggg

Bel pertanda istirahat berbunyi. Anak-anak sudah banyak yang berhamburan ke kantin guna mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.

"Tika, kekantin yuk!" ajak Via. Memang, Ia akui Via ini anaknya mudah bergaul, sehingga tidak sulit untuk berteman dengannya.

"Boleh. Berdua aja?"

"Ya enggak, bareng ama dua mahkluk di depan ini." Via menunjuk ke arah dua laki-laki yang ternyata sudah ada di belakangnya.

"Kenalin, gua Kevin Febriandika, lo bisa panggil gua, Kevin," ucap cowok pertama memperkenalkan dirinya.

"Gua Angga Putra Pratama, biasa di panggil Angga." Kini, cowok kedua yang memperkenalkan dirinya.

"Kita bertiga sahabatan udah lama, dan gue seneng banget ada lo, karena berarti gua ada temen cewek lagi, kayak dulu," senang Via.

Mereka berjalan bersama ke kantin dengan di iringi pembicaran yang ringan dan sedikit ... abstrak?

Sesampainya di kantin, mereka langsung mencari tempat duduk karena kantin yang sudah ramai.

"Lo pada mau pesen apa? biar gue pesenin." Kevin berbicara sambil melirik ke arah teman temannya.

"Gua mie ayam sama es jeruk aja," jawab Angga.

"Gua juga samain aja," ucap Via.

"Hmm, gua juga samain aja, deh," sambung Tika, sebenarnya Ia bingung mau pesan apa, karena kantin di sini terlalu banyak kedai.

Usai menunggu beberapa menit, Kevin datang dengan membawa nampan yang berisi pesanan mereka.

Awalnya suasana hening mendominasi di antara mereka, namun, suara Angga datang membuyarkan keheningan itu.

"Tika, lo tinggal dimana?" tanya Angga.

"Gua? Gua tinggal di Jl. Kamboja No. 3."

"HAH?!" teriak ke tiga temannya serentak, hingga membuat seluruh penghuni kantin menatap mereka heran.

"Kenapa, sih, kalian?" Jujur, kini, Ia bingung pada teman temannya itu, memangnya kenapa kalau Ia tinggal di sana?

"Lo beneran tinggal disitu?" tanya Kevin memastikan.

"Iya, emang kenapa?" Entah mengapa, tapi, mendengar penuturan Kevin membuat Tika kebingungan sendiri.

"G-gak ada yang ganggu lo, kan?" Kini Via yang ikut bertanya.

"Ganggu gimana?" Ini apalagi coba? Semakin membuatnya bingung saja.

"Ah, kepo lo! Yang penting lo harus selalu hati-hati," sahut Angga.

"Ya udah, iya." Akhirnya Ia pasrah saja mendengar ocehan teman temannya yang menurutnya sangat membingungkan.

Lagi-lagi hening menyelimuti. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan di antara mereka, hingga bel pertanda waktu istirahat berakhir memecah semua keheningan itu.

Dan, kini, para murid sudah mulai memasuki kelas mereka masing masing, termasuk dengan Tika dan ke tiga temannya.

Disepanjang koridor menuju kelas, Tika hanya berjalan di belakang ketiga temannya, dan meperhatikan mereka yang sedang asik mengobrol. Jujur saja, Ia sebenarnya masih memikirkan perkataan teman-temannya soal rumah yang Ia tempati sekarang ini.

Dan, sebenarnya Ia juga merasa ada yang aneh dari rumahnya itu, seperti ada yang menjanggal dari rumahnya itu. Tapi apa? Kenapa? Banyak pertanyaan yang melintas di otaknya. Terlalu fokus memikirkan hal itu, membuat Ia tak sadar sudah sampai di depan kelas dan duduk di bangkunya, menunggu guru yang mengajar masuk sembari memikirkan hal yang mengganggunya sedari tadi.

🍀🍀🍀

Tbc

Oke segitu dulu aja kali ya?😆
Aku seneng banget kalo ada yang baca cerita ini. Makasih ya untuk yang udah baca, vote, dan komen cerita ini😀 dan jangan lupa tinggalkan Voment kalian😉

See you...

Dibalik Cermin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang