Sang fajar telah terbit dari ufuk timur, memperlihatkan cahayanya yang begitu terang menembus memasuki kamar seorang pemudi hingga membuat sang empu kamar mengeliat karena terusik akan sinar sang mentari yang begitu terang.
Pemudi itu ialah Tika. Gadis 16 tahun itu kini sudah terduduk di atas kasurnya dan mulai melangkahkan tungkainya menuju kamar mandi guna melaksanakan kegiatan yang selalu di lakukannya setiap pagi.
Setelah 20 menit, akhirnya Tika keluar kamar mandi, lengkap dengan seragam sekolahnya.
Ia memandang pantulan dirinya sendiri didepan cermin.
Di tengah kegiatan, Tika menyadari ada hal aneh ditangan sebelah kirinya. Tiga garis berbentuk cakaran itu terpampang jelas ditangan kirinya yang mulus.
Di sentuhnya bekas cakaran itu. Padahal seingatnya kemarin ia tidak melakukan hal-hal aneh.
Netranya menatap lekat luka goresan itu. Menerawang jauh kejadian kemarin.
Seketika ia teringat akan mimpi sore itu. Dimana ia tengah pingsang. Jelas-jelas hantu wanita itu mencengkram tangannya sangat kuat.
Tapi apa benar karena itu? Bukankah itu hanya mimpi? Kenapa bekas cengkraman itu bisa ada ditangannya sekarang?Semua pertanyaan terngiang di kepala Tika. Dengan cepat ia membuang segala pikiran negatifnya dan berusaha untuk berfikir positif. Meyakinkan diri sendiri, bahwa semua baik-baik saja.
Yang harus ia lakukan sekarang adalah mengambil tasnya dan segera beranjak dari kamar itu. Berjalan menuruni tangga kayu yang sudah terlihat tua sehingga mengeluarkan suara yang kurang mengenakan untuk didengar.
Sesampainya dibawah, ia langsung berpamitan pada bibinya tanpa niat sarapan terlebih dahulu, mengapa? Karena pagi ini nafsu makannya lagi-lagi di hirap. Semua ini memang karena wanita itu.
***
Tika telah sampai di depan gerbang sekolahnya. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju kelas. Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba seseorang merangkulnya dari samping. Refleks ia menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati sang sahabat --Via-- di sana.
"Wesss! Apa kabar lo? Udah enakan?" tanya Via seraya memukul pelan lengan kiri Tika, sampai-sampai terdengar ringisan dari sang empu. Dan, hal itu sukses membuat Via langsung menoleh kearah sahabatnya.
"Eh, ngapa lo? Perasaan gua kagak kenceng banget mukulnya." Via menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Padahal setiap ia memukul lengan sahabatnya tidak pernah ada keluhan sedikitpun dan kali ini ia memukul juga seperti biasa.
"Tangan gua lagi sakit mamank!" ketus Tika. Membuat Via mengerutkan keningnya.
"Ha? Ngapa lo?"
"Tau, ni, tadi pagi gua ngaca, tiba-tiba ditangan gua ada bekas cakaran gitu. Ni liat ni!" Tika mengangkat lengan baju kirinya sehingga menampakkan luka berbentuk cakaran yang sampai sekarang masih tidak ia ketahui sebabnya.
"Eh bujuk! Kok bisa gini si, Tik? Lo ngapain semalam!" Via menatap luka itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Keknya mulai sekarang lo harus lebih hati-hati deh Tik. Kalo ada apa-apa lo kasih tau gua aja!" Tika mengernyit keheranan sendiri mendengar jawaban Via.
"Emang kenapa?"
"Ya ..., gak pa-pa, cuma peringatin lo aja." Tika membulatkan mulutnya dambil mangut-mangut..
Mereka melanjutkan kembali perjalanan menuju kelas. Sesampainya di kelas, keduanya di sambut dengan tatapan tak terbaca dari teman-temannya yang membuat mereka heran.
Tika dan Via terus melangkah hingga mereka berdua dibuat terkejut dengan pemandangan didepan sana.
Meja mereka --Via dan Tika-- benar-benar kotor.
"Kev, Ga! Kerjaan siapa si ini?!" Via langsung saja menanyakan perihal ini pada kedua sahabatnya yang lain.
"Mana kita tau. Kita dateng juga udah kek gitu. Paling anak-anak jail aja kali!" Angga dan Kevin yang sebenarnya juga bingung malah ditanya seperti itu, ya, mana mereka tau.
Tika yang masi terkejut hanya diam saja mendengar percakapan antara sahabatnya. Siapa yang tidak terkejut? Saat kalian baru saja datang ke kelas namun tiba-tiba diatas meja kalian terdapat tulisan kata 'Mati' yang di tuliskan dengan darah segar, bukankah sangat mengejutkan? Bahkan mengerikan.
Dengan segera, Via mengambil tisu yang selalu berada di dalam tasnya untuk segera mengelap tulisan di atas meja itu. Benar benar tidak enak di pandang.
Usai membersihkan mejanya. Via dan Tika langsung mendudukan kursi mereka masing-masing dengan tenang, ralat hanya Via yang tenang, tidak dengan Tika. Gadis itu masih memikirkan tulisan tadi. Ia yakin tulisan itu di arahkan untuknya. Hanya untuknya.
Terlalu fokus dengan pimikirannya, hingga membuat gadis itu tidak sadar bahwa guru sudah masuk ke dalam kelas dan memulai pelajaran.
***
Kini mereka berempat --Tika dan ketiga sahabatnya-- sedang berada di kantin sembari membincangkan masalah tadi pagi, setelah membeli makanan mereka masing-masing tentunya.
"Eh, lo pada ngerasa aneh gak si ama tulisan yang tadi pagi?" Kevin membuka pembicaran di antara mereka, hingga seluruh pasang mata yang ada dimeja itu menatapnya.
"Ya ..., kalo kata gua si rada aneh aja, soalnya, kan, biasanya gak ada kejadian kayak gini," ucap Via menyatakan argumennya.
"Kalo menurut gua sendiri juga aneh. Apalagi tu tulisan pake darah, serem banget gak si?" Angga bahkan sampai merinding sendiri mengatakannya.
Tika yang bahkan sedari tadi hanya menyimak saja kini juga mulai mengatakan argumennya.
"Gak tau kenapa, ya, gua ngerasa tu tulisan keknya buat gua deh," ujar Tika mengutarakan kecemasannya.
Deg
Mendengar perkataan Tika, seketika membuat ketiga sahabatnya membeku tak berkutik sama sekali, dan hal itu tak luput dari pandangan Tika. Ia mengernyitkan dahi heran melihat tingkah laku ketiga sahabatnya yang mendadak diam tak berkutik sama sekali.
Kenapa? Apa ada yang aneh dari kata-kata gua?
🍀🍀🍀
Tbc
Jangan lupa untuk Vomentnya ya😆
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Cermin✔
HorrorRumah baru, kehidupan baru, dan hal baru lainnya, gadis ini rasakan semenjak kepindahannya ke rumah yang baru di beli kedua orang tuanya. Hal-hal aneh selalu menghampiri gadis itu tanpa kenal waktu. Pagi, siang, sore, bahkan malam sekalipun mahkluk...