part 7

109 24 1
                                    

***

Seorang wanita tengah terduduk sendirian di dalam ruangan sepi dengan penerangan yang minim di dalamnya.

Banyak masalah yang di alaminya belangan ini membuat otaknya terasa ingin pecah. Dengan langkah gontai ia berjalan kerumah sebelahnya, seraya membawa benda tajam ditangannya yang digenggam dengan kuat.

Wanita itu masuk tanpa memberi salam sekali pun. Berjalan ke arah kamar pemilik rumah tersebut. Membuka kenop pintunya perlahan, dan menampakan seseorang di dalamnya yang tak lain adalah pemilik rumah itu sedang tertidur.

Dengan perlahan ia mengangkat sebelah tangannya yang memegang benda tajam. Mengarahkannya tepat ketubuh pemilik rumah tersebut, dan ...

Jleb

Pisau itu menancap tepat di dada pemilik rumah itu. Setelah tujuannya tercapai, wanita itu langsung menyeret pemilik rumah yang kini sudah menjadi mayat.

Di bawanya mayat itu kerumah miliknya. Hari sudah malam jadi tidak ada yang melihat aksinya barusan.

***

BRAK!

Pukulan itu sangat kuat hingga membuat orang di depannya terpental dan pingsan ditempat.

"Tika, Lo gak pa-pa, kan?!" Angga tiba-tiba saja datang dengan wajah paniknya, sembari menggenggam balok kayu ditanggan kanannya.

"I-iya gua gak pa-pa." Tika masih berusaha menenangkan dirinya.

"I-itu siapa Tik? Kok bisa masuk kerumah lo?!" tanya Angga.

"Itu ... bibi gua," jawab Tika lirih tapi masih terdengar jelas ditelinga Angga.

Angga membelalak terkejut.

"Apa?! Kok Bibi lo gitu? Kita harus lapor polisi!" Angga baru saja inging menelpon polisi, namun tangannya sudah lebih dulu di cekal Tika.

"J-jangan! Bukan bibi gua yang ngelakuin semua ini." Angga lagi-lagi dibuat terkejut dengan jawaban Tika. Jelas-jelas itu bibinya yang tadi hampir saja membunuhnya.

"Bukan bibi lo dari mana?! Jelas-jelas itu bibi lo yang barusan gua pukul!" Angga meninggikan suaranya. Geram dengan Tika yang masih saja membela orang yang hampir saja membuatnya kehilangan nyawa.

"I-ini semua bukan salah bibi gua. Semua ini terjadi karena wanita itu."

"Wanita itu? Siapa?" tanya Angga yang penasaran dengan penuturan Tika.

"D-dia ... orang yang ngerasukin bibi gua."

"Hah! Maksud lo gimana? Gua gak ngerti, sumpah!"

"Yang barusan nyerang gua itu bukan Bibi gua tapi orang yang ngerasukin Bibi gua." Angga terkejut. Jadi tadi itu bibinya di rasuki, begitu?

"Apa jangan-jangan!" batin Angga.

"Ga, lo kenapa? Kok, diem aja?"

"Ha? G-gak pa-pa. Ya udah sekarang Bibi lo gimana ini?" Angga melirik kearah bibi Tika yang masih pingsang disana.

"Kita bawa kerumah sakit aja, takutnya kenapa-napa. Habis tadi lo mukul kenceng banget si," jawab Tika seraya terkekeh pelan.

"Hehe, abis tadi gua panik si, jadi langsung gua pukul kenceng. Sorry, ya!" Angga menjawab sambil nyengir menunjukan wajahnya yang seolah tak berdosa.

"Ya udah gece ni! Lo ke sini naik apa?"

"Naik mobil."

"Ya udah pake mobil lo, ya!"

"Ya udah." Akhirnya mereka berdua mengangkat tubuh Bi Ami kedalam mobil Angga dan membawanya ke rumah sakit.

***

"Tik! Lo beneran gak pa-pa, kan?" tanya Angga yang kini sedang menemani Tika di kantin rumah sakit.

"Iya, beneran gak pa-pa!"

Mereka telah sampai di rumah sakit sejak tadi, namun Tika mengajak Angga ke kantin rumah sakit terlebih dahulu karena dia belum sempat menghabiskan makan malamnya.

Ngomong-ngomong soal Bi Ami, tadi kata dokter keadaannya baik-baik saja. Tapi karena benturan di kepalanya yang cukup keras hingga membuatnya pingsan dan terpaksa harus di rawat inap terlebih dahulu.

Tika saat ini sedang menyantap makanan dihadapannya dengan lahap, sedangkan Angga hanya asik dengan handphone ditangannya, entah apa yang dilihat anak itu.

Keheningan menyelimuti mereka, namun tidak berlangsung lama karena setelah itu Tika membuka pembicaraan di antara keduanya.

"BTW, tadi makasi banyak ya, Ga! Gua bener-bener ke bantu banget sama lo. Coba kalo tadi lo telat dateng sedetik aja, udah dah kelar hidup gua," ujar Tika.

"Iya, santai aja! Kayak ama siapa aja lo. Lagi pula gua juga udah biasa ngadepin yang kayak ginian." Angga langsung terdiam mendengar perkataannya sendiri.

"Udah biasa? Maksud lo?"

"E-engga gua c-cuma salah ngomong," gugup Angga sambil menunjukan senyum kikuknya. Tika hanya ber-oh ria mendengar penuturan Angga.

Setelah selesai menyantap makanannya, Tika segera mengajak Angga kembali pulang. Meninggalkan Bi Ami sendirian dirumah sakit. Tadinya Angga ingin mengajak Tika pulang bersamanya, namun Tika menolak dengan alasan ia bisa pulang dengan go-jek, sedangkan Angga hanya mengiyakan perkataan Tika.

***

Kini Tika sudah sampai dikamarnya, duduk ditepian kasurnya nan empuk.

Sekelebat bayangan tadi masih menghantuinya. Bagaimana cara Bi Ami menyerangnya tadi, dan berusaha untuk membunuhnya. Membayangkan hal itu membuat Tika merasa ketakutan sendiri, tapi ia tidak boleh takut karena semakin ia takut pasti wanita itu semakin senang ingin membunuhnya.

Tapi, ada hal yang selama ini mengganggunya, tentang kenapa wanita itu ingin membunhnya? Siapa sebenarnya wanita itu? Siapa bayangan putih yang membantunya saat disekolah waktu itu? Lalu, apakah teman-temannya ada hubungannya dengan ini semua? Karena setiap ia membahas masalah ini sikap temannya pasti langsung akan berubah. Aneh bukan?

Memikirkan itu semua membuatnya pusing sendiri. Dengan segera ia mengganti pakaiannya, merebahkan dirinya diatas kasur dan mulai memejamkan mata. Terbang kealam mimpinya untuk melepas lelah di hidupnya.

🍀🍀🍀

Tbc

Jangan lupa Vomentnya ya😄

Semoga kalian suka ya dengan kelanjutan cerita ini.

See you...

Dibalik Cermin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang