part 2

162 33 6
                                    

Sungguh, Ia sangat lelah saat ini, rasanya, semua badannya sangat pegal. Ketika sampai di rumah, Ia langsung rebahan di atas kasur nan empuk miliknya.

Tika. Gadis itu mendengus kesal. Kata-kata temannya tadi masih berputar-putar di otaknya. Apakah yang dikatakan teman-temannya itu benar? Entahlah, intinya sekarang Ia benar-benar lelah dan ingin tidur. Baru saja Ia akan memejamkan mata, suara ketukan yang cukup kencang, sukses mengurungkan niat awalnya.

Tok tok tok

"Hadeh, iya sebentar!" Tika beranjak dari kasurnya dan melangkah ke arah pintu. Tapi anehnya, saat membuka pintu ia tidak menemukan siapa pun di sana. Bukankah kedua orang tuanya sedang di Bandung? Apakah Bibinya?

"Bi?" Tika mencoba memanggil sang Bibi. Namun, tidak ada jawaban.

Mungkin hanya salah dengar, ucapnya dalam hati. Kemudian, ia kembali menutup pintu kamarnya. Namun, saat baru 3 langkah Ia berjalan suara ketukan itu kembali terdengar, dan kali ini terdengar sangat kencang.

TOK TOK TOK

Sungguh, Ia benar benar geram. Siapa, sih, yang sudah mengganggu waktu istirahatnya? Tanpa pikir panjang, Tika segera membuka pintu kamarnya dengan kasar.

Kosong. Satu kata yang sukses membuat dirinya merinding. Oh, ayolah! Tidak mungkin yang dikatakan teman-temannya itu benar, kan?

Tika kembali menutup pintu itu dengan  sedikit bantingan. Ia ingin berjalan kearah kasurnya, tapi niatnya itu terhalang saat mendengar tangisan dari dalam kamar mandi.

'Kali ini apa lagi?' Dengan segala keberanian, Tika melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Tangannya bergetar saat ingin memutar kenop pintu itu.

"T-to ... long." kalimat itu terdengar sangat lirih dan menyayat hati para pendengarnya. Tangannya semakin bergetar. Apa yang harus Ia lakukan?

"T-to ... long." Tika semakin mendekatkan dirinya.

'TOLONG!' Tubuhnya menegang mendengar teriakan itu. Dengan kaki yang melemas, ia berlari ke arah kasurnya dan membungkus dirinya dengan selimut.

Tubuhnya bergetar. Sangat bergetar. Ia sangat takut, ingin berteriak tapi suaranya seolah tercekat, ingin berlari tapi kakinya sangat lemas. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Dengan segala keberaniannya, ia mencoba mengintip dari balik selimut. Kosong. Tidak ada siapapun di sana, lalu, siapa tadi itu? Apa Ia berhalusinasi? Tidak. Itu sangat nyata, ia yakin pasti ada yang tidak beres di sini.

***

Pagi ini, Tika berusaha untuk melupakan kejadian malam itu, dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dengan seragam sekolahnya, Tika berjalan menuruni tangga berjalan menuju meja makan untuk melaksanakan sarapan.

Namun, saat ia melihat Bibi Ami di dapur, ia urungkan niatnya ke meja makan dan ingin bertanya sedikit kepada Bibinya.

"Bi, Bibi ada ke kamar aku gak semalam?" Jujur saja, Ia sangat penasaran perihal semalam itu. Walaupun ingin melupakannya, tetap saja tidak bisa.

"Enggak, Non, emang ada apa?"

"Gak pa-pa, kok, Bi. Nanya aja. Ya udah, aku berangkat dulu, ya!"

Jika bukan Bibinya, lalu siapa? Oke! Ada yang tidak beres di sini.

Ia berjalan ke arah pintu keluar untuk segera berangkat ke sekolah. Nafsu makannya sudah hilang entah kemana.

***

Gadis berkuncir kuda itu duduk manis di bangku kantin. Ditemani Via di sampinyanya, serta Kevin dan Angga di depannya.

"Woy! Ngelamun bae, ngapa lu?" panggil Angga dengan sedikit berteriak.

"Hah? Gak pa-pa, kok," jawab Tika seraya tersenyum.

Hening menemani mereka. Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat membuka pembicaraan, hingga bel masuk berbunyi.

"Udahlah, ayok ke kelas! Dari pada ngediem mulu disini, pengen busuk di sini lu pada?" Kevin yang memang tidak betah akan keheningan mengajak mereka untuk kembali ke kelas.

Mendengar ajakan Kevin, mereka semua langsung berjalan beriringan ke arah kelas, namun tidak dengan Tika. Ia izin ingin ke toilet.

"Eh, tolong izinin gua ke guru, ya! Gua pengen ke toilet dulu," pinta Tika pada teman-temannya.

"Iya, Jangan lama-lama lo!" balas Via.

Tanpa menunggu lama lagi, ia langsung berlari ke arah toilet. Sesampainya di sana Tika segera memasuki salah satu bilik toilet, dan menguncinya dari dalam.

Tiba-tiba, ia mendengar suara air yang berasal dari keran wastafel di balik pintunya, namun saat ia membuka pintu, pemandangan yang ia lihat hanyalah keran wastafel yang menyala tanpa ada seseorang pun.

Awalnya ia berpikir positif saja. Mungkin orang itu lupa menutup kerannya kembali, tapi nyatanya tebakannya itu salah, dan ia menyadari itu saat mendengar suara tangisan dari dalam salah satu bilik kamar mandi yang tertutup rapat di pojok sana.

Dengan ragu, Tika mencoba untuk mengintip dari kolong pintu itu, tapi nihil. Tidak ada siapa pun di sana. Tidak ada tanda-tanda adanya manusia di dalam sana.

Tika kembali mendirikan badannya, dan betapa terkejutnya ia saat melihat seorang wanita berpakaian dress putih berlumuran darah, dengan rambut yang acak-acakan itu sedang menatapnya dengan senyum lebar. Lebar. Dan semakin lebar hingga terdengar suara tawanya yang sangat menakutkan.

Seketika, Tika merasa kakinya terasa lemas hingga membuatnya meluruh dengan posisi terduduk, ia menangis. Kulitnya sudah memucat. Ia sangat ingin berteriak, tapi seolah lidahnya kelu.

Wanita itu berjalan mendekatinya, masih dengan tawanya yang dapat membuat bulu kuduk siapa pun merinding mendengarnya. Wanita itu terus berjalan hingga berhenti tepat di depannya, berjongkok, dan berteriak.

"MAAATTIIIII!" Setelah wanita itu berteriak tepat didepan wajahnya, Tika merasa tubunya sangat lemas hingga semuanya terasa gelap, dan kegelapan itu menguasainya.

🍀🍀🍀

Tbc

Garing ya😅 aduh mohon maap ni ye kalo ceritanya gaje gini. Hehe😆
Jangan lupa VOTE+KOMENNYA YE.

See you...

Dibalik Cermin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang