Tangis mereka pecah begitu saja. Menatap gundukan tanah di hadapan mereka dengan perasaan campur aduk.
Salah satu teman, sahabat, dan anak mereka telah berpulang kepada yang maha kuasa. Kejadian kemarin benar-benar tidak bisa mereka cegah.
Flashback
"TIKA!" Tubuh Tika meluruh ke lantai membuat semua orang yang ada diruangan itu panik.
"Tika, bangung Tik!"
"Tika, lo kenapa?!"
"Tika, jangan buat kita takut, Tik!"
Semua panggilan itu di tujukan pada Tika, tapi apa daya? Sang empu masih juga menutup matanya. Mengabaikan setiap panggilan dari teman-temannya, bahkan kini tidak ada hembusan nafas yang keluar dari hidungnya. Tidak ada suara detakan jantung dari dadanya.
Mungkin ini memang resiko yang harus diterima olehnya. Menyerahkah nyawa untuk melindungi orang-orang yang dicintainya.
Tapi tak apa, Tika bahagia karena bisa melindungi mereka, setidaknya apa yang ia lakukan tidak sia-sia.
Flashback end
"Tika, maafin mama Sayang. Seharusnya waktu itu mama lebih menelusuri tentang rumah itu, sehingga kamu tidak akan ngerasain semua ini." Begitulah penyesalan yang diungkapkan sang Ibu.
Lagi pula, orang tua mana yang tidak sedih ketika mendengar kabar bahwa anak satu-satunya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya?
Bahkan, ketika mendengar kabar Tika meninggal, kedua orang tuanya langsung meninggalkan pekerjaan mereka di Bandung, dan bergegas pulang pada saat itu juga.
"Sayang, udah, ya. Tika udah tenang disana. Dia pasti bakal sedih kalau lihat kamu seperti ini," ucap sang suami berusaha untuk menenangkan istrinya, sesungguhnya ia juga sedih, ia merasa hancur, tapi sebagai seorang kepala keluarga, ia harus menjadi penguat, ia harus tegar supaya keluarganya tidak hancur begitu saja.
"Tapi, Yah ...," jawab sang istri.
"Sssttt ..., udah, kita pulang, ya?" tanya sang suami, dan dibalas anggukan oleh istrinya.
"Om pulang duluan, ya. Kalian masih mau disini?" tanya ayah Tika pada sahabat-sahabat anaknya.
"Iya Om, kita masih mau di sini!"
"Ya sudah, Om duluan, ya."
"Iya Om." Setelahnya, kedua orang tua Tika pergi dari area pemakaman tersebut. Meninggalkan para sahabat anaknya yang mungkin ingin mengucapkan salam perpisahan.
"Tik, lo itu nekat banget tau gak? Lo rela ngelakuin ini semua cuma demi nyelamatin nyawa kita semua," ucap Via, meskipun ia tahu tidak akan ada jawaban atas pertanyaannya.
"Lo terlalu baik Tik, gua gak nyangka bakal kayak begini akhirnya. Padahal rasanya baru aja kemarin kita ketemu Tik." Kali ini Angga yang berdialog, dan ngomong-ngomong tentang Angga, Ia
Tidak mengalami hal serius pada bagian kepalanya yang terkena benturan keramik kemarin."Lo yang tenang disana ,ya, Tika," imbuh Kevin.
"Tika, Kak Icha berterimakasih sekali sama kamu. Padahal kita baru aja ketemu kemarin, Tik, tapi kamu udah baik banget sama Kakak. Mamu juga udah bantuin Kak Alisha untuk kembali ke alamnya, dan kakak benar-benar berterimakasih untuk itu," ungkap Kak Icha yang mungkin paling merasa bersalah disana.
Ia sebagai adik tidak bisa melakukan apa-apa, sedangkan Tika, yang statusnya hanya orang asing rela merelakan nyawanya untuk menyelamatkan Alisha dan teman-temannya.
"Kita pulang dulu ,ya, Tika!" kata Via mewakili mereka semua.
Mereka tersenyum sendu sebelum meninggalkan area pemakaman itu.
Lagi-lagi mereka kehilangan seorang sahabat, kehilangan seorang yang mereka sayangi, tapi tetap saja mereka tidak boleh bersedih terlalu lama, karena ini memang sudah ditakdirkan oleh yang maha kuasa, dan mereka harus menerimanya dengan lapang dada.
🍀🍀🍀
END
Gak kerasa ya ceritanya udah tamat😅 gimana endingnya menurut kalian? Aneh gak si?😂 kalian ada rekomendasi buat aku bikin cerita genre lain kah?
Dan, sejauh ini menurut kalian bagaimana ceritanya? Ada saran atau kritik?
Aku ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya untuk kalian yang udah baca, komen, dan nge-vote cerita ini😁 asliii aku terhura lho gaes😭 intinya aku bener-bener seneng karena udah ada yang mau ngapresiasi cerita aku yang gaje ini. Sekali lagi terimakasih🙏
See you dicerita aku selanjutnya👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Cermin✔
HorrorRumah baru, kehidupan baru, dan hal baru lainnya, gadis ini rasakan semenjak kepindahannya ke rumah yang baru di beli kedua orang tuanya. Hal-hal aneh selalu menghampiri gadis itu tanpa kenal waktu. Pagi, siang, sore, bahkan malam sekalipun mahkluk...