part 8

101 21 0
                                    

Malam berganti pagi, bulan berganti matahari. Saat ini, gadis 16 tahun itu yang tak lain adalah Tika tengah merenung di taman belakang rumahnya.

Angin berhembus kencang menerpa wajahnya. Burung-burung berkicauan menyambut pagi hari. Entah apa yang di pikirkan gadis itu hingga membuatnya merenung disana. Mungkin ia memikirkan kejadian kemarin? Padahal hari masih sangat dini untuk merenung.

Sekelebat bayangan tentang hal-hal yang menimpanya belakangan ini bagaikan kaset yang berputar di kepalanya.

Apa-apaan dengan semua ini? Kenapa nasibnya seperti ini? Padahal ekspektasinya tentang kepindahannya ke ibu kota sangatlah tinggi. Namun semuanya hancur, seolah dari langit yang tinggi ia di banting keras ke atas tanah.

Ia berharap di Ibu kota ia akan menjalankan kehidupannya dengan normal seperti orang kebanyakan. Tapi semua itu hancur, dan ini semua terjadi karena mahkluk tak jelas yang selalu menerornya di setiap saat itu.

Hah! Apakah ia harus menyelidiki masalah ini? Sepertinya jawabannya adalah, 'ya' karena jika tidak ia tidak akan hidup normal di sini.

Tika segera beranjak dari tempatnya. Masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Mulai hari ini hingga seminggu kedepan ia libur sekolah karena anak kelas XII ada ujian, dan ia berencana untuk membereskan kamarnya yang memang sangat berantakan karena kejadian semalam. Apa lagi Bibinya sedang di rumah sakit, jadi tidak mungkin Bibinya yang membereskan kamarnya.

***

Kini ia telah sampai di depan pintu kamarnya. Tangannya bergerak membuka kenop pintu. Berjalan masuk kedalam kamarnya yang berantakan.

Ia mulai membersihkan kamarnya. Mulai dari membersihkan kasur, merapihkan meja rias, menyapu kamar, dan mengepelnya. Semua pekerjaan itu ia lakukan sendiri.

Saat sedang menyapu kolong kasur, ia menemukan sebuah foto yang di rasanya sudah cukup lama, karena foto itu terlihat usang dan berdebu.

Di dalam foto itu terdapat seorang wanita dan seorang pria yang sedang foto bersama, dimana pria itu merangkul wanita disampingnya. Pasangan itu terlihat bahagia.

Tapi, Tika mengernyitkan dahinya melihat foto itu, karena ia tidak mengenali orang dalam foto itu. Siapa mereka? Sekiranya begitulah yang dipikirkannya.

Dengan segera ia menelepon ketiga temannya. Mengajak mereka untuk bertemu di cafe, membahas tentang ini semua.

Jujur saja ia sudah lelah dengan semua ini, jadi mungkin saja foto itu petunjuk, dan awal yang bagus untuk memecahkan semua masalahnya.

***

Kini mereka berempat sudah berkumpul disalah satu meja cafe. Memesan pesanan masing-masing hingga pesanan mereka datang.

Awalnya hanya hening yang menyelimuti mereka. Sampai Kevin membuka pembicaraan di antara mereka.

"Jadi ... kita kesini ngapain?" Mendengar pertanyaan Kevin, mereka bertiga --Kevin, Angga, dan Via-- menatap Tika dengan tatapan bertanya.

"Apa?" Kevin jengah melihat sikap Tika yang sedari tadi diam saja, dan sekarang dia malah bertanya 'apa?' Padahal dia yang mengajak mereka kesini.

"Hah ..., lu ngajak kita kesini ngapain?" Kevin menghela nafasnya dan mengulangi pertanyaannya kembali.

"Ohh ..., ini, gua mau tanya soal ini." Tika mengeluarkan foto yang di temukannya tadi, beserta dengan kertas yang di berikan gadis di bis waktu itu.

"Kalian ada tau sesuatu tentang ini, gak?" tanya Tika pada ketiga temannya.

Angga dan Via melihat foto yang di berikan Tika, sedangkan Kevin melihat kertas yang diberikan Tika, dan membeku sesaat.

Mereka diam dengan pemikiran masing-masing, hingga Kevin menyodorkan kertas itu pada Angga dan Via.

"Kalian kayak kenal tulisan ini gak si?" tanya Kevin pada Angga, dan Via.

Setelah melihat tulisan itu mereka bertiga kembali diam. Mengabaikan seseorang di hadapan mereka yang menatap dengan tatapan bertanya.

"Jadi, gimana?" tanya Tika, sudah tidak sabar dengan jawaban teman-temannya.

Lagi-lagi teman-temannya itu saling menatap satu sama lain kemudian mengangguk secara bersamaan membuat Tika keheranan melihat tingkah laku mereka.

"Oke, Kita bakal kasi tau lo. Tapi, selama kita cerita lo jangan nyela!" ujar Via, sedangkan Tika hanya mengangguk dengan mata berbinar. Tidak sabar mendengar cerita teman-temannya.

Akhirnya Via memulai ceritanya. "Jadi, dulu kita itu berempat. Gua, Kevin, Angga, dan Dita. Dulu Dita juga tinggal di rumah yang lo tempatin sekarang ini, dan dia juga bilang dulu dia suka di ganggu sama mahklus halus. Awalnya kita gak percaya, dan biasa aja, sampai kejadian itu terjadi. Kejadian yang membuat kita semua menyesal. Kejadian yang membuat kita sekarang cuma bertiga. Kejadian yang ... berhasil merengut nyawa Dita.

"Kejadian itu terjadi gak lama sebelum lo pindah kesini. Waktu itu pas pulang sekolah kita semua berniat mau main kerumah Dita. Awalnya semuanya biasa aja, ampai tiba-tiba lampu rumah mati dan tubuh Dita kelempar sendirinya kearah tembok. Semua barang dirumah itu kelempar kesana kemari. Bahkan kepala Angga waktu itu kena salah satu pecahan dari keramik yang di lempar. Kita bener-bener kaget waktu itu, semuanya terjadi begitu cepat, hingga kita gak sadar kalau tubuh Dita terlempar lagi dan jatuh keras keatas meja kaca dihadapan kita.

"Kita bener-bener gak bisa apa-apa waktu itu. Seharusnya kita percaya sama dia. Padahal kita juga pernah diganggu sama mahkluk itu, tapi ... tapi kita tetep aja gak percaya sama dia." Via menceritakan itu semua dengan kepala menunduk kebawah, dan mata yang sudah berkaca-kaca, sedangkan Tika termangu mendengar cerita Via.

"Jadi, sekarang gua tanya sama lo, dari mana lo dapet kertas sama foto ini?" tanya Angga kemudian.

"Emang kenapa? Lo ada tau sesuatu tentang ini?" Tika masih saja penasaran dengan semua ini, sepertinya ini semakin rumit saja.

"Kalo soal foto gua gak tau, tapi kalo soal kertas ini mungkin gua tau," jawab Angga sambil mengangkat kertas yang di berikan Tika tadi.

"Kalo foto itu gua temuin di bawah kasur kamar gua, kalo kertas itu ... gua dikasih sama seseorang."

"Siapa?"

"Cewe. Kayaknya dia sekolah di sekolah yang sama kayak kita. Tapi gua gak pernah liat dia di sekolah," ucap Tika jujur.

Seketika, Kevin membuka galeri di HP nya dan menunjukan foto seorang gadis.

"Apa cewek itu kayak gini?" tanya Kevin yang dibalas anggukan oleh Tika. Hening kembali menyelimuti mereka.

"Dia siapa?" tanya Tika pada akhirnya.

"Dia Dita, orang yang gua ceritain tadi." kali ini Via yang menjawab setelah berhasil menenangkan dirinya.

Lagi-lagi Tika dibuat terkejut oleh omongan Via, jadi yang ditemuinya di bis waktu itu bukan manusia begitu? Lalu, apa bayangan yang menolongnya waktu ia diserang wanita itu, juga Dita?
Ia semakin penasaran saja dengan orang yang bernama Dita itu, namun ada pertanyaannya yang belum terjawab. Siapa orang yang ada difoto itu?

🍀🍀🍀

Tbc

Vomentnya gaess😁

See you...

Dibalik Cermin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang