Sepulangnya Tika dari kediaman Bu Rina, ia lagi-lagi mendapat surat yang kali ini di yakininya berasal dari Dita.
Kau sudah menemukan setengah dari informasi yang ada. Sekarang tinggal setengahnya lagi yang harus kau ungkapkan. Selama beberapa hari ke depan, aku akan membantumu. Berhati-hati lah
Begitulah isi dari surat yang diterimanya. Itu artinya masih ada beberapa informasi yang harus di dapatkan untuk memecahkan misteri ini.
***
Langit telah gelap, bulan pun sudah muncul ke permukaan, menjalankan tugasnya menerangi malam hari.
Tika. Gadi itu baru saja selesai membersihkan diri, dan ingin merebahkan dirinya di atas kasur. Niatnya ingin menutup mata urung saat ia mendengar suara keran menyala dari arah kamar mandi. Seingatnya ia tadi sudah mematikan keran air.
Dengan langkah malas, Tika berjalan ke arah kamar mandi dan mematikan kerannya. Baru beberapa langkah ia berjalan, keran itu sudah menyala lagi.
Apa-apan ini?! batinnya menyerukan. Dengan kesal, ia berbalik lagi dan menyentuh keran air itu untuk mematikannya. Namun baru saja ia menyentuh keran air. Tangannya di genggam erat. Tangan yang berlumuran darah, penuh luka, dan hancur itu menggenggamnya dengan kuat. Bahkan meninggalkan bekas disana. Meski hanya sekilas tetapi dapat ia rasakan tangan itu menggenggamnya sangat erat.
Terkejut? Tentu saja! bahkan tangannya sampai bergetar merasakan sentuhan itu.
Dengan keterkejutan yang masih ada, ia berjalan kearah kasurnya dan merebahkan dirinya diatas sana, mencoba menenangkan diri. Ia harus terbiasa dengan semua ini jika ingin mengungkapkan misteri yang ada, karena ia yakin setelah ini hidupnya tidak akan baik-baik saja.
***
Matahari telah muncul ke permukaan, menampakkan cahayanya yang terang, hingga membangunkan gadis 16 tahun yang tengah tertidur lelap di kamarnya.
Karena terusik dengan cahaya sang mentari. Gadis itu bangun dari tidurnya. Berjalan gontai kearah kamar mandi untuk membersihkan diri dan keluar lagi dengan ke adaan yang lebih segar.
Tika saat ini sedang berkutat di dapur. Memasak sarapan untuk dirinya sendiri karena Bi Ami yang masih dirumah sakit. Meski tinggal dengan pembantu, kemampuan memasak Tika tidak boleh di remehkan.
Setelah selesai berkutat dengan masakanya, ia berjalan kearah meja makan dan memakan hasil masakannya dengan diam.
Hingga saat ini, ia masih memikirkan cara mendapatkan setengah dari informasi yang tersisa untuk memecahkan seluruh misteri ini.
Di tengah ke asikannya dengan sarapan, tiba-tiba terdengar suara bel dari arah pintu utama.
Setelah mengintip dari jendela, Tika membuka pintu berwarna coklat itu, hingga menampakkan seorang wanita yang sekiranya berumur 20 tahunan di hadapannya.
Dahinya mengernyit bingung. Siapa dia? begitulah pikirnya.
Melihat raut wajah Tika yang kebingungan, wanita itu langsung menjelaskan kedatangannya kemari.
"Hmm ..., sebelumnya maaf mengganggu. Tapi, kedatangan saya kemari tidak berniat yang macam-macam, kok. Saya kemari inging menolong. Oh, ya, perkenalkan nama saya Icha," ucap wanita itu panjang lebar.
"Tika. Jadi, gimana, ya? Saya masih kurang mengerti. Sebelumnya mari masuk dulu!" jawab Tika seramah mungkin meski ia tidak mengenali orang itu sama sekali.
"Terimakasih." Setelahnya, Icha langsung masuk dan duduk di sofa ruang tamu yang di sediakan. Tanpa meminta izin sekalipun. Lagi pula ini rumahnya juga bukan?
"Jadi, bisa jelaskan kedatangan anda kesini?" tanya Tika setelah ikut duduk di depan Icha.
"Baiklah, jadi kedatangan saya kesini ingin membantu perihal Alisha." Tika sangat terkejut mendengar penuturan Icha. Bagaimana dia bisa tahu soal Alisha?
"Maaf, tapi anda tahu dari mana soal Alisha?"
"Tidak usah terlalu formal. Panggil saja saya Kak Icha, dan juga saya adalah adik kandung dari Alisha." Tika lagi-lagi dibuat terkejut dengan perkataan Icha yang mendadak.
"Jadi, kak Icha tahu sesuatu tentang Alisha?" Tika bertanya, dan dibalas anggukan oleh orang didepannya.
"Hmm ..., sementara saya tinggal disini, tidak apa?" Sebenarnya Tika ragu. Tapi, ini semua demi kebaikannya juga, kan?
Dengan ragu Tika mengangguk, mengiyakan pertanyaan kak Icha, "Kalau saya boleh tahu, kak Icha tahu dari mana tentang saya?"
"Soal itu, saya tahu dari Bu Rina. Dia menelpon saya kemarin dan memberitahukan tentang kamu kepada saya." Tika mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Kak Icha.
"Saya akan menceritakan semua yang saya tahu tentang Kak Alisha."
"Tunggu, Kak! Kayaknya kita harus nunggu temen-temen aku deh! Soalnya mereka juga ada hubungannya sama semua ini."
"Hmm, ya udah kalau begitu. Kita tunggu mereka."
"Iya, Kak! Tadi aku udah kirim pesan ke mereka, kok."
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya ketiga teman-temannya datang, siapa lagi jika bukan mereka? Via, Angga, dan Kevin. Mereka langsung duduk ditempat yang tersedia.
"Jadi, udah ngumpul semua ni?" tanya Kak Icha pada mereka semua.
"Iya Kak, udah semua, kok," jawab Tika mewakili teman-temannya.
"Oke, Kakak mulai cerita, ya?"
pertanyaan Icha pun dibalas anggukan oleh mereka semua.Ngomong-ngomong tadi Tika sudah menceritakan tujuannya menyuruh teman-temannya datang, karena itu di antara mereka tidak ada yang bertanya apa pun.
"Kalian pasti sudah mendengar sebagian kisahnya dari Bu Rina, kan?" pertanyaan Icha lagi-lagi di balas anggukan oleh mereka.
"Karena itu Kakak akan menceritakan sebagian yang belum kalian ketahui saja, atau bisa dibilang awal mula konflik ini." Icha menghela nafasnya, dan mulai mengawali ceritanya.
"Jadi, semenjak kematian bang Adi, kak Alisha berubah menjadi orang yang seolah tidak kakak kenali. Sampai beberapa hari berlalu, kak Alisha kembali normal. Namun, ia menjadi lebih pendiam dan yang paling kakak anehin adalah, setiap malam jum'at, Kak Alisha selalu ngunci kamarnya dan ngurung diri di kamar, dan saat dia keluar kamar tangannya selalu saja ada luka. Kakak jadi takut kalau kak Alisha mencoba bunuh diri lagi.
"Waktu itu, Kakak lagi gak dirumah saat kematian Kak Alisha, itu benar-benar membuat Kakak syok. Terlebih soal mayat yang ada di halaman belakang itu, Kakak benar-benar gak tau apa-apa, karena memang Kakak jarang di rumah sehingga Kakak sangat jarang ke halaman belakang. Kakak juga menemukan ini di dalam kamar kak Alisha." Kak Icha mengakhiri ceritanya, dan mengeluarkan sebuah buku dari tasnya.
"Ini apa, Kak?" tanya Angga sambil memegang buku itu.
"Kakak juga kurang tahu. Tapi, waktu kakak tanya teman kakak, katanya itu adalah buku mantra. Biasanya buku itu adalah buku yang dimiliki seorang yang melakukan ritual pada iblis. Ada beragam mantra di dalamnya yang tidak kakak mengerti sama sekali."
"kita bisa tanya sama Om gua," usul Angga.
"Om lu?" Kali ini Via bertanya.
"Iya! Om gua dulu pernah mempelajari beberapa mantra kayak gini. Mungkin aja dia tahu," jelas Angga.
"Ya udah, kita ke rumah Om lu!" Tika yang sepertinya tidak sabar langsung mengajak semua temannya --termasuk kak Icha-- kerumah Om Angga.
"Ya udah, untung gua bawa mobil kesini." Tanpa banyak berpikir lagi, mereka langsung beranjak dari sana, dan masuk kedalam mobil Angga, lalu pergi ke rumah Om Angga.
🍀🍀🍀
Tbc
Hai gaes!! Maaf baru update ni🙏 kira-kira ada yang nungguin cerita ini gak? Hehe, geer banget ya😂
Beberapa part lagi menuju ending😆Vomentnya ya gaess😁
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Cermin✔
HorrorRumah baru, kehidupan baru, dan hal baru lainnya, gadis ini rasakan semenjak kepindahannya ke rumah yang baru di beli kedua orang tuanya. Hal-hal aneh selalu menghampiri gadis itu tanpa kenal waktu. Pagi, siang, sore, bahkan malam sekalipun mahkluk...