Chapter XV : Devotion

2.1K 223 66
                                    

__-oOo-__

Apakah tidak bisa beranjak dari masa lalu

Bisa disebut sebagai kesetiaan?

__-oOo-__

.

Gumusservi

~After Obfuscate : Side A~

Chapter XV : Devotion

.

__-oOo-__

Setelah acara yang hampir mirip pertemuan keluarga tadi, akhirnya Kaisar Akhsa mengajak Nona Aysheela ke tempat tetua Witcherian untuk meminta doa—ini tradisi yang cukup kolot di kalangan penyihir.

Sedangkan aku dan Arfael menunggu di kastil.

Kami berdua duduk di sisi lorong sambil memandang ke halaman yang tentu saja hanya berisikan salju.

Entah mengapa aku sering sekali berada pada posisi duduk berdua di sini. Lebih sering bersama Kaisar Akhsa.

Pemuda itu duduk santai di sebelahku, matanya tertuju pada halaman sana. Aku hanya diam sambil sesekali menyesap teh.

Tiba-tiba salju yang turun berubah menjadi hujan. Pertamanya sangat tipis, lalu semakin deras. Akhir-akhir ini sepertinya sering sekali hujan di Witcherian.

Aku jadi ingat Nona Aysheela yang tidak menyukai hujan.

Apa dia baik-baik saja, ya?

"Anu, hujan begini apa Nona Aysheela tidak apa-apa?" tanyaku pada Arfa yang langsung menolehkan wajah.

"Aysha hanya agak sensitif ketika bangun tidur, lagipula ada Paman Akhsa juga di dekatnya. Aku yakin tidak apa-apa. Terima kasih atas kekhawatirannya, Tuan Rexford."

"Yah, kalau ada gadis kecil yang tiba-tiba menangis karena hujan tentu saja saya khawatir bukan main." Aku tersenyum, merasa tidak enak.

"Tapi, tolong jangan dimanfaatkan, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi, tolong jangan dimanfaatkan, ya. Kalau adik saya menangis main dipeluk begitu saya kaget, lho."

Kubalas dengan cepat. "—Yang itu mohon dilupakan. Saya tidak memiliki maksud terselubung di sana. Saya bersumpah!"

Arfael tergelak mendengar balasanku yang panik. Ia terlihat amat puas, seakan telah memprediksi hal ini.

"Bagi Aysha, hujan tidak memiliki kenangan yang indah. Jadi—" Arfa menatap hujan yang jatuh ke atas salju. "—hal yang wajar kalau dia tidak menyukainya. Saya pun kalau ditanya suka atau tidak suka, mungkin akan saya jawab 'tidak suka'."

Kutatap Arfa yang berada di sampingku, emosi yang kurasakan adalah bingung bercampur khawatir. Karena sorot mata pemuda itu sedih atau harus kukatakan sebagai 'dendam'?

Gumusservi ~Stardust~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang