kepastian - [mh]

8.8K 1.4K 184
                                    

gimana weekend kalian? 😂



































Mark mendudukkan diri tepat di hadapan kakak sepupunya yang kebetulan hari ini berkunjung ke studio. Ketika ditanya ngapain, Tya cuma jawab mau main. Kebetulan lagi, Mark sedang butuh temen cerita.

"Mbak mau mantau proyek smart studio?" tanya Mark sambil nyeruput cappucino dari cangkir.

Tya menggerakkan jemarinya di pinggiran cangkir tanpa berniat meminumnya. Pandangannya agak gak fokus.

"Mbak?"

"Hmm?" Tya menoleh dengan pandangan kosong.

"Padahal gue tadi mau cerita. Tapi kayaknya lo yang butuh cerita ke gue deh, Mbak."

Tya berjengit saat jari telunjuknya ga sengaja kecemplung kopi panas di atas meja. Merutuki diri sendiri kenapa ngelamun daritadi.

"Nggak, Mark. Lo cerita aja. Gue dengerin."

"Bener nih, ya?"

Tya tersenyum kemudian mengangguk. Memberikan seluruh atensinya ke sepupunya yang kalo diliat-liat wajahnya ada sisi sumringah dan ada sisi bimbang.

"Jadi.. gue kemaren ngelamar gebetan gue."

Tya mengangguk. Tapi beberapa saat kemudian matanya melotot.

Iya sih, Mark itu tipikal orang yang berpendirian teguh. Dan kalo punya tujuan, dia sering straighforward dan fokus. Harusnya Tya ga heran kalo semisal Mark sampai ngajak serius pasangannya.

Tapi ini gebetan. Dilamar?

Tya bukannya ga pernah baca berita. Maka dari itu dia langsung kaget ketika tau sepupu gantengnya ini ngelamar orang yang santer dihujat gegara kedekatan mereka.

"Ngelamar? Bukan nembak?"

Mark menggeleng serius. Kacamatanya ia benarkan dan melalui sorot matanya, Tya bisa liat betapa tegasnya Mark saat ini.

"Terus?"

"Gue gatau ditolak atau enggak."

"Hah?"

Tya menyeruput sedikit kopi dan memberi sepupunya pandangan meminta penjelasan.

"Iya. Dia cuma bilang butuh waktu. Tapi 7 hari ini dia berhubungan kayak biasanya sama gue."

"Maksud lo chat dan telpon, gitu?"

"Hmm. Bener, mbak. Dan dia gaada bahas lamaran gue sama sekali."

Tya bersandar ke kursi dan menyangga dagu sambil berpikir.

Menurut sepengalaman dia dengan temen-temennya yang syok ketika dilamar, biasanya mereka memang minta waktu. Tapi selama itu pula mereka menjauh dari yang ngelamar buat berpikir jernih.

Ngedenger kasus Mark, Tya jadi merasa aneh.

"Gaada bahas? Tapi ngomongin soal perasaan dia ke elo, gak?"

Mark kembali menggeleng.

"Terus ngomongin apa, dong?"

"Apa aja sih, Mbak. Lebih banyak soal musik, makanan, terus biasanya dia selipin terima kasih buat gue karena dulu udah ngebela dia lewat video."

Tya kini mengerutkan kening.

Mark di hadapannya kembali nyeruput cappucino. Hoodie abu-abunya dibuka sehingga nampaklah rambutnya yang agak acak-acakan. Sama acak-acakan dengan perasaannya beberapa hari ini.

3 srikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang