akhir - [all]

12.9K 1.7K 460
                                    

yaudah double up 😂



***















Aksi pelukan kedua sahabat itu harus terhenti. Tepat di samping ambang pintu ruang sidang, seorang pria lagi memandang mereka haru. Utamanya Jasmine yang lagi sesenggukan.

"Jasmine.." panggilnya lirih.

Jasmine segera menoleh.

Tanpa menunggu aba-aba lagi, dia segera menghambur ke pelukan Jeno. Meremat erat kaosnya seolah gamau lagi dipisahkan oleh apapun. Cukup kasus ini dan ia berharap ke depannya dia gak lagi membawa Jeno dalam masalah besar.

"Sshh.. Gue udah di sini, Jasmine. Jangan nangis.."

"Jangan pergi lagi, Jen.."

"Nggak akan."

Jeno melepas pelukan mereka untuk menangkup kedua pipi Jasmine yang basah air mata. Mengecup dahinya cukup lama hingga Jasmine tenang dan berhenti menangis.

"Makasih. Makasih lo udah percaya buat ngizinin gue kembali ke kehidupan lo, Jas."

Jeno berujar sungguh-sungguh. Dibawanya kembali tubuh Jasmine dalam dekapan hangat.

Baru aja mau lanjut bermesraan, sebuah suara menginterupsi.

"Ekhmm.."

Bukan, barusan bukan suara Chanisa. Karena sahabat Jasmine itu memilih minggir ke tepian untuk memberi waktu ke mereka.

"Ayah.."

Dimas mengangguk.

Suara Jeno sukses membuat Jasmine segera mundur melepas pelukan keduanya. Mengusap air matanya canggung.

"Gapapa, lanjutin aja kangen-kangennya."

Jeno yang kini giliran mengusap tengkuknya kikuk.

Melihat kedua anak muda ini merasa nggak enak akan kehadirannya, Dimas hampir meloloskan tertawaan.

"Selamat, Jeno. Ayah seneng kamu bebas." ucapnya sambil menepuk bahu kekar anaknya.

"Walopun setelah ini aku diliput stasiun tv?"

Dimas mendengus. Udah bisa bercanda rupanya si Jeno.

"Kamu hutang banyak hal ke ayah. Termasuk 0,3% saham yang turun gara-gara ulahmu."

Jeno berdecak sebal. Bisa-bisanya ayahnya masih membahas mengenai saham DreamZen yang sempat turun akibat kasusnya. Itu kan di luar kuasanya. Siapa juga yang bisa menahan naik turunnya saham di saat seperti ini?

"Jangan sepelein angka saham, ya. Kamu udah ayah ajarin kalo sekecil apapun, itu ngaruh ke kondisi perusahaan."

"Iya, Yah. Jeno ngerti. Terus gimana Jeno harus bayarnya? Gaji Jeno udah kepake buat bayar pengacara."

Ucapan Jeno terdengar menyedihkan sekarang. Kendati demikian, pria itu tidak serius kehabisan uang kok.

"Lah nanya ke ayah? Tanya sama Jasmine gimana cara bayarnya."

Jasmine yang mendengar itu langsung tersentak.

"E-eh.. gimana, Pak?"

Belum sempat Dimas menjawab, dua orang pria dewasa lain keluar dari ruang persidangan. Dengan setelan kemeja rapi dan celana bahan. Gak ketinggalan pengacara Jeno yang berjalan gak jauh dari keduanya.

Jeffrey dan Johnny kini berdiri tepat di samping Dimas.

"Selamat atas kemenangan lo, Jeno." ucap Jeffrey tulus yang dihadiahi gumaman.

3 srikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang