epilog

16.2K 1.8K 465
                                    

Jeritan perempuan kecil di atas pangkuan ibunya mengagetkan semua orang dewasa di tengah ruangan. Bibirnya mencebik dengan mata yang berair. Seluruh atensi jadi tertuju ke dia dan ibunya yang hari ini memakai dress ungu pastel. Ada sedikit aksen berenda di dress putrinya.

"Mau tiup lilin~"

"Sshh.. nanti mama beliin sendiri ya."

"Gamau. Maunya sekarang~"

Tya tampak kebingungan karena acara ulang tahun ini sudah hampir mencapai puncak, tapi putri manisnya ini rewel mau meniup lilin. Padahal ini bukan ulang tahunnya.

"Abis ini aja gimana? Kita tiup lilin di rumah, mau?"

Gadisnya menggeleng. Bibir tipisnya mengerucut sebal.

Di saat air matanya hampir tumpah, tiba-tiba uluran tangan seorang lelaki bikin Tya mendongak. Sontak aja si kecil juga ikut melihat ke arah pria tadi.

"Sini sama Om."

Tya memandang bergantian antara anaknya dan pria ini.

"Tiup lilin?" tanya si kecil.

"Iyaa kita tiup lilin berdua."

Si gadis kecil langsung melonjak dan memeluk erat leher Jeno. Tubuhnya udah berpindah ke gendongan pria ini.

"Maaf ya, Jeno."

"Kenapa minta maaf, Mbak?"

"Ya ini kan ulang tahun elo."

"Maka dari itu gue tiup lilin sama ponakan sendiri. Santai laah."

Jeno tertawa sampai kedua matanya melengkung manis. Membuat si gadis mungil menusuk-nusuk pipinya.

"Om Jeno ganteng. Mau cium~"

Mendengar itu mata Tya langsung terbelalak. Ia menggelengkan kepalanya sebagai isyarat ke Jeno.

Sebenernya Jeno seneng banget dipuji ganteng sama keponakannya. Tapi dia juga harus ikut mendisiplinkannya sesuai arahan Tya. Nanti kalo diturutin, ke depannya si gadis manis bakal menganggap kalo yang ganteng boleh dicium.

"Nanti ada yang marah tau.." Jeno berbisik main-main.

"Siapa?" bibir mungil si perempuan kecil membulat. Matanya berbinar tanda ingin tahu.

"Tuh.." Telunjuk Jeno diarahkan ke perempuan di samping meja tengah.

Membuat Ara, gadis mungil tadi, terkikik lucu.

"Hihi.. Tante Nana?"

"Yap."

Jeno mengangguk antusias sambil berjalan kembali ke tengah ruangan. Membuat seluruh mata mengikuti gerak-geriknya.

"Tadi ngapain nunjuk-nunjuk aku?" tanya Jasmine penasaran. Lihat aja kedua matanya juga membulat minta jawaban. Lucu seperti Ara yang kini udah diturunkan Jeno di atas kursi. Biar wajahnya sejajar dengan kue bertingkat di atas meja.

"Ara nanya siapa yang paling cantik malem ini. Aku jawab deh sambil nunjuk kamu."

Jeno mengira gombalannya akan membuat Jasmine tertawa. Pada kenyataannya justru semua orang yang ada di ruangan pelakunya. Bahkan ayahnya, Mark dan Chanisa yang berdiri gak jauh dari Tya.

"Gombalin terus, Jen. Jangan sampe kendor!" Teriak Mark yang dihadiahi cubitan sama Chanisa.

Jasmine?

Wanita itu mencebik. Udah kebal sama segala gombalan Jeno.

"Om Je.. ini kenapa?"

Telunjuk kecil Ara diarahkan ke sisi kue yang hancur. Matanya memandang Jeno ingin tahu. Membuat wanita di samping Jeno menutup matanya. Bibirnya terkembang membentuk senyum kecut.

3 srikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang