kehilangan - [jy]

9.9K 1.6K 934
                                    

book ini up untuk menemani malam senin temen-temen💚💚







































Ketika jam dinding udah menunjukkan pukul 10 pagi, Tya keluar dari kamar mandi. Akhir-akhir ini dia sering merasa pusing. Ditambah suaminya itu semakin hari bukannya mendingan malah tambah parah morning sickness-nya.

Kembali wanita ini mengamati pria yang lebih muda setahun darinya itu terlelap. Ia mendekat.

Diusapnya pelan rambut yang menutupi dahi Jeffrey.

"Hm? Udah, pake kamar mandinya?"

"Udah. Masih mual, Jeff?"

Jeffrey memeluk lengan istrinya dan menempelkan dahi di sana. Dingin khas orang selesai mandi.

"Mau dibikinin teh jahe?"

Lelaki itu menggeleng.

Maka yang dilakukan Tya saat ini cuma mengelus kepalanya terus menerus. Berharap dengan begitu rasa mual Jeffrey bisa berkurang.

"Kata temenku, morning sickness ada obatnya, Jeff. Mau tau nggak?"

Lelaki di lengannya menggeram pelan.

"Jeffrey?"

Yang dipanggil pada akhirnya mendongak. Mata mereka bertemu pandang.

"Mau tau cara biar gak mual?"

"Hmm. Gimana?"

Tya menggenggam tangan suaminya. Mengecupnya pelan kemudian di bawa ke perutnya yang mulai membesar.

"Ngobrol sama baby. Bisa ngilangin mual nanti."

Mendengar itu, Jeffrey terdiam kemudian menarik tangannya dan kembali menelusupkan kepala ke bantal.

Kandungan Tya udah memasuki bulan keempat. Dan selama itu juga Jeffrey memang gak pernah berinteraksi sama calon bayinya.

Entah kenapa.

Kalo ditanya, pria itu juga lebih memilih diam. Akan berakhir ngobrolin hal lain semacam laju saham NeoTech, kerja sama dengan DreamZen, dan sebagainya.

Tya awalnya gak masalah.

Wanita karir ini juga akan tetap menanggapi suaminya baik-baik. Mengikuti alur pembicaraan.

Cuma lama-lama dia merasa lelah untuk pura-pura gaada apa-apa.

Padahal dulu yang ngebet punya anak si Jeffrey, tapi sekarang dia serasa berjuang sendiri buat membesarkan bayi.

"Jeff.."

"Hm?"

"Kamu sebenernya nganggep anak kita apa?"

Lelaki itu membalikkan posisi tidur.

Memunggungi istrinya.

Tapi Tya ga berhenti. Kali ini dia ingin mendengar kejelasan.

Ia udah mencoba semampunya untuk menerima keberadaan janin mereka. Kendati dia sangat stress di awal kehamilan akibat overthinking.

Iya, dia mendadak memikirkan semua resiko buruk yang akan terjadi kalo punya anak nanti.

Pertama, dia pasti harus memberikan waktunya untuk sang buah hati. Otomatis karirnya lambat laun akan meredup. Dan ini akan dimanfaatkan suaminya buat memintanya mundur dari jabatan tertinggi di hotel. Yang mana baginya itu sebuah mimpi buruk.

Kedua, menjadi orang tua itu berat luar biasa. Ia takut nggak bisa mendidik anaknya dengan baik. Terutama jika ini diketahui keluarga besar Jeffrey. Tya sangat nggak siap menerima cibiran lebih dari ini.

3 srikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang