16

32.4K 4.2K 530
                                    


Zhao tahu ada hal yang tidak beres saat melihat Hoshi keluar dari ruang rawat Iris dan langsung berlalu ke rest area untuk menghela napas panjang. Keberadaan Jenna jelas menjadi alasan besar untuk kakaknya beralih menenangkan diri.

Zhao semakin yakin ada hal yang tidak beres manakala Suster Aida membawa nampan makan siang dan justru terdengar teriakan bahwa Iris minta ditinggalkan sendiri. Raut wajah Suster Aida tampak sedih mendengar teriakan itu.

"Kenapa, Sus?" tanya Zhao, bergegas mendekat.

Suster Aida menggeleng, "Saya kurang tahu, tadi periksa sama dr. Hoshi dan saya keluar untuk siapkan ransum makan siang, tapi saat kembali... Mbak Iris sudah menangis dan teriak minta ditinggalkan sendiri."

"Dia menangis?"

"Iya, saya akan hubungi Pak Pas—"

"Jangan," larang Zhao, ini adalah hari terakhir Hospital Expo dan sahabatnya itu pasti sedang sibuk mengurus segala sesuatunya. "Saya akan coba bicara dulu pada Iris, kalau enggak bisa ditangani, nanti baru hubungi Pascal."

"Baik, dok."

Zhao segera beranjak ke pintu ruang rawat Iris, menghela napas untuk lebih dulu menenangkan diri sendiri. Saat menggeser pintu ruang rawat adik sahabatnya itu, Zhao langsung terkesiap berlari mendekat. Iris menangis dan berusaha bangun menegakkan punggungnya, gadis itu berteriak karena rasa sakit yang langsung menderanya.

"Iris... please... belum boleh..." kata Zhao, memegangi kedua pundak Iris agar tidak lagi mencoba menegakkan tubuh dari tempat tidur.

Dengan kedua tangannya, Iris justru mencoba menampik Zhao. Gadis itu memberontak, air mata mengalir deras bahkan hingga menetesi tangan Zhao.

"Please... please... bilang aku, apa yang kamu mau... bilang aku..." bujuk Zhao, kini beralih merangkum wajah Iris, ibu jarinya mengusap lelehan air mata yang mengalir.

"I hate this place, I hate your brother even more..." ucap Iris lalu tersengal dan terbatuk-batuk.

Zhao tahu betapa berbahayanya situasi ini, segera ia mengangguk, "I know... just please, calm yourself... please..."

"This hospital is really sucks! My condition too, I hate this!" ungkap Iris sebelum tergugu karena menyadari kelemahannya, ia benar-benar tak bisa bergerak dari tempat tidur.

Zhao melihat bagaimana keputus-asaan memangkas seluruh kepercayaan diri gadis yang coba ia tenangkan ini. Iris benar-benar kesulitan menghadapi kondisinya, gadis itu belum mampu menerima keadaan dan rasa sakitnya.

"You're gonna be okay, Iris..." kata Zhao membuat tatapan mata Iris sepenuhnya terarah padanya. "Just hang on little more... please..."

Iris masih meneteskan air mata saat mendapati ekspresi wajah Zhao tampak begitu cemas. "Don't do this..." ucap Iris lirih.

Wajah cemas Zhao kini diliputi ekspresi bingung.

"Jangan bersikap baik padaku hanya karena kamu orang baik... you don't have to do that."

Zhao menggeleng dan kembali menghapus air mata Iris, "Aku enggak melakukan ini karena aku orang baik..."

"Kasihan?" tanya Iris, air matanya mengalir lebih deras saat menanyakan itu. "Kecacatanku membuatmu iba, bukan?"

"Iris..."

"I hate this so much," lirih Iris sebelum menangkupkan kedua tangan ke wajahnya, mencoba meredam tangis. Rasanya begitu sesak dan air mata membuat penglihatannya mulai kabur.

Zhao meraih kedua tangan Iris, perlahan menjauhkan keduanya dari wajah gadis itu. Membuatnya kembali berpandangan dengan kedua mata biru yang banjir air mata. Zhao beralih melepaskan salah satu tangannya untuk menghapus tetesan air mata itu.

FLAWSOME #PasqueSeries ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang