"Tuan, baru saja Nyonya menelepon." kata pengurus rumah.
Byakta menghentikan kegiatannya mengaduk secangkir kopi, "Ya?"
"Tuan diminta menunggunya setelah sarapan."
"Hmm..." jawab Byakta lalu pengurus rumahnya undur diri.
Baru setengah cangkir kopi yang ia minum saat Asoka Pasque muncul di pintu penghubung. Penampilan wanita empat puluh sembilan tahun itu sederhana, mengenakan sweater abu-abu dengan celana jeans panjang dan sandal selop yang terlihat mencolok. Baru kali ini, Byakta mendapati istrinya itu tampil tidak biasa. "Ada apa dengan penampilanmu?" tanyanya.
"Tidak ada apa-apa, aku tidak bekerja lagi." jawab Asoka lalu duduk di seberang meja suaminya. Ia mengulurkan map yang semalam diletakkan Pascal di depan pintu kamarnya. "Pascal mengembalikan ini."
"Anak itu sudah tidak peduli lagi de—"
"Dia peduli." sela Asoka tajam lalu menenangkan kembali nada suaranya. "Pascal adalah orang yang paling peduli pada kita, dia bahkan tahu apa yang terbaik untuk kita."
"Perceraian bukan jawaban, dengan posisi Pascal saat ini akan terlalu beresiko jika semua ini dipublikasikan." kata Byakta lalu mengambil kembali mapnya. "Semua ini akan berlalu, seperti biasanya."
"Aku tahu itu, tapi aku tidak bisa menjalani semua ini lagi."
Byakta terdiam menilai kalimat istrinya itu, "Kau yang meminta agar semua ini terj—"
"Bukan hanya aku yang memanfaatkan perjanjian itu." sela Asoka dan benar-benar menatap mata suaminya. "Aku tahu, semuanya bermula karena kesalahanku, keserakahanku tapi Mas Bya sendiri juga tidak keberatan."
"Lalu, sekarang setelah semua kekacauan ini, kau ingin berhenti?"
"Aku yang akan mengajukan berkas-berkas perceraiannya."
"Sudah gila? kau mau membuatku kembali dilihat sebagai barang pembelian? dan sekarang sudah tak lagi kau gunakan?"
Asoka menggeleng, "Tidak, aku tidak bermaksud untuk—"
"Kau akan tetap menjadi istriku."
"Kau tidak membutuhkan nama Pasque untuk membuat dirimu layak."
"Asoka!" seru Byakta dan kembali mendapati air mata wanita itu menetes.
"Kau juga tidak membutuhkan gadis-gadis lain untuk membuat dirimu sama populernya denganku." kata Asoka yang seketika membuat lawan bicaranya memutuskan beranjak.
Asoka ikut berdiri dan menahan tangan suaminya, "Please... kita harus berhenti menjalani hidup seperti ini, Pascal benar... dia dan Iris layak mendapatkan masa depan yang lebih baik, Mas Bya juga berhak bahagia."
"Aku pernah bahagia selama tujuh tahun pertama kehidupan pernikahanku." aku Byakta dan mendapati istrinya menatap penuh penyesalan.
"Maafkan aku... aku tidak bisa menjadi istri... atau ibu yang baik."
"Aku harus pergi." ucap Byakta lalu memaksa tangan Asoka melepasnya.
Asoka tetap menahan, "Aku nggak akan membuat keributan dengan berkas perceraian itu... aku nggak akan meminta Pasque Techno, harta gono-gini atau bahkan rumah ini... aku hanya ingin bisa bersama anak-anak, biarkan mereka tetap menjadi Pasque untukku."
"Pikirmu mereka mau menerimamu? tak ada satupun dari kita yang akan mendapatkan mereka."
"Kecuali kita bercerai." ucap Asoka mengingat ultimatum Pascal kemarin.
Byakta geleng kepala, "Kau akan tetap menjadi istriku." katanya lalu benar-benar melepaskan diri dari tangan Asoka, beranjak pergi.
"Please... aku ingin bersama mereka." Asoka masih berusaha mengejar hingga pintu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAWSOME #PasqueSeries I
RandomFLAWSOME "Your flaws are perfect for the heart that is meant to love you." -- Zhao Walker, adalah contoh pria langka masa kini. Bungsu keluarga Walker itu tak hanya tampan, namun juga real gentleman yang tak pernah salah melangkah. Para ibu yang men...