EPILOG

66.4K 5K 857
                                    


Iris berpegangan ketika Pascal memindahkannya ke kursi roda. Pascal memastikan posisi kaki Iris nyaman sebelum mengambil selimut dan menutupinya. Iris mengambil pot yang kini bunganya sudah mekar, warna ungunya cantik, serasi dengan kursi roda Iris. Sejenak Iris menoleh ke tempat tidurnya, rasanya aneh karena ia benar-benar meninggalkannya.

"You're amazing, Purp." kata Pascal menyadari perasaan adiknya.

Iris mendongak dan tersenyum, "Aku siap pulang." katanya dan Pascal segera beralih mendorong kursi roda adiknya keluar ruangan. Iris terkesiap karena barisan perawat juga dokter yang menunggu, mereka semua tersenyum melihatnya.

"Untuk perjuangan yang luar biasa, Ms. Eiris Pasque," kata dr. Elanor lalu meletakkan sebuket bunga iris. Mencoba tidak menangis, Iris mengangguk dan membiarkan dokternya itu memeluk sejenak.

Pascal menjabat tangan dr. Elanor lalu menatap orang-orang yang membantunya merawat Iris. "Untuk setiap kebaikan dalam lima belas minggu perawatan adik saya, terima kasih banyak." ucap Pascal dan membuat Iris benar-benar terharu.

Pascal dan Iris bergantian menjabat tangan semua orang yang hadir, Iris masih menangis saat masuk ke dalam lift. Pascal berlutut dekat kursi roda adiknya, menghapus air mata Iris. "Zhao, Papi dan Mami tunggu di bawah, kalau kamu nangis, mereka khawatir."

Iris mengangguk dan segera menghapus air matanya. Ia mencoba tersenyum saat akhirnya keluar dari lift, menyusuri lobi utama yang dilalui beberapa pengunjung, pasien juga dokter. Lalu saat keluar dari bangunan rumah sakit, Iris menyipitkan mata, ini pertama kalinya ia merasakan kembali hangatnya sinar matahari, juga semilir angin saat Pascal membawanya ke dekat mobil.

"Are you alright?" tanya Byakta saat menyadari ada bekas air mata di pipi Iris.

"Dokter dan staf perawat mengantar Iris tadi." jawab Pascal lalu mengambil pot dan buket bunga dari pangkuan adiknya, memberikannya pada sang ibu untuk disimpan. "Si cengeng ini langsung keluar air mata."

"Biarin!" kata Iris lalu tersenyum saat melihat Zhao selesai menutup bagasi belakang dan segera mendekat ke arahnya.

"Terlalu panas?" tanya Zhao, menghalangi cahaya matahari menyorot Iris langsung.

Iris tersenyum, "Nggak... aku suka cuacanya, cerah."

"Aku ada lima pasien terapi hari ini, setelah selesai, aku akan langsung telepon." kata Zhao.

"Oke." Iris mengulurkan tangan saat Pascal sudah selesai mengatur kursi penumpang belakang. Zhao memeluk dan memindahkan Iris ke kursi penumpang, memastikan kaki Iris terselimuti lalu memasang sabuk pengaman. "Mas Zhao kalau kangen, aku adanya di rumah ya, bukan di ruang rawat lagi."

Zhao tersenyum, ia mengeluarkan ponselnya, menunjukkan sebuah foto. Candid saat Zhao membantu Iris mencoba hadiah kursi roda. Iris tampak cantik dan Zhao tersenyum lembut. Zhao menggeser foto itu, menunjukkan foto Iris sendiri. Iris tertawa karena saat Zhao mengambil foto itu, mereka menertawakan Pascal yang bertanding catur dengan Jenna dan check mate setelah lima langkah.

"Ya ampun, aku nggak sadar diambil foto." kata Iris ia senang fotonya terlihat bagus.

"Kamu benar-benar bersahabat dengan kamera." kata Zhao lalu mencondongkan tubuh untuk mengecup kening Iris. "Hati-hati di jalan..."

Asoka duduk di kursi penumpang depan, Byakta menyalakan mesin mobil dan Pascal yang baru selesai memasukkan kursi roda beralih duduk di samping Iris, "Pulang dulu ya."

"Baik-baik sama pacarku." kata Zhao.

"Adikku, tahu." balas Pascal dan Zhao tertawa saat membantu menutup pintu. Ia melambaikan tangan ketika mobil berlalu pergi.

FLAWSOME #PasqueSeries ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang