Bagian 6. Penyelesaian 1

73 37 3
                                    

"Bukankah memulai dahulu lebih baik? Memulai maaf walau tak berbuat salah."~
❔❔❔
-

-----------------••PENCARI••----------------------

Entahlah, seolah masih meraba
Menjelajah seluruh peristiwa
Sebab mungkin menyimpan rahasia
Dan mungkin mampu menyingkap semua lupa.

Kembalinya memoriku perlahan-lahan membawaku kembali pada konflik pelik masa laluku.
Namun, sudah berulang kali raga dan jiwa tak gentar untuk mencoba mencari dan menyelesaikannya.

Oke, akan berhasil dan baik-baik saja !

"Kalau difikir-fikir, Tia itu mungkin punya alasan mengapa dia bisa menyukai Kak Bagas yang notabennya anak alim dan sholeh. Aneh saja, kenapa dia yang super gaul and badgirl suka sama orang yang kalem abis."

"Husst! Gak boleh gitu Ta. Dia yang menampilkan sisi buruknya bisa saja ada sisi baiknya yang masih tersimpan. So, jangan judge orang lain dari luarnya aja Ta. Oke !?"

"Iyaaa iyaa Ir. Tadi kelepasan..." Cita berjalan mendahuluiku dan kemudian duduk disalah satu kursi taman. Tentu saja, dengan memasang wajah manyunnya yang kocak.

"Udah ah manyun manyunnya. Nanti diliatin orang dikira yang enggak enggak lhohh." Bujukku

"Abisnya, ya gitu. Ah, ya udah deh. Selesai aku ngambeknya." Ujar Cita yang membuat aku tertawa lepas karena kelucuannya itu.

"Hhaha... dasar anak kocak. Lucu abis."

"Iya emang lucu dari lahir. Lucu, cantik, dan tidak sombong."

"Aamiin pokoknya buat kamu. Hahaha..." ucapku lagi sambil tertawa.

"Eh, Ir. Tentang Kak Bagas yang tiba-tiba muncul kembali dan menjadi seorang mahasiswa sekaligus pebisnis apakah membuatmu akan kembali mengingat satu per satu ingatanmu kalo kamu coba berbincang sebentar dengannya. Ya.. itu saranku sih. Biar kamu juga cepat kembali mendapat ingatanmu lagi."

"Iya juga ya. Tapi, gimana kita bisa bertemu dengan Kak Bagas yang super sibuk palingan?" Tanyaku kemudian.

Cita seolah berpikir, dan..
"Hem, gak tahu juga sih Ir. Aku bingung."

"Kirain kamu tadi mikir gimana. Malah ternyata gak gimana-gimana. Ya udah. Semoga aja ada jalan yang terbaik dari Allah supaya aku bisa lekas pulih. Aamiin.." Jawabku.

Setelah menghirup udara segar di luar dan berbincang-bincang ringan dengan Cita sedikit membuatku lebih segar kembali.

"Ira... kamu nginep yuk di rumahku."
Sambil mengaitkan kedua tangannya di depan dada dan memasang ekspresi yang sungguh aku jijik melihatnya hehe..

"Kan aku belum izin sama orang tuaku. Dan mereka juga masih di luar kota. Jadi, aku gak berani nginep tanpa izin mereka. Maaf ya."

"Hem. Ya udah gak papa. Lain kali nginep sini ya. Biar seru aja aku ada temennya." Pasrah Cita.

"Aku pamit dulu ya. Salam buat orang tuamu. Assalamu'alaykum Cita. Besok ketemu lagi di kampus. Dahhh." Sambil kulambaikan tanganku dan menyalakan motorku.

"Assalamu'alaykum"

Yup, tentu saja tidak ada yang menjawab salamku. Karena kedua orang tuaku masih di kantor tentu saja di luar kota, dan kakakku di luar negeri lanjut S2nya di sana.
Aku menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Dan sejenak mengambil nafas dalam-dalam.

"Besok, aku harus menemui Tia dan teman-temannya." Yakinku pada diriku sendiri.
Kemudian aku bersiap-siap dulu, wudhu, sholat witir, dan kemudian tidur melepas penatku seharian.

About Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang