Bagian 15. Insiden

58 31 13
                                    

Sebelum membaca harap sudah melakukan ibadah wajib ya. Jangan jadikan membaca ini membuat teman-teman menunda salat atau ibadah wajib tersebut.
Terimakasih.... 😊

Selamat membaca semuanya 💬

"Cobalah dengan mendengarkan kata hatimu untuk lebih jelas bagaimana kondisi perasaanmu."

---------------------••PENCARI••--------------------

🌸🌸🌸

AUTHOR POV

"Bagaimana pun juga setelah aku memberimu ancaman, tetap saja kekhawatiranku tentang dia dan kamu tidak akan bisa menghabiskan rasa takut dan khawatir kehilangan orang yang aku cintai." Wanita muda itu bermonolog dengan tegas dan bernada sinis serasa ingin segera melakukan aksi jahatnya kepada Ira dan Cita. Entah apa yang akan dia lakukan.

Wanita muda itu segera berjalan mendekati Ira dan Cita. Raut wajah girang gembira berubah seketika saat wanita itu sudah berada tepat di depan mereka. Diam dan saling memandang.

"Hey, lama tidak bertemu. Kangen gak sama aku?" Ucap Tia begitu dingin dan sinis. Wanita muda itu ternyata Tia, orang yang begitu benci dengan Ira.

Ira dan Cita hanya mendengarnya tanpa menjawab. Tidak ingin suatu hal yang tidak diinginkan terjadi jika mereka menjawabnya. Sebab mereka tahu, dibalik sapaan dari Tia pasti akan ada hal buruk yang dia rencanakan.

"Pokoknya kali ini aku harus bikin malu Ira." Batin Tia dalam suara hatinya.

"Eh, Ira. Sebenarnya entah kenapa kalau lihat muka-muka sok suci kalian itu terutama kamu Ira. Duh.... Tangan tuh kayak gak pengen diem gitu aja. Pengen aja ngelakuin suatu hal. Tapi kali ini mungkin aku cuman mau bilang lagi. Walaupun aku sudah bilang ke kamu berkali-kali tapi perasaanku tuh gak bisa tenang. Pokoknya, tolong jauhi Kak Bagas! Entah bagaimana caranya, jarak semeterpun kalian gak boleh berdekatan apalagi bicara. Kamu pasti tahu kenapa aku bilang kayak gini. So, don't make me angry." Ucap Tia mengancam Ira. Nada yang tinggi dan sorotan mata yang begitu tajam dan mengikat, sungguh membuat lawan bicara merasa takut.

Dengan sekuat tenaga dan hati, Ira ingin menolak ancaman dari Tia. Kali ini benar-benar Ira akan menentang ucapan wanita muda yang membencinya. Akhirnya beberapa kalimat terucap dari bibir Ira.

"Maaf, aku tidak akan takut dengan ancaman dari kamu. Silahkan jika kamu ingin berbuat buruk kepadaku. Hal yang sungguh membuatku takut hanyalah Allah subhanallahu wa ta'ala." Dengan berani tanpa sedikit pun ragu, Ira menolak permintaan dari Tia.

Plak!!!

Sebuah tangan mendarat di pipi Ira yang tertutup niqab. Walau pun tertutup, tetap saja rasa perih di pipi terasa. Tamparan Tia begitu keras sampai berbunyi antara gesekan tangan Tia dengan niqab Ira. Ira tidak ingin terlihat lemah dan diremehkan melulu oleh Tia. Berusaha menaha rasa sakit dan terus menahan air mata supaya tidak keluar.

"Aw.." Ucap lirih Ira sambil memegangi pipi yang tertutup niqab.

Cita yang berdiri di samping Ira tidak ingin tinggal diam, dia ingin sekali untuk memarahi Tia yang tidak jelas. Datang tiba-tiba dan langsung melakukan hal seenak jidatnya saja. Dengan cepat Cita mendorong tubuh Tia hingga Tia menjadi mundur beberapa langkah.

Tia menganggap bahwa itu adalah sebuah sikap yang menantangnya.
"Heh, kamu mau nantang aku? Coba sini. Jangan menghindar." Ucap Tia yang tersulut emosi. Lalu mendekat ke arah Cita dan mendorong dengan keras hingga Cita terjatuh ke tanah. Memar-memar di tangan Cita begitu nanar karena dijadikan penopang tubuhnya ketika jatuh ke tanah.

About Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang