Ariska terburu-buru masuk ke dalam apartemen. Ia baru saja pulang dari rumah Elisa untuk mengerjakan tugas kelompok. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam, ia tadi sempat mengirim pesan kepada Arka namun tidak mendapat jawaban. Begitu masuk Ariska celingukan sendiri mencari keberadaan Arka namun tidak menemukannya. Lalu Ariska meletakkan tasnya di atas sofa dan berjalan menuju balkon. Ariska tersenyum kala melihat Arka berdiri dengan tenang memandang kearah depan sehingga Arka tidak menyadari kehadiran dirinya.
Ariska berlari dan memeluk Arka hingga Arka terkejut dan terhuyung ke belakang karena saat ini Arka tengah berdiri di pinggir pagar. "Lo minum ya??" Tanya Ariska begitu mencium bau bir dari mulut Arka. "Mana birnya?? Gue juga mau dong," saat Ariska hendak merebut gelas berisi bir dari tangan Arka, namun Arka malah terjatuh ke kursi kayu dan Ariska juga ikut terjatuh di pangkuan Arka. Arka tidak tinggal diam, ia langsung menarik pinggang Ariska agar lebih mendekat dengannya. "Lepasin Arka!! Gue mau minum juga," Arka menumpahkan bir itu dan meletakkan gelasnya di atas meja sebelah kursi yang ia duduki. "Cih modus. Lo minum berapa gelas hah?? Muntahin nggak," Ariska memegang mulut Arka, ia berusaha agar Arka mau memuntahkan bir yang diminumnya tapi usahanya sia-sia. "Lo minum banyak tapi gue kenapa nggak boleh hah??" Tanpa diduga Arka langsung mencium bibir Ariska dan melumatnya. "Cih mesum,"
"Lo dari mana??" Arka mulai memeluk pinggang Ariska.
Posisi mereka saat ini membuat Ariska merasa nyaman sekaligus canggung karena ia duduk di atas pangkuan Arka dan wajah mereka hampir bersentuhan. "Gue nggak suka lo minum kayak gini Ka," Ariska mulai meneliti setiap bagian wajah Arka. "Ini kenapa?? Lo dipukul??" Ariska memegangi pelipis kanan Arka dan bibir Arka yang terluka.
"Ini juga kenapa??" Arka pun melakukan hal yang sama. Ia memegangi pipi Ariska yang tampak memerah akibat tamparan keras dari Risma tadi pagi. "Bilang sama gue siapa yang apa-apain lo sampe kayak gini,"
"Terus lo mau ngapain kalo udah tahu orangnya?? Mau lo pukul, tampar atau mau lo cium??" Balas Ariska yang terkekeh geli. Ariska tahu kalo sebenarnya laki laki didepannya ini sangat mengkhawatirkan kondisinya. Tapi ia berusaha agar Arka tidak terlalu cemas.
"Ris, serius!!" Arka yang hendak beranjak dari tempatnya ditahan oleh Ariska. "Gue mau ambil salep buat lo,"
"Tumben perhatian. Eh lebih baik gue turun deh Ka," saat mendapat gelengan dari Arka akhirnya Ariska lebih memilih untuk diam. "Lo dipukul sama siapa??"
"Reza," jawaban Arka langsung mendapat perhatian dari Ariska.
"What's!! Kok bisa??"
"Urusan cowok, lo nggak perlu tahu. Lo nggak papa kan??" Arka mengusap pipi Ariska menggunakan kedua tangannya. Arka merasa sakit saat melihat Ariska terluka seperti ini. "Kok bisa lo ditampar Risma??"
"Lo tahu dari mana kalo gue dibully habis-habisan sama geng-nya Risma?? Please Ka, lo nggak boleh bales dendam sama mereka,"
"Kenapa gue nggak bisa bales perbuatan mereka yang udah bikin lo sakit kayak gini?? Gue ikut sakit lihat lo kayak gini Ris," Arka menyalahkan dirinya sendiri karena tidak becus menjaga Ariska. "Gue minta maaf Ris karena nggak bisa jagain lo," saat ini Arka menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah wanita di depannya ini. Rasanya sakit sekali melihat Ariska yang seperti ini.
Ariska mengangkat wajah Arka agar kembali melihat kearah dirinya. "Gue juga ikutan sakit lihat kondisi lo kayak gini Ka," Ariska terkekeh pelan sebelum melanjutkan omongannya. "Tapi itu menguntungkan bagi gue karena nggak ada yang melirik lo karena muka lo jadi jelek,"
"Jelek gini tetep lo suka kan??" Arka mengerlingkan matanya.
Ariska menepuk dada Arka pelan. "Jangan kepedean manusia es. Arka!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISKA DAN ARKANO [On Going]
Teen FictionHarus menikah dengan sahabatnya mantan!! Itulah yang terjadi pada Ariska Kaleesha Daneswari, beberapa hari setelah putus dari kekasihnya Ariska terpaksa menerima perjodohan konyol dari Papanya untuk menikah dengan Arkano Reyhan Aditama kakak kelasn...