PUJAAN ABG (cermin)

44 4 0
                                    

🤩 🤩 🤩

Dion memang jadi incaran banyak siswi di SMA. Bertempat tinggal dekat sekolah, pemuda usia kuliahan itu kerap terlihat di sekitar. Peristiwa itu jadi sesuatu yang ditunggu para gadis.

"Bang Dion kemarin nyaris tabrakan 'ma aku, di depan tempat fotokopi. Pas dia lagi di situ dengan teman-temannya yang juga gateng-ganteng!" Demikian Lisna membanggakan kejadian yang dianggapnya monumental.

"Teruuus ... dia senyum! Huaaahh, 'oppa' Korea aja kalah manis! Dan matanya, waduh, bening sekali waktu dia tunduk menyapa aku!"
  
Ketika kawan-kawan bertanya tentang kelanjutannya, dengan angkuh Lisna berkata kalau itu rahasia.
 
June langsung menuduh Lisna berbohong. Untuk beberapa saat kelompok siswi itu ribut mengemukakan pendapat.
    
Tanpa menyadari kalau Miss Hana, guru magang mereka telah masuk kelas. Suara mahasiswi semester akhir fakultas sastra itu terdengar tegas ketika minta perhatian para siswa.
 
"And I don't want to hear a single word about that man named Dion Devandra!(1)" tegasnya, membuat wajah beberapa siswi memerah, menyadari kalau obrolan mereka terdengar juga oleh sang guru.
  
***
 
  
Walau selama pelajaran siswi-siswi itu tidak lagi berceloteh, tetap di jam istirahat mereka kembali membicarakan perihal lelaki bernama Dion itu.
 
Kali ini, Devi berujar. "Mama aku kenal dekat sama mbak-nya. Dua hari yang lalu, hampir saja aku ikut ke rumahnya sa--"
 
"Lalu, kenapa gak jadi? Eaaahh, aku rasa kamu cuma mengada-ada saja! Mana mungkin mama kamu kenal sama Mbak Tessa!" sanggah kawannya. Tidak luput tampak rona cemburu di wajah siswi itu.
  
Devi mau membalas, tapi ketika itu Miss Hana lewat. Wanita muda itu berhenti sesaat, menatap, lalu geleng-geleng kepala.
 
"Pasti soal Dion itu lagi. Hhh ... obsesi kalian itu!" Sambil berkata demikian, guru itu tersenyum, tapi dengan ekspresi entah sedih, entah kuatir.

Mendekat sedikit pada lima siswi itu, Miss Hana berkata lagi. "Kalian konsentrasilah belajar. Jangan cuma rebutan perhatian laki-laki, yang mungkin tidak ada minat ke kalian sama sekali. Apalagi kalau kalian tidak tahu banyak tentang dia. Bahaya kalau mengidolakan orang yang salah!"

"Ahh, Miss aja kalih, yang iri karena gak bisa dekat dengan cowok secakep Bang Dion." Devi spontan menyergah, dan langsung mendapat sodokan di pinggang dari kawannya. Jelas satu-dua menganggap menganggap Devi kelewat batas.
  
Hana terdiam sesaat, tetapi kemudian tertawa kecil. Matanya menyipit ketika menggeleng, sebelum akhirnya menjauh dari sana.
  
 
***

"Masa' aku sampai harus pindah rumah, Na? Cuma gara-gara itu? ... 'Kan konyol!"
  
Hana tampak menahan tawa mendengar protes lelaki yang duduk di sisinya, saat mereka makan malam di restoran.
  
"Yahh, aku gak tahu solusi apa lagi. Benar, deh, Yon! Tidak ada waktu kosong yang tidak dipakai mereka untuk 'HALU' tentang kamu!" kata Hana dengan nada tegas, walau jelas masih menyembunyikan tawa.
  
Lelaki di sisinya mencebik, tetapi dengan gaya lucu. Lalu berkata, "Yah, nasib gue, Dion Devandra ... idola ABG cewek se-SMA!"

"Conceited!(2) Nanti kamu diprotes 'ma KPAI, lho ... dianggap merusak mental anak-anak!" rutuk Hana. Lalu menyendok nasi goreng di piring dan menyuapi pria itu. Dion tampak menerima saja.
 
"Atau kamu saja! ... Akui saja ke anak-anak itu kalau kita sudah tunangan. Pasti mau tak mau mereka berhenti mengejar a--"
 
Hana berkata cepat menghentikan kalimat Dion, "Habisi dulu nasi di mulut, Bang! Muncrat! ... It' s so unpolite!(3)"
  
Dion terkekeh.
  
 
(selesai)

(1) Dan aku tidak mau mendengar sepatah kata lagi tentang lelaki bernama Dion Devandra!

(2) Sombong!

(3) Itu sangat tidak sopan!

(3) Itu sangat tidak sopan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FLASH FICTION & FIKSI MINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang