•---•
“Kau kenal melodi ini?”
Seorang pria bertanya pada seekor angsa putih dihadapannya. Pria yang tengah duduk di atas kursi tinggi, dengan jari-jari yang tidak berhenti memainkan sebuah alat musik. Ada denting halus yang mengalun, menciptakan melodi indah untuk siapapun yang mendengarnya.
“Ini melodi kesukaan Ayah.” Jawabnya tanpa perlu menunggu si angsa untuk bicara. “Jika tiba saatnya, kau sudah melakukan upacara kedewasaanmu, Ayah ingin sekali mendengarmu memainkan melodi ini untuk Ayah. Tidak mungkin kau memainkan musik ini dalam wujud angsamu, bukan?”
Ada kekehan kecil yang keluar dari bibir si pria. Seolah menjawab, angsa putih itu mengepakkan halus sayap putihnya lalu mendekat.
Diusapnya kepala angsa itu dengan rasa sayang, “Jadilah sosok yang baik hati, yang tak pernah takut menghadapi apapun. Selalu tabah dalam menghadapi masalah. Karena kau bagian dari Cygnus-- angsa yang akan selalu disayangi oleh semua orang, Idylla.” Ucap si pria dengan penuh harapan.
•---•
Areum terbangun dengan napas terengah juga peluh yang membasahi sisi dahinya. Mimpi yang baru dia dapatkan bukan sejenis mimpi buruk seperti yang diterimanya belakangan ini. Entah kenapa mimpi itu cukup banyak menguras tenaga. Ada rasa sakit dan bahagia yang datang secara bersamaan menghujami jantungnya.
“Siapa aku sebenarnya?” Gumamnya lirih.
Setelah kejadian kemarin yang masih membekas dikepalanya, kini ia justru diberikan sebuah mimpi akan kenangan indah yang menyakitkan. Areum belum tau siapa jati dirinya yang sebenarnya. Tapi sekarang dia sudah didatangkan oleh sosok pria yang menyebut dirinya sebagai Ayah dalam mimpinya.
Sosok Ayah yang hadir dalam mimpinya terasa amat tidak asing. Apa pria itu benar Ayahnya? Tapi kenapa ada seekor angsa disana? Dan apa maksudnya tentang upacara kedewasaan?
Rasanya Areum ingin menangis saja. Hatinya benar-benar pedih, dia butuh seseorang sekarang. Melirik pada boneka pemberian Davion, Areum lalu memangkunya.
“Apa aku harus menceritakan ini pada Haneul?” Tanyanya pada boneka itu.
Entah perasaannya saja atau ini memang terjadi. Tapi Areum merasa boneka itu tengah berbicara padanya. Bukan lewat lisan yang sebenarnya, tapi boneka itu seperti mengajaknya bicara lewat kepala.
“Aku harus menceritakan ini ke Davion?” tanyanya lagi.
Diperhatikan wajah boneka itu dengan lekat. Menunggu kalimat atau setidaknya gerakan yang ditimbulkan agar Areum percaya bahwa penglihatannya tidak salah. Ada yang berbeda dari boneka ini.
Belum sempat harapannya terkabul, pintu kamar tiba-tiba saja terbuka lebar dan menunjukkan sosok Haneul disana.
“20 menit, Areum. Aku memberimu waktu untuk bersiap-siap, karena setelahnya aku akan mengajakmu ke suatu tempat.”
“But Han—”
“20 minutes, Areum. Don’t be late!”
•---•
Kalv dikejutkan oleh Davion yang berdiri di depan pintu kamarnya pagi-pagi sekali. Wajahnya mengeras pertanda bahwa ada hal yang sedang menanggunya saat ini. Davion memaksa Kalv untuk memberitahu sebenarnya siapa dalang di balik kejadian yang menimpa Areum kemarin.
Davion merasa bahwa Kalv banyak tau soal apa yang terjadi. Sesuai dugaannya, Kalv memang mengetahuinya. Namun, lagi - lagi, Kalv mengingatkan Davion mengenai misi klannya yang terabaikan oleh Davion.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales of Avexion
FantasíaSolum Avexion-- sebuah tempat nan indah yang dihuni berbagai klan yang di sebut Bangsa Aves. Namun, keindahan sebuah tempat tak menjamin kedamaian. Perang dingin antar Klan Columbidae--Merpati dan Cygnus--Angsa, membuat Klan Merak sebagai pemimpin B...