BonChapt--Caluella

247 52 92
                                    

°---°

Aku berdiri di depan jendela sayap kiri Kastil Pavo Muticus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdiri di depan jendela sayap kiri Kastil Pavo Muticus. Bulan purnama setia bertahta di cakrawala malam. Cahaya temaramnya cukup bagiku untuk menatap ke hutan gelap terlarang bagi bangsa aves. Namun bagiku, hutan gelap itu penuh kenangan. Tempat yang menjadi pengingat dendam kesumat sekaligus misi yang diembankan Klan Atratus padaku.

Aku menyeringai kala angin malam berembus, membelai lembut wajah pucatku serta mengibarkan surai hitam kecoklatanku. Dinginnya menusuk tulang, membuat bangsa aves dari klan apapun memilih menggunakan wujud aslinya dan merapatkan diri pada perapian. Tapi aku berbeda, aku bukan aves lemah seperti mereka. Aku Atratus tangguh, dingin angin malam tak mampu mengalahkan dingin hatiku sejak aku hidup sebagai Atratus terakhir setelah pembantaian biadab terhadap klanku.

Dingin malam tak sebanding dengan kesedihan hidup sendiri setelah keluargamu mati di hadapanmu. Ah, aku sudah tertempa dengan ribuan kesakitan semenjak terlahir sebagai Black Swan, aves yang paling dibenci sekaligus yang dihina oleh sesama bangsanya.

Aku memandang hutan gelap itu nanar, setitik rasa sakit dan sesak memenuhi rongga dadaku. Sekelibat kenangan masa kecilku menyeruak dalam benak. Kenangan saat mereka, para aves bodoh itu menghina dan menyakitiku saat aku belum bisa berkamuflase menjadi wujud mamalia yang kerap disebut manusia.

"Kau angsa hitam jahat, kau pasti keturunan penyihir!" propaganda salah satu aves Klan Columbidae kala melihatku di perbatasan hutan. "Ayo, kita cabuti bulunya agar ia tahu bahwa angsa hitam seperti mereka tidak pantas bertahta!"

Kawanan Columbidae seusiaku itu mematuk dan mencabuti buluku. Sakit rasanya, bulu hitam legamku satu persatu rontok bahkan sayap kiri dan punggungku berdarah. Atratus kecil dan lemah sepertiku hanya mampu menangis kala itu. Memohon agar mereka menghentikan kelakuan biadab ini.

Payah, mengapa dulu aku lemah dan bodoh?

Kawanan Columbidae itu berhenti saat ibu datang. Entah bagaimana cahaya dengan rona hijau menguar dari tubuh ibu, membuat kawanan Columbidae itu berhenti mematuk dan diam membatu.
Iya, benar-benar diam seperti definisi batu.

Kekuatan ibu baru saja mengubah kawanan Columbidae yang menyerangku menjadi patung batu. Aku hanya ternganga menatap mereka yang terdiam berbalik seratus delapan puluh derajat dari sikap beringas mereka beberapa detik lalu.

Setelahnya, ibu menatapku tajam. Sepasang netranya menampakkan aura ketegasan. Ibu hanya membisu namun jemari lentiknya memunguti beberapa bulu hitamku yang rontok karena dipatuk sekawanan Columbidae tadi.

Ia menggenggam bulu-bulu rontok itu. Lantas tangannya terulur menunjukkan segenggam bulu rontok itu tepat di depan wajahku. "Kau harus kuat, Caluella. Atau mereka akan terus menyakitimu lebih parah dari ini," desis ibu.

The Tales of AvexionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang