vo. 8

2.5K 145 6
                                    

"DEAN!!"

"Aku tidak peduli" Dean, tangan kanan Black Sea; ketua North Side.

"Kumohon pertimbangkan lagi apa yang akan kau lakukan. ." Rhea menghadang diambang pintu.

Rhea Ryu, mantan anggota militer CIA Korea - Amerika. Kaki tangan Dean Kim.

"Kau tahu apa yang akan terjadi atas tindakanmu nanti?" Dean menatap jengah Rhea, mendengus lalu melenggang pergi sebelum dihadang kembali.

"Hentikan ini Rhea, tidak kah kau terlalu mudah untuk mengambil kesimpulan? Kau berada di pihak siapa aku tidak peduli. Dan ini tetap menjadi jalanku untuk melangkah" Rhea menghela nafas kasar, mengernyit heran; dia benar - benar tidak mengetahui jalan mana yang akan diambil Dean.

"Aku tidak faham dengan ini"

Rhea hanya berpihak pada Dean, sejak bagaimana lelaki itu menyelamatkannya dari kejamnya dunia luar. Meski menjadi mantan anggota CIA, Rhea tidak terlalu paham mendasar seperti apa kehidupan seorang mafia. Terlalu hitam, dan Dean yang membawanya keluar dari sana.

Namun saat pemimpinnya mulai dengan perlahan mengibarkan bendera perang, benar - benar membuatnya kewalahan untuk membereskan jejak.







-VO-







At - Mansion


"Skakmat" Jimin menyeru dengan deruh nafas berbaur; alkohol menyeruak pekat.

"Tidak" Yoongi memincing tajam memperhatikan papan catur.

"Hmm- Skakmat!" Jimin berujar kemudian Menyugar rambut berniat pamer sebenarnya.

"Tch" Lemparan papan catur beserta anteknya menjadi balasan bagi Jimin. Tawanya menggema dengan mata tertuju pada punggung Yoongi yang kian menjauh.

Menegak Vodka dengan perlahan, melirik salah satu bidak catur tepat dibawah kakinya dengan tenang.

"Percuma menggerakkan seluruh bidak catur namun tidak ada pemahaman dasar untuk itu" Namjoon bergumam; berlalu pergi.

Taehyung berdiri tepat ditengah ruangan luas, dikelilingi dengan rak - rak buku tinggi. Ruangan pribadinya. Memandang kosong lebar dinding dilapisi dengan karpet berukiran silsilah keluarga Kim. Memori - memori masa lalu nya terlintas, bagaimana ia sejak kecil di didik dengan keras tanpa jeda untuk sekedar melampiaskan.

"Dean Kim?" Taehyung mendengung.

Megahnya corak ukiran membuat Taehyung mendengus, ini terlalu berlebihan.

Ketukan pintu terdengar nyaring diantara sunyi nya ruangan besar ini "Ada paket untukmu tuan" Taehyung menoleh, memberi kode untuk meletakkannya saja didepan pintu.

"Aku tidak memiliki alur untuk semua ini, hanya naluri yang dapat membawaku kesekian jauhnya aku berlari, ibu" Taehyung melenggang, acuh terhadap paket yang berada tepat didepan pintu; hanya ia lewati.

Hoseok memincing, mendikte satu persatu target yang akan ia tumbangkan. Menarik pelatuk dan,



DOOR



"Hm, tidak buruk" Hoseok menegak sebotol cola sebagai penutup latihannya hari ini. Suasana embun sejuk menemaninya berlatih hingga menghabiskan ratusan peluru. Tugasnya di kantor ia habiskan dalam tiga hari penuh agar dapat meluangkan waktu untuk hari ini.

"Sampai kapan kehidupan damai ini berlalu?"








-VO-










Kecipak tanah basah menemani sunyi dimalam hari, bagaimana lincahnya pasukan Shadows berlari menyelusuri hutan dilingkupi rintik hujan. Pesan Taehyung; memantau perbatasan.

Mereka hanya mengawasi bagaimana anggota Black Sea mengangkut puluhan drum minuman. Ranting pohon besar menjadi sarang Shadows, memperhatikan ketua mereka yang hanya memantau dengan segelas bir ditangan. Dasar penjilat.

"Beres bos!!"

"Ah, masukan kedalam kontainer dengan hati - hati" Mereka melaksanakannya dengan bermodal perintah dari si penjilat.

"Tidak ada keganjalan diperbatasan"

-"Diterima ketua W, tetap awasi target"-

W; Park Wonu, salah satu agen pimpinan Shadows.

Wonu mengerahkan kelima anggotanya untuk melihat lebih dekat sasaran target malam ini. Lee Dongje, berfisik pria buncit. Penikmat alkohol dosis tinggi, dan seorang jiwa pemimpin pemalas. Victory Outfit memberikan misi untuk menyanderanya. Klasik; hanya untuk diperas informasinya hingga tak bernyawa.

Wonu hanya menunggu waktu dimana sebelum kontainer itu siap diangkut kedalam kapal, hanya butuh waktu lima menit untuk menunggu Wonu mengerahkan kelima anggotanya bersiap diposisi masing - masing. 25 mayat anggota Black Sea terkapar bersimbah darah hanya dengan sayatan kecil yang mampu membunuh mereka dengan mudah.

Lee Dongje mendelik dengan rematan tangan kanannya pada botol tidak dilepas.


Duaak!!!


"Ikat dan seret dia ke markas" Wonu kembali memasang earphone lalu mengatakan bahwa target sudah siap.

Similar angin berhembus kencang, ditepi laut seperti ini W berdiam diri menunggu mobil box datang menjemput drum - drum bir disini, Shadows ingin memberi pelanggan Black Sea seluruh mayat anggota penjualnya.

Dua jari Lee Dongje hilang saat berbohong maupun tidak menjawab pertanyaan Gunwoo.

Kim Gunwoo pemimpin utama dari Shadows. Tidak jauh beda dengan Taehyung, Gunwoo pecinta ketertiban dan pembenci bualan.

"Katakan, apa rencana kalian" Gunwoo memutar sebilah pisau dengan bosan.

"Orang - orang brengs*k seperti kalian-



TAAK



-ARGGH!!. . Sialan kau?!!"

"Katakan dengan cepat sebelum ketujuh jarimu terlepas" Gunwoo berbisik tepat didepan pria buncit tawanannya.

"Ti-Tidak ada, tidak ada rencana apapun. ."



TAAKRAK



"AAKH!! AKU SUDAH MENGATAKANNYA! Ugh. . Tidak ada rencana apapun!"



TAAK



"ANGGKKH HENTIKAN!! Hentikan. . Pimpinan Black Sea akan menyerang si sialan Dean itu! Selebih dari itu aku tidak mengetahui informasi apapun" Gunwoo mengangguk.

"Kapan?" Gunwoo melirik; Lee Dongje menggeliat pasrah dengan ujung - ujung jari bergelimang darah.

"Ak-Aku tidak tahu" Melangkah keluar dari ruangan, Gunwoo memberi untuk membunuh pria buncit di sana.









ZAE~










"Udah bosen?" - Jean Jade.

𝐕ictory 𝐎'utfitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang